Analisis – Sepak Bola Menghibur ala Xabi Alonso di Bayer Leverkusen

Arief HadiArief Hadi - Jumat, 22 Desember 2023
Analisis – Sepak Bola Menghibur ala Xabi Alonso di Bayer Leverkusen
Bayer Leverkusen (Twitter Resmi Bayer Leverkusen)

BolaSkor.com – Bundesliga 2023-2024 memasuki jeda musim dingin dan ditutup di spieltag (pekan) 16. Musim 2023-2024 menjadi lebih seru dibanding edisi-edisi sebelumnya, sebab supremasi Bayern Munchen mulai mendapatkan ancaman serius.

Bukan rahasia lagi, Bundesliga ‘membosankan’ karena salah satu faktornya adalah dominasi Bayern yang sudah memenangi titel liga 11 kali beruntun, terhitung dari 2013 hingga 2023, menambah koleksi trofi mereka menjadi 33. Hebatnya, Bayern masih tetap ambisius.

Sang raja mendominasi kasta tertinggi sepak bola Jerman sedekade dan tidak ingin melepaskan singgasana tersebut, tetapi ‘rakyat’ mulai jengah berada di bawah kekuasaannya. Itulah yang diperlihatkan Bayer Leverkusen saat ini.

Sepanjang sejarah klub yang sudah didirikan sejak 1904 tersebut, Leverkusen tak pernah menjadi juara liga. Lima kali mereka menjadi runner-up pada 1997, 1999, 2000, 2002, 2011. 12 tahun berlalu dan Die Schwarzroten – julukan Leverkusen – berusaha mengakhiri kutukan itu.

Baca Juga:

Real Madrid Gagal ke Puncak, Carlo Ancelotti Tak Inginkan Drama

Kylian Mbappe Tidak Akan Gabung Real Madrid

Lewati Zidane dan Figo, Kesuksesan Instan Bellingham di Madrid Tuai Pujian

Bak juru selamat, Xabi Alonso datang dan mengangkat nama Leverkusen (yang sudah terkenal di Eropa) sebagai ‘rakyat’ yang melawan dominasi Raja Bayern.

Pekan 16 Bundesliga 2023-2024 ditutup Leverkusen dengan pesta gol 4-0 atas Bochum di BayArena melalui hat-trick gol Patrik Schick dan satu gol Victor Boniface. Leverkusen punya 16 tendangan (delapan tepat sasaran) dengan 70 persen penguasaan bola.

Kemenangan itu menjadikan Leverkusen pemuncak klasemen Bundesliga dengan 42 poin dari 16 laga, di atas Bayern dengan 38 poin dari 15 laga.

Rekor pun terukir, Leverkusen jadi tim pertama dalam sejarah sepak bola Jerman yang tidak terkalahkan setelah 25 laga. Catatannya adalah: 81 gol, 11 kebobolan gol, 11 clean sheets, tiga hasil imbang, 22 kemenangan.

Sang Profesor, Xabi Alonso

Tidak ada yang tak mengenal nama Xabi Alonso di kalangan pecinta sepak bola Eropa. Maestro lini tengah pada eranya dengan kemampuan membaca permainan, memindai area, melepaskan bola dengan akurasi tinggi dan visi bermain bagus.

Alonso dahulu berposisi sebagai gelandang yang kemudian menjadi gelandang bertahan (pivot). Dari posisinya itu, Alonso dapat disandingkan dengan Andrea Pirlo, Sergio Busquets.

Soal prestasi dan perjalanan kariernya tak perlu dipertanyakan lagi. Pria asal Basque itu pernah bermain di Liverpool (2004-2009), Real Madrid (2009-2014), dan Bayern Munchen (2014-2017). Meraih sukses besar seperti satu titel LaLiga, dua Liga Champions, dan tiga Bundesliga.

Alonso juga berada di era keemasan sepak bola Spanyol kala mereka menjadi juara Piala Eropa dua kali 2008 dan 2012, serta memenangi Piala Dunia 2010.

