Kode Keras, Toni Kroos Tak Nyaman Bermain sebagai Gelandang Bertahan di Real Madrid
BolaSkor.com - Jeda internasional datang di waktu yang tepat bagi Real Madrid. Sebab, El Real menutup pertarungan LaLiga akhir pekan lalu sebelum jeda internasional dengan rentetan empat laga beruntun tak pernah menang di seluruh kompetisi.
Parahnya, tiga di antaranya berakhir kekalahan saat melawan Sevilla (0-3), CSKA Moscow (0-1), dan Deportivo Alaves (0-1). Buntut kekalahan itu ujung-ujungnya menyudutkan pelatih asal Spanyol, Julen Lopetegui. Rumor pemecatan sudah muncul meski ia baru sebentar melatih klub.
Ia bisa bernasib sama seperti Rafael Benitez yang hanya bertahan sebentar sebagai pelatih Madrid, sebelum digantikan oleh Zinedine Zidane yang memberikan tiga titel Liga Champions beruntun. Itulah kenapa, jeda internasional datang di waktu yang tepat.
Selagi Lopetegui melakukan evaluasi atas catatan-catatan minor Madrid dalam empat laga terakhir di seluruh kompetisi, para pemain klub yang membela timnas juga berusaha melupakannya sesaat dan mencari kesenangan dengan atmosfer baru.
Kendati demikian, tetap saja ada pemain yang kian menyudutkan Lopetegui dengan metode kepelatihan atau filosofi sepak bola yang diusungnya. Dia adalah gelandang Jerman berusia 28 tahun, Toni Kroos.
Eks pemain Bayern Munchen sedianya selalu dipercaya bermain oleh Lopetegui, namun, Kroos kebanyakan bermain sebagai gelandang bertahan yang notabene bukan posisi terbaiknya (gelandang tengah).

"Saya bukan Casemiro." Begitu ucapan singkat Kroos yang secara tidak langsung mengakui jika ia tidak nyaman bermain sebagai gelandang bertahan, dilansir dari AS. Artinya, Kroos turut mempertanyakan pilihan taktik Lopetegui, karena Casemiro adalah gelandang bertahan murni yang dimiliki Madrid.
Dilihat dari tipikal bermain Kroos yang pandai mengalirkan bola ke berbagai sisi dengan visi bermainnya, plus kemampuannya melakukan tendangan jarak jauh, ia kurang lebihnya sama dengan eks Madrid, Xabi Alonso. Hanya berbeda dari segi kemampuan melapis lini belakang dan merebut bola dari penguasaan lawan.
Memang, bersama Zidane, Kroos dibebaskan untuk membantu tim bertahan atau naik membantu serangan guna menghadirkan opsi mencetak gol dari lini kedua. Sementara bersama Lopetegui, Kroos benar-benar dijadikan "Andrea Pirlo" yang bertugas menjadi deep-lying playmaker. Wajar saja jika ia tidak nyaman dengannya.
Arief Hadi
16.042
Berita Terkait
Charity Match I League-APPI Berhasil Kumpulkan Rp265 Juta untuk Korban Bencana di Sumatra
Amankan Emas SEA Games dan Olimpiade, Rizki Juniansyah Bertekad Lengkapi Koleksi Medali di Asian Games
Catat Sejarah Baru, Timnas Hoki Es Indonesia Menang Emas di Final Sea Games 2025!
Link Streaming dan Jadwal Siaran Langsung Bologna vs Inter Milan, Live Sebentar Lagi
Sejarah! Timnas Futsal Indonesia Raih Emas SEA Games 2025 Usai Hajar Tuan Rumah Thailand 6-1
SEA Games 2025: Berkuda, Hoki Indoor, dan Tinju Gemilang, Tim Indonesia Koleksi 89 Medali Emas
Resep Tim Balap Sepeda Indonesia Raih 3 Emas, 4 Perak, dan 1 Perunggu di SEA Games 2025
Persib Kena Denda Rp499 Juta dari AFC, Bojan Hodak Minta Bobotoh Lebih Dewasa
Puas dengan Kedalaman Skuad Persija, Mauricio Souza Belum Butuh Ivar Jenner
SEA Games 2025: Voli Pantai dan Perahu Naga Juara, Tim Indonesia Koleksi 86 Medali Emas