Piala Dunia 1966: Hat-trick Hurst dan Memori Manis yang Membayangi Tiga Singa


BolaSkor.com - Sebelum Piala Dunia 1966 digelar, pelatih Inggris kala itu, Sir Alf Ramsey menegaskan “Inggris akan memenangkan Piala Dunia” di rumah. Pernyataan yang saat itu dibilang sangat berani.
Bagaimana tidak? Meski disebut sebagai "rumahnya sepak bola", Inggris bukanlah apa-apa sejak kembali ke kancah sepak bola dunia pada 1950.
Tapi Ramsey yakin Inggris akan menjadi mengulangi sukses Italia yang menjadi juara saat menjadi tuan rumah pada 1934. Dan ucapan Ramsey terbukti. Semua itu tak lepas dari hat-trick dari Geoff Hurst.
Tampil di depan publik sendiri, Inggris mengawali turnamen dengan tak meyakinkan. Namun, Ramsey kemudian membuat pasukannya berevolusi. The Three Lions tampil lebih terorganisir dan tangguh. Dengan cara bermain yang unik, permainan Inggris kala itu mendapat julukan "The Wingless Wonders."
Sebelum Piala Dunia berlangsung, Inggris dikatakan sebagai tim dengan pemain yang kurang berbakat. Tapi mereka akhirnya mampu membungkam semua itu.
Inggris memiliki Bobby Charlton, salah satu pemain dengan sepakan terbaik di dunia. Mereka juga diperkuat bek tangguh yang juga kapten karismatik, Bobby Moore.
Ramsey sempat was-was karena kehilangan striker Jimmy Greaves karena cedera. Namun, justru ini yang membawa berkah bagi Inggris. Untuk mengisi posisi Greaves, Ramsey mempromosikan Hurst menjadi starter.
Hurst membayar kepercayaan yang diberikan dengan mencetak gol semata wayang pada partai perempat final kontra Argentina. Setelah itu, Hurst terus menjadi pilihan utama Ramsey hingga laga final meski Greaves sudah pulih.
Ini adalah keputusan yang membuat nama Hurst menjadi identik dengan sejarah final Piala Dunia. Di final melawan Jerman (Barat), Hurts mencetak hat-trick dan Inggris menjadi kampiun dunia di kandang sendiri usai mengalahkan Jerman 4-2 lewat pertandingan yang diwarnai kontroversi.
Lebih dari 50 tahun kemudian, Hurst masih menjadi satu-satunya pemain yang mencetak hat-trick di final. Dan bagi Inggris sendiri itu merupakan momen paling bersejarah yang hingga kini belum bisa diulang.
Tak heran jika pernyataan Ramsey sebelum babak perpanjangan waktu di laga final. Dilihat dari konteks saat ini, pernyataan motivasi dari Ramsey terdengar pahit. Pernyataan yang terus membayangi Sang Tiga Singa tiap kali akan bertarung di Piala Dunia.
"Anda telah memenangkannya sekali, sekarang pergi dan lakukan lagi," kata Ramsey.
Beban Mengulang Sukses
Sudah 52 tahun berselang, Inggris belum juga mampu melakukan apa yang dicapai Hurst cs. Sementara beberapa orang mengingat kemenangan 1966, yang lain hanya dapat membayangkan kegagalan yang menyiksa.
Inggris seperti berada di bawah bayang-bayang masa lalu. Sukses 52 tahun seakan menjadi beban di pundak penggawa timnas Inggris. Alhasil, kegagalan demi kegagalan yang digapai.
Ada yang mengatakan Inggris terkena kutukan. Itulah mengapa selalu saja ada kesialan yang menimpa mereka. Pada Piala Dunia 2006, Inggris kalah adu penalti di perempat final oleh Portugal. Kala itu Inggris harus kehilangan bintang mereka David Beckham yang cedera sesaat setelah babak kedua berjalan.
Sebelumnya, pada 1998, Inggris kembali kalah adu penalti di perempat final. Kali ini di tangan Argentina. Pada laga ini publik menjadikan Beckham yang terkena kartu merah sebagai kambing hitam.
Ke belakang lagi, ada kegagalan Inggris di semifinal usai takluk lewat adu penalti oleh Jerman. Yang selalu diingat pencinta sepak bola dunia dari laga ini adalah tangisan dari Paul "Gazza" Gascoigne. Sang bintang menangis setelah menerima kartu kuning yang membuatnya tak bisa tampil jika Inggris lolos ke final. Meski pada akhirnya Inggris memang gagal ke final.
Lalu di Piala Dunia 1986, Inggris disingkirkan Argentina di perempat final. Di laga inilah terjadi gol "tangan Tuhan" Diego Maradona. Dan, yang terbaru tentu saja Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Kontroversi pun terjadi pada laga babak 16 besar ini ketika wasit menganulir gol Frank Lampard ke gawang Jerman meski sudah jelas melewati garis gawang.
Jadi, benarkah Inggris terkena kutukan? Atau mereka acap gagal menanggung beban berat bernama ekspektasi dari publik yang begitu tinggi? Kini publik Inggris berusaha menekan pengharapan mereka, bahkan mereka bisa dibilang tak memiliki harapan besar pada tim asuhan Gareth Southgate. Siapa tahu, dengan tidak adanya ekspektasi tinggi Harry Kane dkk bisa tampil lepas, seperti yang terjadi 52 tahun silam.
Yusuf Abdillah
9.138
Berita Terkait
Hasil Kualifikasi Piala Dunia 2026: Lionel Messi Cetak Brace, Argentina Bekuk Venezuela

Catat Rekor Buruk, Julian Nagelsmann Sebut Jerman Bermain tanpa Emosi

Meski Jalani Awal Cemerlang di Liverpool, Hugo Ekitike Tidak Dapat Tempat di Timnas Prancis

Kualifikasi Piala Dunia 2026: Pelatih Jerman Julian Nagelsmann Panggil Tiga Nama Baru

Lawan Andorra, Thomas Tuchel Ingin Inggris Menyerang Tak Kenal Lelah

Sepak Bola Spanyol Berduka, Manolo el del Bombo, Pendukung Sejati La Roja Wafat di Usia 76 Tahun

Argentina Masih Mengharapkan Lionel Messi Tampil di Piala Dunia 2026

Demi Bungkam Kritik, Brasil Bertekad Akhiri Rekor Buruk di Argentina

Awal Sempurna, Thomas Tuchel: Masih Ada Ruang untuk Perbaikan

Hadapi Brasil dan Uruguay, Argentina Tidak Akan Diperkuat Lionel Messi
