Save Persebaya 1927, Militansi Loyalis Melawan Kemunafikan


Save Persebaya 1927, Militansi Loyalis Melawan Kemunafikan
Salut dua jempol untuk perjuangan militan para suporter Persebaya kelahiran 1927. Sangat berani, sangat setia, sangat kompak. Seruan Bung Tomo menjelang perlawanan heroik arek-arek Surabaya pada 10 November 1945 melawan Sekutu seperti kembali tergambar di pergerakan bondho nekat (Bonek) yang melabeli diri dan pergerakannya sebagai Bonek 1927.
Saya banyak membaca artikel-artikel yang berkaitan dengan Persebaya -- sampai akhirnya kini terbelah dua nama menjadi Persebaya 1927 dan Persebaya 2010. Termasuk juga artikel-artikel yang memuat komentar para pengurus PSSI yang sepertinya meremehkan pergerakan Bonek 1927 dan dimuat di bolaskor.com. Saya mencintai Persebaya yang asli namun juga berusaha untuk obyektif melihat asal-usul pemberitaan yang ada di media massa, termasuk di bolaskor.com
Apa pun alasannya, fakta di lapangan sekarang tidak terwujud kedamaian sepak bola di Surabaya. Bonek 1927 tetap bertahan habis-habisan memperjuangkan Persebaya 1927 agar kembali eksis di kompetisi kasta tertinggi Indonesia. Sementara dari kubu PSSI juga tetap bertahan habis-habisan menolak dengan berbagai alibi. Saya tidak ingin menyamakan Bonek 1927 seperti gerakan suporter ultras Green Nord '27, karena Bonek 1927 memiliki jangkauan yang lebih luas ketimbang Green Nord '27 yang juga bagian dari Bonek 1927.
Sejarah Persebaya
Berdasarkan sejarah yang saya baca dari berbagai sumber, Persebaya Surabaya memang lahir di tahun 1927. Persisnya pada 18 Juni 1927. Kelahiran klub yang identik dengan warna hijau ini dimotori oleh duo arek Suroboyo bernama Paijo dan M Pamoedji. Tapi karena saat itu masih zaman pendudukan Belanda, nama klub tersebut bukan Persebaya melainkan Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB).
Dan, ini yang sangat menarik, tentunya, embrio kelahiran Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ternyata juga karena andil SIVB bersama dengan Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (Persib Bandung), Voetbalbond Indonesische Jacatra (Persija Jakarta), MVB Madiun, PSIM Yogyakarta, MIVB Magelang serta VVB Solo (Persis Solo) pada pertemuan yang diselenggarakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, tahun 1930.
Setahun setelah pertemuan tersebut kompetisi Perserikatan mulai digulirkan. SIVB yang skuat-nya sebagian besar terdiri dari pemain pribumi dan segelintir pemain keturunan Tionghoa mulai mengukir prestasi dan berhasil menembus final kompetisi Perserikatan pada tahun 1938, meski akhirnya tumbang oleh VIJ Jakarta.
Tahun 1943, SIVB berganti nama Indonesia menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Di era Persibaja, gelar juara secara hattrick dibukukan pada tahun 1950, 1951 dan 1952. Di era kompetisi Perserikatan sekitar tahun 1960, nama Persibaja diubah menjadi Persebaya atau Persatuan Sepak Bola Surabaya.
Identitas Persebaya sebagai salah satu klub raksasa sepak bola di Indonesia pun terbangun, bersama dengan PSMS Medan, Persib Bandung, Persija Jakarta dan PSM Makassar. Identitas ini juga dibuktikan melalui gelar juara Perserikatan tahun 1978 dan 1988, serta gelar juara kedua pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987 dan 1990.
Di era ini juga Persebaya terkenal dengan taktik “Sepak Bola Gajah” karena berhasil menumbangkan Persipura Jayapura dengan skor sangat fantastis: 12-0. Skor ini tercipta demi menyingkirkan PSIS Semarang yang pada tahun sebelumnya memupuskan impian Persebaya di final kompetisi perserikatan. Taktik ini juga yang kemudian membawa Persebaya berhasil menjadi juara perserikatan tahun 1988 dengan menyingkirkan PSMS dengan skor 3 - 1.
Liga Indonesia
Singkat cerita, di tahun 1994 PSSI kemudian menelurkan keputusan untuk menggabungkan tim-tim yang ada di bawah bendera kompetisi Perserikatan dan Galatama dalam ajang tunggal Liga Indonesia. Tiga tahun setelah melahirkan keputusan tersebut Persebaya Surabaya menjadi juara, persisnya di tahun 1997.
Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I. Tiga tahun kemudian atau tahun 2005, Persebaya menggemparkan publik sepak bola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga memupuskan harapan PSIS dan PSM untuk lolos ke final.
Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Namun, skorsing direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia. PSSI juga menghukum pimpinan Persebaya Bambang DH dengan skorsing 10 tahun dan Saleh Ismail Mukadar, diskorsing 2 tahun.
Tahun 2006, Arif Afandi meneruskan tampuk kepemimpinan Persebaya yang berlaga di kompetisi Amatir, Divisi Satu dan berhasil membawa Persebaya promosi ke Divisi Utama. Namun di Divisi Utama Arif Afandi tidak berhasil membawa Persebaya promosi ke Indonesia Super League (ISL). Sebagai konsekuensi, Arif Afandi diminta mundur oleh internal organisasi Persebaya.
Di tahun 2008, Saleh Ismail Mukadar yang sudah terbebas dari masa skorsing kembali memegang Persebaya. Di Divisi Utama, Persebaya berhasil lolos ke ISL setelah menjalani babak playoff melawan PSMS Medan. Tapi cuma bertahan setahun di ISL, Persebaya di bawah pimpinan Saleh Ismail Mukadar kembali terdegradasi ke Divisi Utama.
Saleh Ismail Mukadar menuding PSSI sengaja membuat Persebaya terdegradasi. Saat itu Saleh Ismail Mukadar juga menyatakan Persebaya Surabaya tidak akan ikut lagi di kompetisi PSSI. Karena tindakannya ini, PSSI Jawa Timur membekukan kepengurusan PSSI Surabaya di mana Saleh Ismail Mukadar tercatat sebagai Ketua PSSI Surabaya.
Dari sinilah akhirnya Persebaya Surabaya secara perlahan mulai terbelah. Dan puncaknya di akhir 2010, Persebaya benar-benar terpecah menjadi dua tim. Satu tim dengan manajer Wisnu Wardhana mengikuti Divisi Utama Liga Indonesia. Sementara tim lainnya, Persebaya di bawah Saleh Ismail Mukadar mengikuti Liga Primer Indonesia.
Perpecahan Persebaya
Kenapa bisa terpecah? Dari berbagai sumber yang saya baca, penyebabnya karena Persebaya Surabaya seperti dipaksa kalah walkover (WO) oleh Persik Kediri. Persebaya yang seharusnya menghadapi Persik di Stadion Jakabaring, Palembang, Minggu (8/8/2010), tidak datang ke Palembang sebagai bentuk penolakan bertanding.
Hal ini bisa terjadi karena sebenarnya kubu Persebaya melakukan protes. Pada 29 April 2010 seharusnya laga Persik Kediri kontra Persebaya Surabaya digelar di Kediri namun batal karena alasan tidak mendapat izin dari pihak keamanan. Setelah itu PSSI memindahkan laga ke Yogyakarta pada 6 Mei 2010. Kubu Persebaya hadir di lapangan, sementara kubu Persik Kediri tidak hadir.
Buntutnya, tanggal 7 Mei 2010 Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan sanksi kepada Persik Kediri berupa denda Rp 25 juta dan dinyatakan kalah WO. Keputusan ini secara legal dituangkan dalam surat keputusan Nomor 74/Kep/KD/ISL/II/V-10. Persik Kediri lalu mengajukan banding ke Komisi Banding PSSI namun mental lagi karena pada tanggal 7 Juni 2010, Komisi Disiplin PSSI kembali menjatuhkan denda Rp 25 juta akibat Persik Kediri mengajukan banding ke Komisi Banding PSSI.
Namun anehnya, ini memang aneh sih, Komisi Banding rupanya merekomendasi PT ISL untuk menggelar tanding ulang Persik melawan Persebaya untuk memperebutkan tiket playoff pada 5 Agustus 2010 di Kediri. Rekomendasi ini dituangkan melalui surat keputusan Nomor 6/Kep/KB/ISL/II/V-10. Tapi laga ini lagi-lagi batal karena pada 3 Agustus 2010, Polda Jawa Timur mengeluarkan larangan menggelar laga Persik melawan Persebaya di Kediri. Kubu Persik pada 5 Agustus tetap datang ke Stadion Brawijaya, sementara kubu Persebaya urung datang atas dasar larangan dari Polda Jawa Timur.
PSSI yang ingin laga ini tetap digelar kemudian memindahkan venue laga ke Palembang sebagai tempat netral dan menetapkan 8 Agustus 2010 sebagai jadwal tanding. Tapi kubu Persebaya tidak hadir ke Palembang dan akhirnya dinyatakan PSSI kalah WO (skor 3-0) dari Persik Kediri.
