Mengenang Kobe Bryant: Mamba Out

Yusuf AbdillahYusuf Abdillah - Senin, 27 Januari 2020
Mengenang Kobe Bryant: Mamba Out

BolaSkor.com - Dunia olahraga berduka atas wafatnya Kobe Bryant. Seorang legenda, ikon, idola, suami, dan ayah. Seperti yang pernah dikatakan Kobe Bryant, "Heroes come and go, but legends are forever." "Pahlawan datang dan pergi, tapi legenda ada selamanya." Kobe adalah legenda.

Ucapan belasungkawa mengalir deras sesaat kabar tragedi yang menimpa Kobe Bryant. Reaksi yang sejatinya tidak mengejutkan mengingat Kobe sudah menyentuh banyak orang, tidak hanya di dunia bola basket. "Yang paling penting adalah berusaha dan menjadi inspirasi orang banyak agar bisa hebat pada apapun yang mereka ingin lakukan," ujar Kobe suatu saat.

Baca Juga:

Kobe Bryant: Legenda dan Panutan Tokoh Olahraga Dunia

Ada di Helikopter yang Sama, Putri Kobe Bryant Turut Tutup Usia

Terlibat Kecelakaan Helikopter, Kobe Bryant Tutup Usia

Khusus di dunia bola basket, tidak ada yang meragukan kecintaan dan dedikasi Kobe, pemain yang masih menyelesaikan lemparan bebas ketika urat tendon kakinya putus. Kecintaan Kobe terhadap bola basket bisa tercermin dari potongan puisi pada surat cintanya kepada bola basket, yang menjadi sebuah film animasi pendek peraih Oscar, Dear Basketball.

From the moment
I started rolling my dad's tube socks
And shooting imaginary
Game-winning shots
In the Great Western Forum
I knew one thing was real:
I fell in love with you...

Sejak pertama kali memutuskan terjun ke NBA selepas SMA, Kobe Bryant, langsung menyita perhatian. Selama dua dekade Kobe memberi warna ketatnya kompetisi NBA. Hingga kematiannya, Kobe masih terlibat dekat dengan bola basket, khususnya melalui putri keduanya Gianna, yang juga wafat dalam kecelakaan helikopter. Gigi, sapaan akrab Gianna, bersama timnya dari Mamba Sports Academy asuhan sang ayah, sejatinya akan bertanding pada sore hari. Naman Tuhan berkehendak lain.

Bagi pada atlet, Kobe Bryant adalah panutan dengan apa yang disebut Mamba Mentality-nya. Mayoritas atlet saat ini menjadi saksi bagaimana Kobe Bryant selalu terlihat percaya diri, apapun kondisinya.

Kepercayaan diri yang tinggi itu sudah terlihat saat Bryant tiba di NBA di usia 17 tahun, saat didraft di urutan ke-13 pada 1996. Ketika itu anak dari eks pemain NBA Joe "Jellybean" Bryant itu tidak menutupi ambisinya untuk bisa melewati Michael Jordan. Sebuah ambisi yang dinilai terlalu tinggi saat itu. Namun, pada saat itulah mentalitas mamba sudah ada.

Kepercayaan diri dan ambisi tentu tidak cukup. Karena itulah, Kobe Bryant menjadi panutan terbaik bagi atlet muda. Kepercayaan diri dan ambisi harus diimbangi dengan dedikasi. Terbukti, selama 20 tahun berkarier, Bryant 18 kali terpilih menjadi All Star, MVP musim reguler pada 2008, dan dua MVP final untuk melengkapi lima cincin juara NBA.


Jerry West

Dalam karier yang penuh dengan highlight, ada beberapa momen kunci membantu mendefinisikan warisan Bryant. Dimulai dari pertukaran (trade) yang menjadikan Bryant seorang Lakers. Pada draft 1996 Bryant yang dipilih oleh Charlotte Hornets yang langsung ditukar dengan Los Angeles Lakers yang mengirimkan Vlade Divac ke Hornets. Pertukaran itu direkayasa oleh manajer umum Lakers pada saat itu, Jerry West, yang langsung terpesona oleh keberanian Bryant dan bakat luar biasa.

Menonjol di Lower Merion High School di Ardmore, Philadelphia, Bryant telah mengikuti audisi untuk Lakers dalam latihan predraft. Kala itu Bryant langsung menarik perhatian, terlebih saat latihan satu lawan satu melawan asisten pelatih dan juga mantan pemain bertahan Lakers Michael Cooper.

Hanya segelintir siswa sekolah menengah yang langsung ke NBA pada saat itu dan Bryant bisa menjadi guard pertama yang melakukannya. Tapi West meninggalkan latihan lebih awal, menyatakan bahwa dia sudah cukup melihat. "Dia lebih baik daripada siapa pun di tim kami saat ini," ujar West kala itu.

Seperti visi Jerry West, Kobe Bryant memang mampu mengembalikan Lakers ke kejayaan, meskipun dalam perjalanannya diwarnai gejolak bersama Shaquille O'Neal. Duet yang membawa Lakers kampiun 1999-2000, 2000-01 dan 2001-02. Kobe kemudian, meski dalam kondisi tim tidak ideal, mampu menjadi juara dua kali lagi pada 2008-09 dan 2009-10.

Ketika itu Kobe Bryant juga tidak lepas dari kritik. Dia acap disebut pemain yang egois, pemain yang selalu ingin mendominasi bola, dan pemain yang memilih-milih tembakan. Namun dengan dorongan untuk menyaingi Jordan dan kemampuan untuk mengusir kritik, Bryant menjadi tokoh sentral dalam salah satu drama paling panas dalam sejarah olahraga tim.

Pada saat memutuskan selamat tinggal kepada NBA pada April 2016, Kobe Bryant melakukannya secara spektakuler ala Kobe. Dalam laga perpisahannya itu dia mencetak 60 poin dalam sebuah laga yang tak terlupakan melawan Utah Jazz.

Bryant telah membangun warisan tak tertandingi yang membuat Lakers mempensiun kedua nomor jersey yang dikenakannya No. 8 dan No. 24. Nama Kobe Bryant sejatinya bakal masuk ke Naismith Memorial Basketball Hall of Fame pada akhir Agustus nanti, pada saat dia memenuhi syarat.


Kobe dan Shaq

Mengulas perjalan karier Kobe Bryant tentu harus memasukkan nama Shaquille O'Neal. Keduanya memang memiliki hubungan unik.

Ketika Bryant muda mulai mendaki daftar pencetak skor terbanyak, O'Neal menjulukinya remaja kurang ajar yang suka pamer. Veteran di Lakers itu berusaha untuk menjaga agar ambisi rookie Bryant tetap rendah. Tapi usaha itu sia-sia. O 'Neal gagal meski secara khusus bertekad untuk menunjukkan kepada Bryant bahwa dialah pemain utama.

Tapi Bryant tidak bisa digoyahkan dengan semua itu. Setelah Lakers beberapa kali gagal di playoff, Bryant seperti mengambil alih Lakers dan membawa timnya juara di musim keempatnya. O'Neal dan Kobe menjelma menjadi duet paling menghancurkan di NBA, di bawah asuhan pelatih jenius Phil Jackson.

"Kobe tidak peduli tentang kehidupan malam atau apa pun," Del Harris, yang melatih Bryant untuk di dua musim pertama. “Dia hanya memiliki satu minat. Satu-satunya fokus adalah menjadi yang terbaik yang dia bisa. Dan dalam benaknya itu berarti menantang Michael Jordan."


Ujian Berat

Mentalitas Bryant mendapatkan ujian berat pada 2003 ketika dia dituduh melakukan kekerasan seksual. Tuduhan ini mencoreng citra seorang Kobe, bahkan nyaris menghancurkan rumah tangganya. Ketika itu pandangan publik kepadanya berubah. Meski akhirnya dia terbebas dari tuduhan, citra negatif dari kasus tersebut akan selalu melekat.

Dia dituduh melakukan kejahatan seksual pada 2003 yang berasal dari sebuah insiden di sebuah hotel di Colorado. Bryant dituduh memperkosa seorang wanita berusia 19 tahun yang bekerja di properti itu sebagai penerima tamu. Jaksa akhirnya membatalkan kasus ketika wanita itu mengatakan kepada mereka bahwa dia tidak mau bersaksi.

Bryant kemudian mengeluarkan permintaan maaf, mengatakan dia mengerti bahwa wanita itu, tidak seperti dirinya sendiri, tidak menganggap pertemuan mereka sebagai konsensual. Tuntutan yang diajukan wanita itu terhadap Bryant kemudian diselesaikan di luar pengadilan.

Lambat laun, meski masih mengikutinya, publik seperti melupakan apa yang terjadi pada 2003 itu. Hal ini tidak lepas dari Kobe Bryant yang terus membuat sejarah di atas lapangan. Seperti yang dilakukannya pada Januari 2006. Saat itu Bryant mencetak 81 poin melawan Toronto Raptors. Dia pun menjadi pencetak skor tertinggi kedua dalam sejarah, di belakang Wilt Chamberlain yang membuat 100 poin pada 1962.

Pada periode akhir karier, Bryant bukan lagi remaja yang suka pamer. Kobe Bryant yang selalu penuh percaya diri menjelma menjadi panutan, idola yang mengisipirasi banyak pemain yang saat ini meneruskan jejaknya di NBA.

Hingga akhirnya perjalanan sang Black Mamba berakhir saat helikopter yang rutin dia naiki mengalami kecelakaan. Dunia tidak hanya kehilangan seorang atlet bola basket, tapi juga kehilangan seorang manusia yang penuh dengan jiwa kemanusiaan. Dunia menangis atas berpulangnya seorang manusia hebat. Manusia bernama Kobe Bryant.

Seperti yang diucapkan Kobe Bryant pada pengunduran dirinya,"Musim ini saya memberikan segalanya yang saya punya. Jantung saya bisa terus berdegup kencang. Pikiran saya masih bisa bekerja keras. Tapi tubuh saya tahu sudah saatnya mengucapkan selamat tinggal. Dan itu oke. Saya sudah siap berpisah."

Well, selamat berpisah Kobe Bryant. Mamba Out.

NBA Kobe Bryant
Ditulis Oleh

Yusuf Abdillah

Posts

6.253

Bagikan