Stadion UMS Petak Sinkian, Antara Sengketa dan Legenda



Seiring diresmikannya stadion pada 15 Desember 1905, terbentuk pula tim sepakbola dengan nama yang sama. Hingga kini, keduanya masih membe-rikan kontribusi bagi sepak bola Indonesia. Nama besar seperti mendiang drg. Endang Witarsa yang akrab disapa "Dokter" oleh para rekannya tak bisa dilepaskan dari sejarah UMS. "Dokter dan UMS seperti dua sisi mata uang, tak dapat dipisahkan," jelas Pelatih Kepala UMS Jan Somar ketika ditemui bolaskor.com di ruang kerjanya pada Selasa (17/12) siang. Pria yang pernah merasakan gemblengan almarhum dokter kini dipercaya untuk membesarkan kembali UMS yang sempat tenggelam dan nyaris mati suri.
Stadion dan Sengketa
Januari 2011 menjadi lembaran hitam dalam catatan sejarah Lapangan UMS Petak Sinkian. Skenario penyitaan dan penggusuran lapangan menghantui segenap pengurus Yayasan UMS. Pasalnya, ada pihak yang mengaku memiliki lahan tersebut. Jan yang saat itu telah menjabat sebagai pelatih kepala memaparkan bahwa sejak didirikan pada 1905, UMS lah memakai dan mengelola lapangan tersebut. "Saya ditugaskan mengerahkan massa yang merupakan siswa-siswa Sekolah Sepak Bola UMS untuk berkumpul di lapangan," imbuhnya. Ia berencana memperlihatkan kepada juru sita Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang akan mengeksekusi lapangan pada 19 Januari 2011 silam itu bahwa Lapangan UMS Petak Sinkian masih berfungsi sesuai peruntukannya sebagai sarana olahraga bahkan memiliki sekolah sepak bola.
[caption id="attachment_16534" align="alignright" width="476"]
Tim eksekusi lahan dari Pengadilan Jakarta Pusat terperanjat ketika menda-pati lapangan yang akan mereka sita dipadati ratu-san murid SSB UMS yang tengah berlatih. Kabar yang diterima para juru sita selama ini bahwa lapangan tersebut adalah sebuah lahan tidur, bertentangan dengan fakta di lapangan. Tergugah melihat kenya-taan yang ada, akhirnya eksekusi lahan pun urung dilakukan. Simpang siur kabar kala itu yang beredar bahwa lapa-ngan lawas tersebut akan dialihfungsikan menjadi pusat perbelanjaan serta lahan komersial kandas. Berita gembira bagi yayasan dan para siswa SSB khususnya juga dilansir beberapa media saat itu. Republika merilis berita pada 30 Januari 2011 silam yang berisi pernyataan Wagub DKI yang saat itu dijabat oleh Prijanto bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan bahwa lapangan sepak bola milik klub UMS akan tetap menjadi ruang terbuka hijau. Pernyataan senada juga disampaikan Jan. "Kondisi lapangan status quo hingga kini, dan Yayasan UMS ditunjuk sebagai pengelola dan tetap boleh memanfaatkan lapangan."
Sekolah Sepak Bola UMS
Konsistensi UMS dalam mencetak atlet berprestasi dan berkepribadian luhur dijaga hingga kini. Terbukti dari beberapa nama seperti Widodo C. Putro, Hadi Mulyadi, Surya Lesmana, dan Sony Kurniawan terlahir dari Petak Sinkian. Senin hingga Minggu telah dipadati jadwal latihan rutin SSB UMS. Kategori usia yang dibina UMS kini mulai dari delapan tahun hingga senior. "Siswa SSB UMS didominasi oleh mereka yang berdomisili di sekitar Jakarta Barat seperti Jembatan lima, Tanjung Priok, Sunter, Pademangan, dan Muara Angke, bahkan Tangerang," jelas Jan.
Finansial menjadi kendala terbesar yang dihadapi Yayasan UMS dalam mengelola lapangan dan sekolah. Biaya bulanan per siswa sebesar Rp 50.000 tergolong sangat murah untuk sebuah sekolah sepak bola.
Dua agenda besar tahunan yang digelar UMS ialah peringatan ulang tahun UMS yang jatuh pada 15 Desember serta sejumlah kegiatan untuk usia dini yang diadakan tiap April mengenang Sang Perintis UMS, almarhum drg. Endang Witarsa.