Analisis Feature Liga Dunia Liga Lain Liga Champions Eropa Berita

Total Football 2.0 yang Mengubah Ajax Menjadi Pembunuh Raksasa

Budi Prasetyo Harsono - Sabtu, 20 April 2019

BolaSkor.com - Lebih dari 77 ribu pasang mata hadir di Santiago Bernabeu, 5 Maret 2019 dengan mengusung optimisme tinggi. Publik tuan rumah memiliki keyakinan bakal lolos dengan mudah ke perempat final Liga Champions 2018-2019.

Bukan tanpa alasan, kesebelasan yang mereka dukung, Real Madrid, memiliki keunggulan 2-1 pada laga leg pertama. Belum lagi ditambah materi pemain yang jauh di atas tim tamu, Ajax Amsterdam.

Nyatanya, mereka justru harus menyaksikan gol demi gol bersarang di gawang yang dikawal oleh Thibaut Courtois. Mulai dari Hakim Ziyech, David Neres, Dusan Tadic, hingga Lasse Schone mencatatkan nama di papan skor.

Publik tuan rumah kecewa, juara bertahan tiga musim sebelumnya harus tersingkir di hadapan para pendukungnya sendiri. Hasil 1-4 untuk kemenangan Ajax Amsterdam terpampang di papan skor ketika laga usai.

Baca Juga:

Eredivisie Tunda Pekan 33, Ajax Punya Waktu Sepekan Persiapan untuk Melawan Tottenham

Reuni Besar-besaran di Semifinal Liga Champions 2018-19

Real Madrid Vs Ajax Amsterdam

Kejadian yang sama kembali terjadi sekitar satu bulan berselang. Kali ini, 41 ribu penonton di Allianz Stadium menyaksikan tim kesayangan mereka, Juventus, tersingkir oleh Ajax Amsterdam.

Memiliki pemain sekelas Cristiano Ronaldo dan Paulo Dybala, serta hasil 1-1 di Amsterdam, Juventus lebih diunggulkan. Apalagi, Ronaldo membuka keunggulan sebelum jeda.

Lagi-lagi Ajax Amsterdam membuat kejutan. Dua gol oleh Donny van de Beek dan Matthijs de Ligt mengubur mimpi Juventus memutus dahaga memenangi Liga Champions.

Kondisi tersebut membuat Ajax Amsterdam menjadi pembicaran pencinta sepak bola di seluruh dunia. Bagaimana tidak, mereka menyingkirkan dua tim kandidat juara, Juventus serta Real Madrid.

Dengan materi pemain ala kadarnya, Ajax Amsterdam mampu melangkah ke semifinal Liga Champions untuk kali pertama sejak 1997. Lantas, apa yang menjadi kunci sukses Godenzonen?

Erik ten Hag

Erik ten Hag bisa dibilang merupakan satu di antara kunci kesuksesan Ajax di Liga Champions musim ini. Kejeniusan Ten Hag memodernisasi taktik Total Football merupakan jawabannya.

Pernah menjadi asisten Pep Guardiola di Bayern Munchen, tentu Erik ten Hag memahami betul cara bekerja Total Football yang menjadi dasar tiki taka. Total Football sendiri adalah taktik yang sempat populer pada era 1970an.

Total Football sendiri dipopulerkan oleh Ajax Amsterdam dan timnas Belanda pada era 1970an pimpinan Johan Cruyff. Dalam taktik tersebut, setiap pemain bisa berada di posisi mana pun di atas lapangan.

Di atas kertas, Ajax Amsterdam asuhan Erik ten Hag bermain dengan formasi modern 4-2-3-1. Namun, pada praktiknya, skema itu bisa berubah secepat mungkin, sesuai kondisi pertandingan.

Frenkie de Jong

Ketika permainan bergulir, nyatanya skema Ajax Amsterdam lebih terlihat seperti 3-4-3 berlian, baik ketika menyerang ataupun bertahan. Dalam taktik ini, satu dari dua double pivot akan mundur mengisi posisi bek tengah, sementara dua bek sayap maju lebih ke depan.

