Cerita Ismed Sofyan, Tiga Kali Rasakan Force Majeure Liga Indonesia

Hadi FebriansyahHadi Febriansyah - Rabu, 08 April 2020
Cerita Ismed Sofyan, Tiga Kali Rasakan Force Majeure Liga Indonesia
Ismed Sofyan. (Instagram Ismed Sofyan)

BolaSkor.com - Kompetisi sepak bola Indonesia juga mengalami force majeure di era Liga Indonesia pada tahun 1998 dan 2015. Sehingga tahun 2020 menjadi yang ketiga kalinya kompetisi diberhentikan dengan status sama.

Pada tahun 1998, situasi politik di Indonesia sangat memanas di tengah kepemimpian Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto. Massa turun ke jalan menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Ekonomi hingga kegiatan olahraga lumpuh. Termasuk Liga Indonesia yang akhirnya diberhentikan.

Padahal saat itu kompetisi sudah berjalan setengah jalan. Terhitung setiap tim memainkan 14 pertandingan di mana kompetisi berjalan dengan dibagi menjadi tiga wilayah, barat, tengah, dan timur.

Baca Juga:

Pemotongan Gaji Pemain Liga 1 dan Liga 2, Jangan Tumpul ke Atas-Tajam ke Bawah

APPI Masih Tunggu Jawaban dari PSSI soal Keberatan Gaji 25 Persen bagi Pemain

Tahun 2015 berbeda kasus dengan 1998. Liga dihentikan karena FIFA mem-banned PSSI lantaran ada dua tim yang tidak lolos verifikasi administrasi dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), namun PSSI tetap menggelar liga.

Dibalik itu , ada satu pemain yang hampir merasakan dampak tiga kali force majeure kompetisi. Ia ada pemain Persija Jakarta, Ismed Sofyan.

Tahun 1998

Pasa masa ini, Ismed Sofyan bermain di klub Divisi 2 Liga Indonesia, PSBL Langsa. Ismed belum dikenal betul. Ia baru lulus sekolah dan bermain di PSBL Langsa dengan bayaran per pertandingan.

Pria yang kerap disapa Bang Haji ini menjelaskan saat itu PSBL Langsa memang meminjamnya dari PPLP Medan. Jaraknya sekitar 17 Km dari rumah Ismed. Tawaran tersebut diterima sang pemain untuk menambah pengalaman pertandingnya setelah lulus dari sekolah.

Baca Juga:

Bambang Pamungkas Hadirkan Starting XI Pemain Asing Persija Jakarta Terfavorit

Ismed Sofyan Ambil Sisi Positif di Tengah Pandemi Virus Corona

"Tahun itu memang sudah selesai sekolah cuma belum ada ikatan kontrak di Divisi 2. Di PSBL Langsa itu saya dipinjam dari PPLP Medan. Statusnya masih sekolah abis main pulang. Tidak jauh berbeda dengan tarkam." kata Ismed Sofyan kepada BolaSkor.com.

"Tapi saat itu sudah dapat uang saku dan transport dari PSBL. Kalau gaji bulanan belum karena saya dipanggil pertandingan, jadi saya belum merasakan dampak yang besar terkait dengan force majeure itu," tambahnya.

Selepas itu Liga Indonesia kembali digelar, Ismed Sofyan dilirik dan akhirnya masuk Persiraja Banda Aceh tahun 1999 dan berlanjut ke Persija Jakarta Timur (Persijatim) pada Musim 2000, hingga pada akhirnya tahun 2002 Ismed berseragam Persija Jakarta.

Tahun 2015

Mungkin ini dampak yang paling dirasakan oleh pemain berusia 40 tahun tersebut. Pada saat itu Ismed bisa dibilang sebagai salah satu pemain yang paling loyal bersama Persija, dimana sepahit apapun masalah gaji yang menimpa tim Ibu Kota ia tetap setia berseragam Persija.

Kala itu Pesija dihuni pemain-pemain bintang seperti Stefano Lilipaly, Martin Vunk, Yevgeny Kabayev, Adam Alis Setyano, Greg Nwokolo, Alan Aciar, dan Abduh Lestaluhu dengan target bisa meraih gelar juara.

Selebrasi gol Bambang Pamungkas ke gawang Arema. (Twitter Persija)

Persoalam PSSI dengan Pemerintah yakni Kemenpora akhirnya mendatangkan banned FIFA. Dampaknya ke penghasilan pemain. Hampir satu tahun menganggur sebelum pada akhirnya ada kompetisi Indonesia Soccer Championsip (ISC) pada tahun 2016.

"Ini memang cukup mengagetkan sampai pada akhirnya liga disetop. Tapi 2015 ini kan berbeda dengan sekarang. Manajemen pun punya tanggung jawab kepada pemain, pada saat itu," ujar pemain bernomor punggung 14 tersebut.

Tahun 2020

Menjadi yang ketiga bagi Ismed Sofyan. Liga diberhentikan lantaran pandemi Virus Corona (COVID-19). Ismed pun memaklumi force majeure yang dilakukan oleh PSSI ini, karena banyak liga di negara lain juga diberhentikan.

Wakil kapten Persija Jakarta ini pun berharap kejadian yang menimpa tahun 1998 dan 2015 dimana kompetisi disetop tidak terjadi pada tahun ini. Karena ini akan menjadi sulit untuk ke depannya.

"Kalau ini dengan 2015 beda kasus lah. Kalau sekarang kan memang wabah yang dirasakan seluruh dunia, tak hanya Indonesia dan banyak juga yang diberhentikan karena masalah ini," kata Ismed.

"Tapi saya berharap tidak disetop. Liganya diundur juga tidak apa-apa, cuma waktu yang tak ditentukan. Artinya wabah ini benar hilang total, mungkin bisa diselenggarakan lagi," pungkas Ismed Sofyan.

Posts

4.871

Bagikan