Analisis Feature Inggris

Ulasan Strategi Unik 4-2-2-2 Ala Javi Gracia di Watford

Johan Kristiandi - Sabtu, 18 Mei 2019

BolaSkor.com - Watford butuh 35 tahun untuk bisa kembali berlaga di Wembley dalam pertandingan bertajuk final Piala FA. Semua itu bisa terjadi berkat taktik jitu Javi Gracia.

The Hornets akan bertarung melawan Manchester City, Sabtu (18/5). The Citizens sedang bersemangat karena ingin meraih treble domestik.

Namun, langkah Manchester City meraih kemenangan pada pertandingan nanti tidak akan mudah. Sebab, Gracia telah membangun Watford menjadi tim yang disiplin, penuh bakat, kreatif dan bersemangat.

Sejak mengambil alih Watford pada Januari 2018, pria kelahiran Pamplona, Spanyol, tersebut telah mengubah permainan tim yang dulu stagnan menjadi lebih menyerang.

Meskipun, hanya menduduki peringkat 11 klasemen akhir Premier League, namun Watford mengakhiri kompetisi dengan meraih 50 poin. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi bagi Watford sepanjang berlaga di Premier League.

Dengan catatan manis tersebut, eks pelatih Rubin Kazan menjadi manajer pertama selama era keluarga Pozzo yang mendapatkan perpanjangan kontrak. Adapun, ia merupakan manajer ke-10 untuk Watford pada era keluarga Pozzo.

Baca juga:

Prediksi Manchester City Vs Watford: Misi The Citizens Rengkuh Treble Domestik

Watford 3-2 Wolves: Menang Dramatis, The Hornets Tantang Man City di Final Piala FA 2018-19

Troy Deeney, Bintang Watford yang Hidupnya Berubah Setelah Masuk Jeruji Besi

Javi Gracia

Lantas, apa yang menjadi kelebihan Watford pada kepemimpinan manajer 49 tahun tersebut? Selain itu, bagaimana sang juru taktik meramu strategi mengalahkan lawan? Berikut ulasannya.

Setelah mengambil alih tim dari Marco Silva 16 bulan lalu, Gracia menjadikan awal waktunya di Watford untuk utak-atik strategi. Selain itu, Gracia juga mencoba mempertahankan kondisi fisik para pemain untuk mengarungi berbagai kompetisi di Inggris.

Pada masa pramusim 2018-2019, mantan pemain Villarreal mendapatkan waktu untuk sepenuhnya menanamkan ide dan filosofi untuk pemain Watford. Hasilnya, tidak hanya mental pemain Watford yang membaik, namun juga gaya bermain yang semakin menarik.

Satu di antara yang menarik adalah bagaimana Gracia selalu berpakem pada formasi 4-2-2-2. Taktik tersebut merupakan pengembangan dari formasi klasik 4-4-2. Dengan begitu, para pemain sayap dapat mendorong lebih ke depan.

Pada sistem pertahanan, peran Ben Foster di bawah mistar gawang sangat besar. San kiper mencatatkan 372 penyelamatan di Premier League.

Sementara itu, agar pemain sayap bisa berkembang, para bek sayap harus lebih aktif dalam membantu serangan. Dengan begitu, Watford punya dua pemain dari sisi sayap dalam sepertiga lapangan.

Bek sayap yang punya mobilitas tinggi membuat Watford bisa melakukan serangan balik dengan cepat. Pada musim ini, Watford melakukan 16 kali serangan balik di mana tiga di antaranya berbuah gol.

Para bek sayap seperti Jose Holebas, Kiko Femenia atau Daryl Janmaat bisa dengan bebas membantu serangan tanpa khawatir akan sisi pertahanan. Hal itu terjadi karena Gracia menempatkan Etienne Capoue dan Abdoulaye Doucoure sebagai benteng pertahanan di lini tengah.

“Semua pelatih berbeda, tetapi dia adalah satu di antara yang pelatih terbaik. Dia ada di sana bersama [Didier] Deschamps dan Mauricio Pochettino," jelas Capoue soal taktik Gracia.

Pada musim ini Capoue mencatatkan intersepsi mencapai 86 kali. Selain itu, ia juga menduduki peringkat kelima untuk urusan tekel (90).

Satu di antara sektor yang berhasil ditingkatkan Gracia adalah lini serang. Roberto Pereyra dan Will Hughes telah berkembang pesat pada musim ini. Dengan bantuan full-back, kedua pemain tersebut dapat melakukan tusukan berbahaya ke jantung pertahanan musuh.

Strategi tersebut memungkinkan Gerard Deulofeu dan Troy Deeney untuk mendapatkan umpan matang di dalam kotak penalti. Apalagi, Deulofeu dan Deeney saling melengkapi dengan perbedaan fisik yang dimiliki.

Troy Deeney

Musim lalu, Watford melakukan 504 umpan silang dari permainan terbuka. Dari jumlah tersebut sembilan di antaranya berbuah gol lewat sundulan. Sementara itu, pada musim ini, dari 361 umpan silang, delapan di antaranya berakhir dengan gol lewat kepala. Itu artinya, Watford lebih efisien.

Pereyra menjadi bintang utama pada taktik tersebut. Pemain yang pernah mencicipi kerasnya Serie A tersebut menorehkan 125 sentuhan di dalam kotak penalti pada musim ini, lebih dari dua kali lipat yang dilakukannya pada musim lalu (61).

Selain itu, Deeney juga punya andil besar dalam taktik yang diusung Gracia. Pemain asal Inggris tersebut punya gaya permainan agresif dengan mengandalkan kekuatan fisik. Deeney sembilan kali mencatatkan nama di papan skor pada pertandingan Premier League.

Menurut Squawka, sang kapten memenangi lebih banyak duel dibandingkan musim sebelumnya. Pada saat yang sama, Deeney juga berhasil merebut bola hingga 92 kali. Hal itu berarti sang pemain tak sungkan untuk menjadi filter pertama saat Watford mendapatkan serangan.

Kini, dengan seluruh kelebihan yang dimiliki Watford, Pep Guardiola perlu memutar otak untuk meraih gelar Piala FA. Jika tidak, Troy Deeney yang akan maju ke podium juara mengangkat gelar perdana Watford.

Bagikan

Baca Original Artikel