Dengan taktik 3-4-3 ini, Ajax Amsterdam membuat tiga berlian sejajar. Artinya, setiap pemain memiliki setidaknya tiga jalur operan ketika terdesak.

Peran dua gelandang bertahan Ajax Amsterdam, Frenkie de Jong dan Lasse Schone, menjadi vital dalam skema ini. Kedua pemain harus bisa memainkan peran sebagai deep lying-playmaker sekaligus libero modern.

Dengan demikian, tidak ada gelandang penghancur yang dimiliki oleh Ajax Amsterdam. Tugas kotor diserahkan sepenuhnya kepada dua bek tengah, Daley Blind serta Matthijs de Ligt.

Daley Blind dan Matthijs de Ligt

Andai terdesak pun, Ajax Amsterdam berani memulai serangan dari belakang. Bagaimana tidak, keempat pemain yang bertugas mengawal lini pertahanan memiliki kemampuan memainkan bola sama baiknya.

Ketika lawan merebut bola, Ajax Amsterdam menerapkan strategi mirip Geggenpressing ala Jurgen Klopp. Dua bek tengah murni mereka bakal fokus menjaga daerah pertahanan, sementara satu dari dua bek sayap akan mundur memberikan bantuan.

Beruntung bagi Ajax Amsterdam karena memiliki kiper seperti Andre Onana. Memiliki tipe sebagai sweeper keeper, Onana bisa membantu memutus serangan lawan lebih dini pada skema serangan balik.

Dusan Tadic dan Hakim Ziyech

Beralih ke skema menyerang. Apabila dilihat sekilas, skema 4-2-3-1 yang berubah menjadi 3-4-3 tetap terlihat saat menyerang. Namun, terdapat perbedaan saat melakukan transisi.

Perhatikan dengan baik empat pemain menyerang Ajax Amsterdam dalam skema 4-2-3-1. Hakim Ziyech, Donny van de Beek, David Neres, serta Dusan Tadic bukanlah sosok ideal mengisi posisi masing-masing.

Di atas kertas, Hakim Ziyech dan David Neres merupakan dua pemain sayap Ajax Amsterdam. Nyatanya Ziyech dan Neres lebih banyak beroperasi ke bagian tengah luar penyerangan, bukan sisi lapangan.

Sementara itu, Dusan Tadic terkenal sebagai gelandang pengatur serangan andal sebelum bergabung dengan Ajax Amsterdam. Namun, Henk ten Cate memberinya peran sebagai false nine.

Dusan Tadic

Sekilas, peran Dusan Tadic mirip dengan Lionel Messi di Barcelona. Tadic diberikan kebebasan beroperasi dari sisi mana pun di lini depan. Keputusan ini mengherankan karena Godenzonen memiliki penyerang top sekelas Klaas-Jan Huntelaar serta Kasper Dolberg.

Sedangkan Donny van de Beek merupakan pemain serbaguna yang awalnya gelandang box-to-box. Keberadaan keempat pemain ini membuat Ajax Amsterdam memiliki lini depan yang sulit ditebak.

Dengan Dusan Tadic sebagai kreator serangan, Hakim Ziyech dan David Neres bertugas menjadi pembawa bola. Donny van de Beek akan membantu dari lini kedua dengan pergerakan yang kerap tidak terduga.

Nicolas Tagliafico

Andai keempat pemain ini mengalami kebuntuan, dua bek sayap Ajax Amstedam, Noussair Mazraoui dan Nicolas Tagliafico, siap memberikan bantuan. Mazraoui memiliki umpan silang berbahaya, sementara Tagliafico mampu menusuk ke jantung pertahanan lawan.

Paparan di atas menjelaskan bagaimana Erik ten Hag mampu menyulap Ajax Amsterdam menjadi pembunuh raksasa di Liga Champions. Membangkitkan kembali Total Football dan mengubahnya menjadi lebih modern.

Patut dinanti, ke mana Total Football 2.0 ini nantinya akan membawa Ajax Amsterdam. Mampukah Erik ten Hag mengembalikan trofi Liga Champions ke Johan Cryuff Arena.

Bagikan

Baca Original Artikel