Analisis Liga Champions Eropa

Yang Harus Dibenahi Liverpool jika Ingin Lolos ke 16 Besar Liga Champions

Yusuf Abdillah - Kamis, 29 November 2018

BolaSkor.com - Kekalahan 1-2 dari Paris Saint-Germain membuat posisi Liverpool terancam. Nasib The Reds pun musti ditentukan pada laga hidup-mati melawan Napoli satu bulan mendatang.

Meski belum terkalahkan di kompetisi domestik, penampilan Liverpool di Liga Champions musim ini terbilang tidak istimewa. Terlebih jika dibandingkan musim sebelumnya saat mereka mampu melibas lawan-lawan hingga untuk tampil di final lewat.

Musim lalu, pasukan Jurgen Klopp acap menghancurkan lawan lewat daya serang yang luar biasa. Namun cerita musim ini berbeda. Liverpool dengan kekuatan bertambah dibanding musim lalu justru seperti kehilangan taji di lini serang.

Menarik memang jika mengatakan kalau permasalahan yang dihadapi Liverpool saat ini ada di sektor penyerangan. Pasalnya sektor ini sangat jarang menjadi problem, berbeda dengan pertahanan.

Laga melawan PSG bisa menjadi contoh terlawas. Setelah tertinggal 0-2, Liverpool menipiskan skor lewat penalti James Milner sesaat sebelum jeda. Namun setelah turun minum, Liverpool gagal menyulitkan pertahanan PSG meski mereka memutuhkan gol penyama.

Tentu saja, kredit perlu diberikan kepada pertahanan PSG, tapi kesulitan mendobrak pertahanan lawan bukan hanya kali ini saja menimpa Mohamed Salah dkk dalam beberapa pekan terakhir. Masalah ini semakin kentara saat Liverpool harus tampil di markas lawan. Ya, Liverpool selalu kalah dalam tiga laga away pada penyisihan grup Liga Champions musim ini dengan hanya mampu membuat sebiji gol.


Serangan Tak Cair

Percaya atau tidak, Liverpool jauh lebih solid di lini belakang, namun dalam urusan menyerang mereka tidak mampu membangun serangan yang cair. Pasukan Klopp terlihat kesulitan mengkreasi peluang.

Tidak ada yang meragukan kualitas dari trio Roberto Firmino, Sadio Mane, dan Mohamed Salah. Namun, musim ini, khususnya di Liga Champions, mereka tidak lagi segarang musim lalu. Dari tiga penyerang tersebut, selalu saja ada yang tampil mengecewakan.

Saat melawan PSG misalnya, Mane tampil bagus lewat pergerakan tanpa dan dengan bola. Sejak menit pertama, Mane juga terlihat sangat semangat bermain. Tapi di sisi lain, Firmino gagal menampilkan performa terbaiknya. Pemain asal Brasil ini acap membuat kesalahan yang mematahkan momentum serangan Liverpool. Serupa dengan Salah.

Jadi ini semua karena kesalahan pemain depan Liverpool? Tidak semua kesalahan ditimpakan kepada lini depan, dalam hal ini trio Firmino, Mane, dan Salah. Barisan tengah juga menjadi bagian dari masalah yang dihadapi Liverpool.

Tiga gelandang Liverpool memang terlihat solid dan kokoh dalam membantu lini pertahanan. Kehadiran mereka membuat sulit lawan mendekati area berbahaya. Tapi, justru di sinalah letak perbedaan dari musim lalu. Perbedaan yang kemungkinan menjadi solusi Klopp untuk memperbaiki pertahanan timnya yang musim lalu sering dicap rapuh.

Setiap kali Liverpool melancarkan serangan, saat ini James Milner dan Giorgino Wijnaldum seperti menahan diri untuk maju ke depan. Musim lalu, pemain yang menempati posisi ini tak ragu lagi untuk berlari ke depan, bahkan berada lebih depan daripada penyerang.

Saat berada di depan itulah, para gelandang Liverpool membelah konsentrasi bek lawan. Ini membuat trisula Liverpool memiliki ruang lebih yang bisa dieksplor. Namun, situasi seperti ini tidak terlihat lagi.

Perbedaan lain yang paling terlihat dan mengejutkan pada laga melawan PSG adalah begitu banyaknya bola panjang yang dilepaskan pemain Liverpool. Sekali lagi, ini disebabkan gelandang Liverpool yang bermain terlalu dalam. jarang terlihat aliran bola dari bawah yang dinamis seperti musim lalu.

Sejauh ini, permainan Liverpool masih efektif di Premier League. Mereka ada di peringkat kedua, tak terkalahkan dalam 13 laga, dan hanya kebobolan lima gol. Tapi, sudah terbukti permainan seperti ini berjalan di Liga Champions, khususnya pada laga tandang.

Bagaimana dengan pressing yang selama ini menjadi ciri Liverpool di era Klopp? Liverpool memang masih melakukan pressing tinggi di area lawan. Namun ada sedikit perubahan yang dilakukan Klopp. Sekali lagi, ini kemungkinan adalah cara Klopp untuk memperkuat pertahanan.

Dengan dua gelandang yang lebih fokus bertahan, Klopp melepaskan satu pemain tengah aktif menyerang, sebut saja Xherdan Shaqiri. Dalam sistem ini, ada perubahan dalam cara tiga pemain depan Liverpool dalam melakukan pressing. Trisula Liverpool tidak semilitan dulu dalam menekan lawan. Dikombinasikan dengan gelandang yang terlalu dalam, pressing Liverpool pun terlihat tidak lagi menjadi momok bagi lawan.


Momen Pembuktian

Bagi sebagian fans Liverpool, sukses Liverpool lolos ke final Liga Champions musim lalu adalah buah dari gaya permainan tertentu yang diterapkan Klopp. Liverpool yang terus mengejar lawan, menekan, dan menghukum tiap kali lawan kehilangan bola.

Tidak mengherankan pula jika perubahan atau penyesuaian yang dilakukan Klopp tidak meyakinkan sebagian fans. Tapi di sisi lain, penyesuaian itu berhasil di Premier League, paling tidak hingga 13 pekan ini. Dengan pertahanan lebih kokoh dan serangan yang tidak cair inilah, Liverpool meraih hasil positif di Premier League.

Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang harus dilakukan Liverpool untuk bisa menekuk Napoli demi meraih tiket ke 16 besar? Yang pasti, Pasukan Merah harus tampil total pada laga ini.

Bagi Liverpool sendiri, ini adalah momen untuk membuktikan seberapa bagus mereka, seberapa kuat skuat mereka, dan seberapa mampu mereka beradaptasi. Liverpool harus membuktikan jika mereka tidak berada satu level di bawah Manchester City, seperti yang dikatakan John Barnes.

Masih banyak waktu bagi Klopp untuk mencari solusi untuk mengatasi kesulitan menembus pertahanan lawan di Liga Champions. Satu hal yang pasti, apa yang ditampilkan armada Klopp di Liga Champions saat ini tidak berjalan.

Bagikan

Baca Original Artikel