Piala Dunia

Timnas Nigeria: Elang Super Afrika dengan Keseimbangan ala Jerman

Arief Hadi - Jumat, 09 Maret 2018

BolaSkor.com - Negara asal Afrika selalu dipandang sebelah mata di ajang sekaliber Piala Dunia. Maklum, dibanding tim-tim Eropa dengan tradisi kuat seperti Jerman, Italia, Prancis, negara Afrika tidak memiliki sejarah bagus di Piala Dunia. Jikalaupun lolos fase grup, mereka seringkali kandas di fase gugur.

Sejak awal perhelatan Piala Dunia 1930, tim asal Eropa dan Amerika Selatan bergantian menjuarainya. Tidak ada nama negara Afrika atau Asia. Namun, sejarah atau rekor selalu ada untuk dipecahkan. Kejutan bisa saja terjadi di Rusia, tempat dihelatnya Piala Dunia 2018 nanti.

Timnas Nigeria bisa menjadi kuda hitam di Piala Dunia. Mereka menjadi negara asal Afrika pertama yang lolos ke Piala Dunia, setelah mengakhiri penyisihan grup melawan Zambia, Aljazair, dan Kamerun dengan baik, termasuk saat menang 4-0 melawan Kamerun.

Nigeria dilatih oleh pria asal Jerman berusia 64 tahun, Gernot Rohr. Kendati tidak memiliki prestasi yang mentereng dan dapat dibanggakan, Rohr memberikan satu elemen penting dalam sepak bola kepada Nigeria: keseimbangan.

Rohr memberikan kekuatan di lini bertahan dengan benteng solid yang digalang bek tengah berusia 28 tahun Mainz, Leon Balogun. Mainz merupakan klub asal Jerman, hingga Rohr tidak menemui kesulitan berkomunikasi dengan Balogun.

Di kala pertahanan sudah oke, Rohr menyerahkan tugas kepada kapten sekaligus pemain berpengalaman, John Obi Mikel, untuk menjaga keseimbang di lini tengah. Di sini salah satu letak kekuatan Elang Super Nigeria. Ketika lini kedua atau dapur permainan Nigeria sudah kokoh, maka lini depan bisa leluasa menjalankan tugas: menciptakan peluang dan mencetak gol.

Urusan mencetak gol seharusnya tidak jadi masalah bagi Nigeria, yang memiliki Ahmed Musa, Odion Ighalo, Kelechi Iheanacho, dan tentunya bintang Arsenal, Alex Iwobi. Mereka kombinasi pemain yang cepat, lincah, dan penyelesai akhir yang ulung.

Rohr juga tidak memiliki kesulitan untuk mempertahankan kualitas bermain Nigeria. Skuat Nigeria dihuni pemain-pemain yang berkarier di Eropa laiknya Iwobi (Arsenal), Iheanacho (Leicester City), Victor Moses (Chelsea), Musa (CSKA Moscow), Ogenyi Onazi (Trabzonspor), dan Elderson Echiejile (Cercle Brugge).

Nigeria juga sudah tidak awam lagi dengan Piala Dunia. Mereka sudah lima kali bermain di Piala Dunia pada tahun 1994, 1998, 2002, 2010, dan 2014. Selain itu, mereka juga "jagoan" di benua Afrika karena sudah tiga kali menjuarai Piala Afrika pada tahun 1980, 1994, dan 2013.

Di Piala Dunia 2018, Nigeria bisa dibilang berada di grup Maut, grup D yang berisikan negara kuat, Kroasia, kejutan di Euro 2016, Islandia, dan juara dua kali Piala Dunia, Argentina.

"Grup yang sulit, tapi saya pikir kami bisa memberikan kejutan. Tim Nigeria saat ini merupakan tim termuda di Piala Dunia. Kami memiliki tim termuda dari 32 tim di sini. Jadi, kami masih harus belajar". "Belajar" dan "kejutan", baik Rohr, kami mengingat pesan Anda.

Bintang dan Calon Bintang Masa Depan

Berbicara calon bintang di masa depan, jelas dua pemain terdepan dalam skuat Nigeria saat ini adalah Iheanacho dan Iwobi. Keduanya bermain di Premier League yang dikenal sebagai liga terbaik dunia.

Iheanacho saat ini tengah dipinjamkan Manchester City ke Leicester. Ia belum sepenuhnya dipercaya bermain. Maklum, di Leicester saat ini, sulit menggeser posisi Jamie Vardy dan Shinji Okazaki sebagai penyerang utama tim asuhan Claude Puel. Namun, Iheanacho memiliki potensi menuju masa depan yang cerah.

Dia sudah tampil sebanyak 14 kali untuk Nigeria dan menorehkan delapan gol. Torehan itu sudah mendekati 13 gol Musa dan 10 gol Moses. Ingat, usia Iheanacho masih berusia 21 tahun. Rohr bisa menjadikannya sebagai senjata rahasia Nigeria di Piala Dunia nanti.

Berbeda dengan Iheanacho, Iwobi memiliki kontribusi yang tidak sama dengannya. Ia lebih piawai membantu transisi tim dari bertahan ke penyerangan, karena pergerakannya yang dinamis di lini tengah dan sayap permainan. Keponakan legenda Nigeria, Jay-Jay Okocha, memiliki kemampuan teknik untuk melewati lawan, serta masuk dari lini kedua untuk mencetak gol.

Jika Rohr menduetkannya dengan Iheanacho di lini depan Nigeria, maka ada jaminan lini belakang lawan, paling tidak, berkeringat atau bekerja keras menghadapi kecepatan mereka. Masa depan keduanya masih sangat panjang karena baru sama-sama berusia 21 tahun.

Sementara untuk bintang Nigeria saat ini, tidak ada yang lebih tepat ketimbang Moses dan Obi Mikel. Pengalaman keduanya bermain di level top Eropa jelas tidak usah diragukan lagi. Moses saat ini di Chelsea dan merasakan titel Premier League 2016/17 di era Antonio Conte. Sedangkan, Obi Mikel pernah jadi bagian kesuksesan Chelsea selama 11 tahun bermain di sana, dari tahun 2006 hingga 2017, sebelum pindah ke Tianjin TEDA di tahun lalu.

Mikel akan sangat diandalkan Rohr untuk menjalankan tugas utamanya: mengontrol lini tengah, melapis pertahanan tim, dan mengawali transisi bermain tim. Obi Mikel memiliki kualitas dan pengalaman untuk melakukannya.

Begitu juga dengan Moses yang dapat beroperasi di segala posisi di sisi sayap. Moses aslinya gelandang sayap kanan atau penyerang sayap kanan, namun, Conte mengembangkan permainannya sehingga dia dapat berperan sebagai bek sayap kanan. Kualitas bermain Moses ada pada kecepatannya saat berakselerasi.

Dengan kecepatan dan enerjinya itu, Moses bisa menjaga sisi sayap dengan baik. Dia juga berada dalam kondisi yang prima dan usia emas pesepakbola Eropa, 27 tahun.

Melihat kekuatan Nigeria yang dibentuk dari kekuatan empat pemain tersebut, mungkin, mereka bisa memberikan kejutan di Piala Dunia nanti, mungkin.

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait