Tantangan 6 Manajer Papan Atas Premier League Jelang Musim 2018-19
BolaSkor.com - Premier League musim 2018-19 sudah di depan mata. Persaingan ketat diprediksi akan terjadi antara enam klub papan atas; Manchester City, Manchester United, Liverpool, Tottenham Hotspur, Chelsea, dan Arsenal.
Enam manajer akan bersaing demi mahkota Premier League. Masing-masing manajer tentu memiliki tantangan tersendiri untuk meraih sukses.
Pep Guardiola misalnya. Mampukah dia menjadi manajer pertama sejak Sir Alex Ferguson yang mampu mempertahankan gela kampiun? Bagaimana dengan Jurgen Klopp yang kedatangan empat pilar anyar? Bagaimana pula dengan dua manajer pendatang baru, Unai Emery di Arsenal dan Maurizio Sarri bersama Chelsea?
Berikut BolaSkor.com menguraikan tantangan yang dihadapi enam manajer papan atas Premier League di musim 2018-19.
Pep Guardiola: Mempertahankan Gelar
Pep Guardiola sukses besar setelah membawa Manchester City menjadi juara Premier League dengan catatan spektakuler. Man City juara dengan rekor raihan 100 poin (tertinggi sepanjang sejarah), menjadi klub dengan torehan gol dan jumlah kemenangan terbanyak.
Pencapaian musim lalu memang luar biasa. Tapi Guardiola kini dihadapkan dengan tantangan besar untuk bisa menyamai catatan fenomenal sebelumnya.
Sejak Manchester United meraih tiga kali juara beruntun pada 2008-09, belum pernah ada klub yang mampu mempertehankan gelar di Premier League. Bahkan, sejak Premier League dimulai pada 1992, hanya dua klub yang bisa melakukannya; Man Utd dan Chelsea.
Sedangkan Man City selalu gagal mempertahankan gelar dalam dua kesempatan sebelumnya. Setelah menjadi juara pada 2011-12, The Citizens hanya mampu finis di peringkat kedua. Situasi serupa terjadi usai City menjadi juara pada 2013-14.
Menjaga konsistensi serta motivasi menjadi tantangan besar Guardiola. Manajer asal Spanyol itu harus memstikan para pemainnya tetap fokus dan lapar. Begitupun dengan pemilihan pemain dan taktik.
Menarik ditunggu apakah Guardiola akan mempertahankan sistem permainan yang sukses musim lalu? Atau dia kembali akan menghadirkan inovasi.
Jose Mourinho: Sindrom Musim Ketiga
Sejarah menyebutkan bahwa tim asuhan Jose Mourinho selalu hancur lebur pada musim ketiga. Hal itu terjadi saat pria asal Portugal itu menangani Real Madrid dan Chelsea.
Memastikan agar sejarah tidak kembali terulang menjadi tantangan besar Mourinho kali ini. Memang, khusus Manchester United, perjalanan Mourinho sedikit berbeda. Saat di Real Madrid dan Chelsea, Mourinho meraih sukses besar selama dua musim pertama. Dan kemudian berantakan di musim ketiga. Sedangkan di Man Utd, dalam dua musim pertama Mourinho belum mencapai kesuksesan.
Mourinho berhasil membawaa Setan Merah meraih gelar ganda - Liga Europa dan Piala Liga - pada musim pertamanya. Namun di musim kedua Man Utd berakhir dengan tangan hampa.
Masih banyak ruang bagi Mourinho untuk mengembangkan timnya musim ini. Termasuk dengan menadtangkan pemain yang tepat. Yang menjadi tantangan Mourinho adalah untuk menghindari konflik yang di masa sebelumnya acap menjadi biang kegagalannya di tahun ketiga masa tugasnya.
Mauricio Pochettino: Transisi Stadion Anyar
Mei silam, Mauricio Pochettino mengukuhkan komitmennya bersama Tottenham Hotspur dengan memperpanjang kontrak selama lima tahun. Kali ini dia akan memimpin pasukannya beradaptasi dengan kandang baru.