Pengalaman besarnya sebagai pemain itu dibawanya ke dunia kepelatihan. Intelejensia yang dimiliki Alonso sebagai pemain tercermin dengan gayanya melatih.

"Dia (Alonso) adalah pelatih yang luar biasa dengan semangat yang tinggi terhadap apa yang dia lakukan. Saya benar-benar ingin bekerja dengannya mengingat dia adalah pemain yang hebat,” ucap pemain Leverkusen soal Alonso, Alejandro Grimaldo.

“Dan sekarang melihatnya sebagai seorang pelatih, dia menginspirasi setiap hari dengan semangat dan ide-idenya, bagaimana dia menyampaikannya, dan dia membawa Leverkusen berkembang.”

5 Oktober 2022, Leverkusen menunjuk Alonso sebagai pelatih menggantikan Gerardo Seoane dan tim berada di ambang zona degradasi.

“Saya merasa perlu mempersiapkan diri dan menemukan momen yang tepat. Saya merasa siap bahwa ini adalah momen yang tepat. Dan ini adalah proyek yang hebat,” ucap Alonso kala itu.

“Saya tidak meragukan kualitas di dalam tim. Apa yang telah mereka lakukan baru-baru ini, penghargaan kepada Gerardo Seoane atas pekerjaan yang telah dia lakukan pada tahun lalu, mereka memainkan sepak bola yang hebat, mencapai hal-hal hebat, tetapi hal-hal ini bisa terjadi dalam sepak bola."

"Saya berterima kasih atas pekerjaan yang telah dia lakukan dan platform tempat kami bekerja.”

Debutnya dimulai dengan kemenangan 4-0 atas Schalke dan meski setelah itu Leverkusen puasa menang, Alonso membawa Leverkusen bertahan di Bundesliga dan itu baru permulaan baginya.

Menyerang dan Bertahan dengan Lima Pemain

“Saya dahulunya seorang gelandang, jadi ini adalah sesuatu yang sangat saya ingat, bagi kami untuk membangun kontrol itu.”

“Anda bisa menjadi hebat selama 80 (menit) tetapi jika Anda tidak kuat dalam 10 menit, atau jika Anda berantakan di momen-momen buruk, saat ini, sepak bola, itu bisa membunuh Anda.”

Demikian Alonso menginginkan timnya bermain. Kontrol. Dengan pengalamannya sebagai pemain, serta dilatih nama-nama top seperti Vicente Del Bosque, Jose Mourinho, Rafael Benitez, hingga Pep Guardiola. Alonso mengombinasikan segalanya sebagai pelatih Bayer Leverkusen.

“Hal utama yang saya pelajari dari mereka adalah para pemain harus mengikuti Anda. Mereka perlu memercayai apa yang Anda katakan, dan Anda perlu memberi mereka makan. Mereka perlu merasa bahwa mereka meningkat dengan bimbingan Anda, dengan bantuan Anda hari demi hari,” kata Alonso.

“Anda perlu memiliki pendekatan yang berbeda. Namun yang pertama adalah manajemen manusia dan kemudian adalah pengetahuan dan taktik. Itu pertanyaan besar.”

Alonso menginginkan Leverkusen bertahan dan menyerang dengan lima pemain. Dia melanjutkan pondasi yang sudah dibentuk Seoane pada taktik 4-4-2, dengan variasi 4-2-3-1 atau 4-4-1-1, bahkan dapat juga menjadi 3-5-2.

Jawaban dari Alonso adalah taktik 3-4-3 yang berubah jadi 5-4-1 atau 5-2-3 dalam fase bertahan. Taktik 3-4-3 itu ideal untuk bertahan dan menyerang.

Lima pemain bertahan dan lima pemain menyerang (Bundesliga)

Tiga bek bertahan, dibantu dua gelandang, lalu tiga pemain menyerang dan dibantu oleh dua bek sayap. Teorinya terlihat mudah, tapi tanpa pemahaman taktik yang baik strategi Alonso itu tidak akan berjalan.

Tiga bek tidak hanya menjalankan tugas utama dalam bertahan, tetapi juga piawai membangun serangan dari belakang. Kedua sisi sayap yang diperankan bek sayap aktif bertahan dan juga pintar membaca momen membantu serangan.

Sementara dua gelandang di tengah bersifat serba bisa, seperti halnya Granit Xhaka dengan juara Piala Dunia 2022 dengan Argentina, Exequiel Palacios.

Lalu di depan mereka ada dua pemain nomor 10 yang turut mundur untuk mengalirkan serangan, atau bahkan menambah jumlah di lini depan untuk memperbesar peluang mencetak gol.

Di depan kedua ‘playmaker’ itu ada penyerang tunggal yang diperankan oleh Patrik Schick atau Victor Boniface.

Dinamika Bermain

Pada musim panas 2023 Leverkusen merekrut pemain seperti Victor Boniface, Granit Xhaka, Jonas Hofmann, Alejandro Grimaldo, dan meminjam Josip Stanisic dari Bayern Munchen.

Seluruh pemain anyar itu langsung memberikan kontribusi besar, menambah kedalaman skuad Leverkusen, dan apresiasi layak disematkan kepada Direktur Olahraga Leverkusen, Simon Rolfes, yang notabene juga mantan kapten Leverkusen.

Grimaldo, misalnya, yang menghidupkan sisi sayap serangan Leverkusen bersama Jeremie Frimpong. Dikutip dari EuroFoot, Grimaldo (28 tahun) dan Frimpong (23 tahun) berkontribusi pada total 33 gol musim ini: Grimaldo 16 kontribusi gol dan 17 kontribusi gol dari Frimpong.

Hadirnya Xhaka juga menambah kekuatan di lini tengah, dengan pengalamannya bermain di Borussia Monchengladbach dan Arsenal. Xhaka, dengan kemampuan memindai area dan membaca permainan, dapat mengubah ritme bermain dalam hitungan detik.

Peran penting Granit Xhaka di lini tengah Bayer Leverkusen (Bundesliga)

Leverkusen mencatatkan urutan dua dari sisi penguasaan bola (sekitar 57 persen) – meningkat dibanding musim lalu dan ada di urutan lima, perbedaannya ada pada pergerakan atau dinamika bermain. Para pemain tidak kenal lelah bergerak mencari ruang, memusingkan lawan.

Leverkusen menempati catatan tertinggi pada jumlah operan di pertahanan lawan (5.229, Bayern di urutan dua dengan 4.180), 88 persen di antaranya sampai kepada rekan setim, hingga mereka punya catatan 89,4 persen angka rata-rata operan sukses.

Itu memperlihatkan dominasi Leverkusen di pertahanan lawan. Serangan mereka terbangun merata dari sayap hingga tengah, tetapi gol dominan lahir dari tengah karena pemain seperti Floria Wirtz, Hofmann, Xhaka, dan Palacios mengikuti dengan baik kecepatan di sisi sayap saat menyerang.

Dominasi serangan Bayer Leverkusen (Bundesliga)

Lantas, bagaimana Leverkusen bertahan? Pada fase ini para pemain, seperti sepak bola saat ini, melakukan pressing yang sudah dimulai dari lini depan. Selain itu, Leverkusen juga kompak menutup ruang dengan memadati lini tengah.

“Saya pikir hari ini kami bermain di level yang sama,” ucap Alonso selepas laga tandang melawan Bayern Munchen beberapa waktu lalu.

“Kami telah menunjukkan kepribadian. Kami telah menunjukkan kualitas. Kami telah menunjukkan mentalitas, dan itulah hal utama yang ingin kami bangun. Dan akan ada saat-saat yang lebih buruk dan saat itulah kami harus tetap bersatu. Itu adalah bagian dari sepak bola dan bagian dari musim ini, namun sejauh ini, kami memiliki perasaan yang baik.”

Jalan masih panjang dan Leverkusen sudah berada di jalur yang tepat untuk mengakhiri kutukan ‘Neverkusen’ dalam memenangi titel Bundesliga.

Trivia Sepak Bola Bayer Leverkusen Bundesliga Bundesliga Jerman Xabi Alonso Analisis
Ditulis Oleh

Arief Hadi

Posts

12.180

Bagikan