Jujur saja, hasil ini sebenarnya tidak menguntungkan bagi Persebaya maupun Persik Kediri. Keduanya tetap degradasi karena Persik Kediri tetap kalah selisih gol dari Pelita Jaya Karawang untuk bisa lolos ke babak playoff. Persik Kediri membutuhkan tujuh gol tanpa balas untuk lolos sementara Persebaya Surabaya memerlukan tiga gol tanpa balas untuk bisa lolos.
Liga Premier Indonesia
Sampai akhirnya lahir Liga Primer Indonesia (LPI) yang dibuat konglomerat Arifin Panigoro pada tahun 2010. Ada 20 klub yang ikut, termasuk Persebaya yang kecewa karena dipaksa kalah WO dari Persik Kediri, lalu Arema, Persema, Persibo, dan PSM. Keberadaan LPI ini membuat Ketua Umum PSSI kala itu, Nurdin Halid berang dan mengancam klub yang ikut LPI akan dikeluarkan dari PSSI. Namun Persebaya, Arema, Persema, Persibo dan PSM tidak peduli dengan ancaman itu dan tetap mengikuti LPI.
Nurdin Halid lantas menghubungi Ketua DPRD Surabaya dari Partai Demokrat, Wisnu Wardhana. Kepada Wisnu Wardhana, Nurdin Halid menyatakan Badan Liga Indonesia (BLI) dan PT Liga Indonesia masih menunggu kesiapan Persebaya untuk berlaga di Divisi Utama LI musim 2010/2011
Respon Wisnu sesuai harapan Nurdin Halid. Wisnu menghubungi Wastomi Suheri (kini sudah wafat.red), salah satu tokoh dari YSS (Yayasan Suporter Surabaya) untuk membentuk Persebaya Divisi Utama (DU)
Klub Persebaya sendiri sebenarnya sudah mulai bersiap untuk mengikuti LPI yg akan dimulai Januari 2011. Tapi Wastomi tetap bersikeras dan akhirnya membentuk Persebaya yang akan berlaga di Divisi Utama Liga Indonesia. Manajemen klub ini dibentuk dan diisi Wisnu Wardhana, Wastomi dan beberapa orang dari YSS. Karena terbentur waktu persiapan yang sangat singkat, kerangka tim Persebaya versi Wisnu dan Wastomi Suheri kemudian diambil dari para pemain Persikubar Kutai Barat. Persikubar sendiri adalah tim Divisi Utama yang memiliki home base di Stadion Angkatan Laut Bumimoro Surabaya. Launching tim Persebaya DU digelar di Balai Pemuda Surabaya. Saya kebetulan sempat hadir di sana untuk melihat.
Setelah launching, Persebaya DU langsung mendapat izin menggelar pertandingan dari Kepolisian Surabaya. Mendahului Persebaya yang akan berlaga di kompetisi LPI. akibatnya jelas, kepolisian tidak mau mengeluarkan dua izin untuk nama klub yang sama. Dan akhirnya lahirlah klub dengan nama Persebaya 1927.
Persebaya DU yang dikomandoi Wisnu dan Wastomi, di akhir musim terdegradasi ke Divisi I karena memainkan Sulkhan Arif, pemain yang mengantongi akumulasi kartu saat melawan Perseru Serui. Sampai di sini, pengurus PSSI berganti dari Nurdin Halid ke Djohar Arifin.
Tapi Persebaya tetap pecah. Persebaya DU yang disokong PT Mitra Muda Inti Berlian (MMIB) tidak bisa atau tidak mau, entahlah, untuk merger dengan Persebaya 1927 yang dikelola PT Pengelola Persebaya Surabaya. Mungkin karena Persebaya DU disokong PT MMIB yang Chief Executive Officer-nya adalah Diar Kusuma, sosok yang dikabarkan dekat dengan Wakil Ketua Umum PSSI, La Nyalla Mattalitti.
Secara internal, dari 30 anggota klub Persebaya juga terbelah, 23 klub mendukung Persebaya 1927 dan tujuh klub mendukung Persebaya DU. Tujuh klub yang mendukung Persebaya DU karena dengar-dengar dijanjikan saham dua persen oleh La Nyalla Mattalitti, untuk Yayasan Suporter Persebaya yang dikelola Wastomi Suheri - almarhum.
Dari fakta yang tertuang di artikel ini, harapan saya masyarakat Indonesia bisa lebih bijaksana menilai kondisi yang terjadi di Persebaya. Untuk Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, keberaniannya untuk tidak mengizinkan Persebaya DU memainkan laga home di Surabaya juga patut diapresiasi.
Akhir kata, saya ingin mengatakan seperti inilah akibatnya jika sepak bola terlalu dalam disusupi oleh permainan dan intrik-intrik politik praktis yang munafik. Padahal kita semua sebagai rakyat Indonesia sangat menginginkan sepak bola kita dapat menggapai kejayaan sekaligus prestasi di dunia internasional, baik dalam level klub maupun level tim nasional. Salam satu nyali, wani!! Save Persebaya 1927 and save Indonesian Football.
Oleh: Sishoko Bonek 1927 (Surabaya)