Tidak dragukan lagi, stadion berkapasitas 62.000 akan menjadi penyokong finansial klub. Namun bagi tim, mereka harus secepat mungkin melakukan transisi. Beradaptasi di kandang baru merupakan tantangan berat. Tanyakan saja kepada Arsenal saat mereka pertama kali memakai Emirates atau kala West Ham United pindah dari Upton Park.
Di samping itu, untuk membangun kandang baru artinya Pochettino tidak memiliki banyak dana untuk mendatangkan pemain baru yang berkualitas. Jikapun bisa, Pochettino harus menyeimbangkannya dengan membuang pemain. Hingga saat ini, Spurs belum mendatangkan pemain baru. Ini tentu menjadi tantangan besar bagi Pochettino, paling tidak untuk bisa finis di zona Liga Champions.
Jurgen Klopp: Ekspektasi Trofi
Saat diperkenalkan sebagai manajer baru Liverpool pada 2015, Jurgen Klopp mengatakan dia berharap bisa memenangi trofi dalam rentang empat tahun. Hingga kini, Klopp belum berhasil melakukannya.
Memang, dari sisi permainan Klopp berhasil mengubah Liverpool menjadi salah satu tim yang menakutkan di Premier League. Namun Klopp hanya mampu me level nyaris juara ketika membawa The Reds ke final Piala Liga, Liga Europa, dan terakhir Liga Champions dalam tiga tahun kepemimpinannya.
Tiga kali nyaris meraih trofi dan memasuki musim keempat, tekanan makin dirasakan Klopp. Apalagi ekspektasi publik kali ini semakin besar. Performa musim lalu dianggap menjadi dasar kuat dari kebangkitan Liverpool. Apalagi kini Klopp mendapat suntikan empat pemain yang selama ini memang dibutuhkannya.
Maurizio Sarri: Mulai dari Nol
Molornya proses pemecatan Antonio Conte hingga pertengahan Juli membuat Maurizio Sarri tidak memiliki waktu banyak untuk membangun tim. Apalagi Saari bisa dibilang harus membangun tim sejak awal.
Memang Chelsea msih dihuni sebagian besar pemain lama. Namun, Sarri tentu butuh waktu untuk mengimplementasikan gaya permainannya yang sangat berbeda daripada Conte. Ini menjadi tantangan besar bagi Sarri.
Gaya permainan Sarri yang agresif dengan mengusung pola 4-3-3 sangat berbeda dengan sistem tiga bek yang acap dipakai Conte. Perubahan besar harus dilakukan untuk bisa menyesuaikannya dalam waktu singkat.
Masih mengambangnya nasib pemain pilar macam Eden Hazard, Willian, N'Golo Kante dan Thibaut Courtois yang menjadi incaran klub lain sama sekali tidak membantu Sarri.
Unai Emery: Memulai Era Baru
Optimisme kental terasa di kubu Arsenal saat Unai Emer datang. Bagi The Gunners, Emery adalah tanda dimulainya era baru. Namun, memulai era baru sepeninggal manajer yang lama berkuasa macam Arsene Wenger bukanlah tugas yang mudah.
Lihat saja bagaimana Manchester United kesulitan usai ditinggal Sir Alex Ferguson. Meski begitu, tanda-tanda era baru sudah mulai terlihat dengan masuknya pemain-pemain baru lewat pergerakan tak lazim di bursa transfer.
Sekali lagi, mengambil alih kendali sebuah tim yang lama ditangani seorang pelatih besar bukan tugas yang mudah. Apalagi fans Arsenal sangat berharap tim kesayangannya bisa meraih hasil jauh lebih baik daripada musim lalu. Tak dimungkiri lagi, musim pertama akan menjadi dasar bagi Emery jika dia ingin memulai era baru di Arsenal.