Tak Ada Mbappe, Tak Masalah, Luis Enrique Menuntaskan Transformasi PSG dengan Gemilang
BolaSkor.com - Paris Saint-Germain akhirnya mampu menjadi juara Liga Champions usai menang telak 5-0 atas Inter Milan pada laga final di Allianz Arena, Minggu (1/6) dini hari WIB. Kesuksesan PSG diraih setelah mereka tidak lagi memiliki pemain dengan status bintang.
Sukses PSG tidak lepas dari kehadiran Luis Enrique sebagai pelatih pada 2023. Sejak awal, pelatih asal Spanyol itu sudah memberikan sinyal yang jelas bahwa PSG akan menjauh dari budaya superstar.
Karena itu juga Enrique tidak peduli saat Kylian Mbappe hengkang ke Real Madrid. Bahkan ketika itu Enrique mengklaim PSG akan lebih baik tanpa Mbappe.
Baca Juga:
Hasil Final Liga Champions: Bantai Inter Milan 5-0, PSG Ukir Sejarah
Final Liga Champions 2024-2025: PSG Dimatangkan Pengalaman Buruk dan Perjuangan Berat
7 Pemain Top Dunia yang Pernah Memperkuat PSG dan Inter Milan
Sekitar 15 bulan kemudian, klaim Enrique terbukti benar setelah PSG akhirnya untuk pertama kalinya bisa menjadi juara Liga Champions.
Kemenangan atas Inter Milan menandai puncak transformasi dari PSG yang identik dengan kekuatan pemain bintang menjadi klub yang dibentuk oleh struktur, kejelasan taktis, dan keyakinan kolektif.
Musim kedua Luis Enrique sebagai pelatih telah menghasilkan apa yang tidak mampu diraih pendahulunya. Bukan hanya gelar Eropa, tetapi identitas baru untuk PSG.
Sempat Diragukan

Kepergian Mbappe ke Real Madrid diperkirakan akan meninggalkan kekosongan besar karena sang penyerang telah menjadi pencetak gol terbanyak klub selama enam musim berturut-turut. Tidak hanya itu, Mbappe juga menjadi wajah dari ambisi PSG.
Muncul pertanyaan apakah PSG dapat bersaing di level tertinggi kompetisi Eropa tanpa adanya bintang. Hasil di awal musim seakan membenarkan keraguan yang muncul.
PSG hanya berhasil meraih satu kemenangan dalam lima pertandingan pertama penyisihan grup Liga Champions.
Kekalahan 0-1 di Bayern Munchen pada November membuat PSG berada di ambang eliminasi. Hasil ini membuat Enrique harus menghadapi kritik keras.
"Anda tidak bisa mengerti," kata Enrique saat itu seperti dikutip dari Reuters.
Enrique tetap teguh pada pendiriannya. Dia mengatakan PSG merupakan salah satu tim terbaik di Eropa. Enrique menuntut kendali yang tidak dimiliki para pendahulu seperti Unai Emery, Thomas Tuchel, Mauricio Pochettino, dan Christophe Galtier.
Menurut Enrique, masalah PSG bukanlah pada skuad, melainkan tidak adanya kendali yang berakibat hilangnya disiplin pemain.
Tanpa pemain bintang, Enrique melihat kesempatan untuk mengerahkan kendali penuh atas cara PSG bermain. Enrique berhasil mengambil kendali tim yang mayoritas dihuni pemain muda.

Enrique menuntut para pemaionnya meningkatkan intensitas mereka. Enrique bahkan mengancam akan mengundurkan diri jika standar dalam latihan tidak membaik.
Dan, langkah Enrique mulai berbuah manis. Pada awal 2025, PSG menjamu Manchester City dalam pertandingan yang harus dimenangkan. Pada laga itu PSG yang sempat tertinggal 0-2 mampu berbalik menang 4-2. Kemenangan ini menjadi titik kebangkitan PSG.
Sejak saat itu, PSG nyaris tanpa cela. Mereka melangkah ke final setelah menyingkirkan Brest, Liverpool, Aston Villa, dan Arsenal. Dan pada akhirnya, PSG menyempurkan transformasi dengan maraih trofi Liga Champions.
Selama 14 tahun setelah diambil alih Qatar Sports Investments, PSG menggelontorkan banyak uang untuk mendatangkan para bintang demi satu mimpi, menjadi juara Liga Champions.
Mimpi itu kini menjadi kenyataan, bukan dengan kumpulan pemain bintang. Luis Enrique tidak hanya memenangkan Liga Champions. Dia mengubah PSG menjadi sesuatu yang baru, sesuatu yang lebih baik.