Perdamaian The Jakmania dengan Viking Terancam Gagal

Jakarta - Suporter Persija Jakarta, The Jakmania, mengaku kecewa dengan pihak Polda Jawa Barat terkait insiden yang terjadi di tol Cipularang pada Kamis (8/5). Bahkan perjajian islah kedua kubu suporter terancam gagal bila tidak ada permintaan maaf dari Polda Jabar.

Menurut Ketua The Jakmania, Larico Ranggamone, insiden yang terjadi di tol Jakarta- Cipularang telah mencoreng perjanjian damai antara kedua suporter yang ditanda tangani pada 11 April 2014 lalu.

"Kami datang ke Bandung dengan semangat islah yang ditandatangai beberpa waktu lalu. Sewaktu islah tersebut, ada perkataan Wakapolda yang berbunyi 'Selamat bertemu di Jalak Harupat.' Itu yang membuat semangat kami bangkit untuk islah tersebut," ungkap Larico kepada wartawan di kantor Persija, Jumat (9/5).

Namu, kenyataan di lapangan berbeda jauh dengan yang diharapkan. Niat 1500 The Jakmania harus terhenti saat memasuki tol Padalarang. Pihak Kepolisian tidak memberikan izin memasuki wilayah bandung dan mengintruksi untuk kembali ke Jakarta.

Larico mengungkapkan, setelah bernegosiasi dan mendapatkan arahan, The Jakmania berbalik arah dan kembali menuju Jakarta. dalam perjalanan mereka dikawal pihak Jasa Marga dan kepolisian. Namun, ketika hendak beristirahat di KM 42, The Jakmania mendapat serangan dari anggota polisi.

"Kami kecewa, banyak anggota The Jakmania yang jadi korban. Bahkan bukan hanya laki-laki, ada juga korban perempuan. Satu anggota kami juga terkena tembakan dan sampai sekarang masih dirawat di Rumah Sakit Polri," tambanya.

Dengan kejadian tersebut, The Jakmania berencana akan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisan. Selain itu, kubu Jakmania juga menutut permintaan maaf dari pihak Polda Jawa Barat. Jika hal itu tidak terjadi, maka perjanjian damai yang telah disepakai terancam gagal.

"Besok, kami akan menyambangi Mabes Polri. Kami akan melaporkan kejadian kemarin. Beberapa barang bukti sudah kami simpan. Kami juga punya foto-foto kejadian," kata Larico.

"Pihak Polda Jawa Barat harus minta maaf. Mereka harus mengganti kerugian yang kami derita. Atau perjanjian damai dengan The Viking batal. Bukan kami yang rusak, tapi Polda Jabar sendiri yang merusaknya," tegas Larico.