Tottenham Hotspur Jadi Kejutan di Tengah Persaingan Liverpool dan Manchester City
BolaSkor.com - Ketika publik terfokus kepada Liverpool dan Manchester City dalam kuda pacu perebutan titel Premier League musim ini, ada satu pihak yang bergerak 'diam-diam' di antara kedua klub itu, mereka adalah Tottenham Hotspur.
Apa yang dilakukan Tottenham sampai sejauh ini seyogyanya terjadi di luar dugaan. Tanpa belanja pemain di bursa transfer musim panas - satu-satunya tim sejak era Premier League yang tidak membeli pemain baru di bursa transfer musim panas, Tottenham diprediksi bakal kesulitan musim ini.
Prediksi itu terbukti salah - setidaknya sampai saat ini, menjelang akhir tahun 2018. Tidak hanya lolos ke-16 besar Liga Champions, Tottenham juga masih berpatisipasi di Piala Liga, Piala FA, dan bertarung di papan atas Premier League.
Performa yang mereka tampilkan juga tidak sekedar menang tipis 1-0 atau bertahan dan kemudian melancarkan serangan balik. Tottenham memperlihatkan permainan ofensif yang sangat menghibur penggila sepak bola menyerang.
Baca Juga:
Real Madrid Layangkan Kontrak Bernilai Rp 1,46 Triliun untuk Mauricio Pochettino
Hiburan Kelas Premium Jelang Natal, Pesta 8 Gol di Goodison Park
Dalam dua laga terakhir Tottenham di Premier League, Tottenham mencetak 11 gol dengan rincian kemenangan 6-2 melawan Everton (23/12) dan menang 5-0 melawan Bournemouth (26/12) malam WIB. Kemenangan teranyar melawan Bournemouth mengangkat posisi mereka ke peringkat dua klasemen.
Liverpool belum terkalahkan dan kokoh di puncak klasemen dengan perolehan 51 poin, sementara Man City, yang diprediksi jadi rival kuat mereka, kalah dua kali beruntun dari Crsytal Palace (2-3) dan Leicester City (1-2) hingga tercecer di urutan tiga - terpaut tujuh poin dengan Liverpool.
Di antara mereka itulah ada Tottenham yang diam-diam menghanyutkan dan berada di peringkat dua klasemen. Tottenham terpaut enam poin dengan Liverpool. Fans Tottenham semakin mengelu-elukan Mauricio Pochettino.

"Dalam enam bulan terakhir kami tidak mengeluhkan apapun. Kami tidak mengelukan rekrutan pemain, stadion, jadwal-jadwal, bermain di Wembley ketika rencananya menggunakan stadion sendiri. Satu hal yang kami percaya adalah tetap yakin dan positif," tutur Pochettino, diberitakan Sky Sports.
Fans Tottenham sudah mulai berangan-angan tim kesayangan mereka mengakhiri penantian trofi yang terakhir diraih tahun 2008. Sah-sah saja bermimpi. Pochettino pun tak melarangnya.
"Silakan saja fans kami bermimpi sesuka mereka. Tentu saja di dalam klub berbeda. Sepak bola itu soal bermimpi dan percaya, tapi juga soal menghormati kompetisi serta lawan" imbuh Pochettino.
"Kami ada di sini karena kami pantas mendapatkannya, tapi musim masih panjang dan kami harus pelan-pelan, selalu yakin kalau kami bisa tampil lebih baik lagi. Mimpi itu tidak dilarang tapi di saat bersamaan kami harus mengarahkannya dengan benar," sambungnya.
Gelimang Trofi Tidak Ada dalam Sejarah Tottenham
Satu ucapan paling ikonik dari Sir Alex Ferguson, eks manajer legendaris Manchester United, tentang Tottenham.
"Lads, its Tottenham" yang punya arti "Ayolah tim, hanya Tottenham". Simpel tapi dengan arti yang sangat dalam dan pahit untuk Tottenham. Tapi begitulah adanya.
Sejak didirikan pada 1882, rival sekota Arsenal itu hanya dua kali memenangi titel First Division (format lama sebelum Premier League), delapan Piala FA, dua Piala Eropa (Liga Europa). Itu semua terjadi kala Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo belum terlahir di dunia ini.
Wajar saja jika Tottenham terus diejek tiap kali tampil bagus, menampilkan performa bintang lama, karena publik tahu sebagus apapun Tottenham, mereka tidak akan meraih trofi di akhir musim ini.

Itulah kenapa Pochettino tak mau muluk-muluk bermimpi dan membiarkan segalanya berjalan bagaikan air di sungai. Walaupun begitu, publik juga tidak begitu saja menutup mata akan kehebatan Pochettino menyulap Tottenham dari sekedar tim peramai papan atas menjadi kuda hitam petarung titel Premier League.
Selama empat tahun Pochettino mengorbitkan nama-nama pemain muda berbakat di Eropa dan tidak khawatir memberi mereka kesempatan bermain. Eropa tidak akan mengenal Dele Alli, Harry Kane, Eric Dier, jika bukan karena Pochettino.
Menikmati performa Tottenham sungguh menghipnotis. Sampai-sampai Gordon Strachan, manajer asal Skotlandia yang pernah melatih Southampton dan Middlesbrough, menilai menjaga performa Tottenham saat ini lebih baik dari raihan trofi.
"Orang-orang berkata mereka (Tottenham) harus menyeimbangkannya (performa) dengan raihan trofi, tapi trofi apa? Apakah Piala Liga sebagus apa yang mereka tampilkan tiap pekan? Semua orang berbicara soal konsistensi dan selama empat tahun terakhir, mereka sangatlah konsisten," papar Strachan.
Bagaimana dengan Anda, fans Tottenham, lebih setuju terus tampil bagus dan konsisten tapi tak pernah meraih trofi? Atau tampil biasa saja tapi pada akhirnya meraih trofi?
Sedikit Catatan Statistik di Laga Boxing Day Spurs

Ketika Tottenham menang 5-0 atas Bournemouth, ada sejumlah statistik menarik di balik gol-gol yang dicetak Christian Eriksen, dua gol Son Heung-min, Lucas Moura, dan Harry Kane.
Eriksen memberikan assists ke-18 untuk Kane di Premier League. Gelandang serang asal Denmark itu mendekati nama-nama ikonik seperti Frank Lampard, Darren Anderton, dan Steve McManaman, sebagai pemain yang paling banyak memberi assists ke satu rekan setimnya.
Lampard dengan sinerginya kepada Drogba (24 assists), Anderton dengan Teddy Sheringham (20 assists), dan McManaman kepada Robbie Fowler (20 assists).
Lalu dua gol Harry Kane menjadikannya pemain paling tersubur di boxing day Premier League dengan torehan tujuh gol, di bawah Fowler (sembilan gol), Alan Shearer, Robbie Keane (delapan gol), dan setara dengan legenda Arsenal, Thierry Henry.
Persaingan gelar top skor Premier League juga semakin bertambah seru. Kane ada di urutan dua dengan torehan 12 gol, sama dengan Mohamed Salah, di bawah Pierre-Emerick Aubameyang dengan catatan 13 gol.