Posts
11.190
Berita Terkait
Timnas
Timnas Indonesia vs Lebanon: Patrick Kluivert Janjikan Skema Menyerang
Timnas Indonesia akan menjalani laga kontra Lebanon di Gelora Bung Tomo, Surabaya, Senin (8/9) malam WIB.
Yusuf Abdillah - Minggu, 07 September 2025

Timnas
Minim Menit Bermain di Klub, Timnas Indonesia U-23 Butuh TC Jangka Panjang
Hasil yang membanggakan bagi pelatih Gerald Vanenburg. Hanya saja masih ada hal yang membuat pelatih asal Belanda itu merasa belum puas.
Yusuf Abdillah - Minggu, 07 September 2025

Timnas
Andai Timnas U-23 Gagal Lolos Ke Piala Asia U-23 2026, Erick Thohir Jamin Posisi Gerald Vanenburg Tetap Aman
Timnas Indonesia U-23 terancam tak lolos Piala Asia U-23 2026.
Tengku Sufiyanto - Minggu, 07 September 2025

Liga Indonesia
Gustavo Almeida Tak Digaransi Kembali Jadi Pilihan Utama di Persija Usai Sembuh dari Cedera
Penampilan Emaxwell Souza dan Allano Lima di empat pekan Super League 2025/2026 sangat menjanjikan.
Rizqi Ariandi - Sabtu, 06 September 2025

Timnas
Penilaian Ketum PSSI Erick Thohir soal Debut Mauro Zijlstra dan Miliano Jonathans di Timnas Indonesia
Menurut Erick Thohir, terlalu dini dalam menilai permainan kedua pemain itu. Namun, Erick melihat ada potensi lini depan Timnas Indonesia semakin bertaring.
Rizqi Ariandi - Sabtu, 06 September 2025

Liga Indonesia
Chonburi FC Academy Juara Nusantara Open 2025, 30 Pemain Masuk Pantauan
Chonburi FC Academy menjadi juara Nusantara Open 2025 usai mengalahkan Dewa United Academy.
Rizqi Ariandi - Jumat, 05 September 2025

Timnas
Persija Sedang On Fire, Mauricio Souza Berharap Rizky Ridho dan Jordi Amat Tidak Cedera di Timnas Indonesia
Timnas Indonesia akan menghadapi China Taipei (5/9) dan Lebanon (8/9) pada FIFA Matchday kali ini.
Rizqi Ariandi - Jumat, 05 September 2025

Timnas
Bela Timnas Indonesia, Pemain Los Angeles FC Tak Perlu Dinaturalisasi
Hal ini dikatakan oleh Ketum PSSI Erick Thohir.
Tengku Sufiyanto - Kamis, 04 September 2025

Timnas
Yunus Nusi: Enggak Usah Demo, Nonton Timnas Indonesia Saja
Timnas Indonesia U-23 dan Timnas Indonesia Senior menghadapi pertandingan internasional di bulan September 2025.
Tengku Sufiyanto - Selasa, 02 September 2025

Timnas
Breaking News, Pertandingan Timnas Indonesia U-23 dan Senior Dapat Izin Pakai Penonton
Pertandingan Timnas Indonesia U-23 dan Timnas Indonesia Senior di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 serta FIFA Matchday, mendapat izin dari pihak keamanan.
Tengku Sufiyanto - Selasa, 02 September 2025
