Sudah Keluarkan Dana Triliunan, PSG Masih Saja Gagal
BolaSkor.com - Paris Saint-Germain lagi-lagi tersingkir dari ajang Liga Champions. Kali ini mereka disingkirkan Real Madrid di babak 16 besar.
Sejak diambil alih konsorsium Qatar. Paris Saint-Germain berambisi menjadi salah satu klub papan atas di Eropa, bukan lagi hanya perkasa di liga domestik. Menjadi juara Liga Champions pun menjadi target utama.
Untuk mencapai target, puluhan triliun rupiah sudah digelontorkan untuk menumpuk pemain bintang. Setiap tahun ada saja pemain mahal yang mereka rekrut. Sekali lagi, itu demi menjadi kampiun di Eropa.
Namun, setiap tahun pula PSG selalu menelan pil pahit. Mereka bahkan selalu gagal menembus laga final. Musim ini merupakan ulangan hasil musim lalu saat mereka juga terhenti di babak 16 besar. Sedangkan perempat final merupakan pencapaian tertinggi yang bisa dicapai.
Khusus musim ini, kegagalan terasa lebih pahit. Bagaimana tidak, di awal musim PSG gencar membangun tim yang sepertinya tak terkalahkan. Mereka mendatangkan bintang Brasil Neymar dan talenta muda Prancis, Kylian Mbappe. Tak ketinggalan mereka juga merekrut bek berpengalaman, Dani Alves dari Juventus.
Hanya untuk mendatangkan Neymar dan Mbappe saja PSG harus mengeluarkan 418 juta euro atau sekitar Rp7 triliun. Kehadiran Neymar memang bisa mengangkat performa PSG. Torehan 29 gol dalam 30 laga menjadi bukti kehebatan Neymar.
Pada di kompetisi domestik dan fase grup Liga Champions, PSG tampil luar biasa. Namun saat melangkah di babak 16 besar, PSG kehilangan gigi, takluk 1-3 di leg pertama oleh Real Madrid, tim yang sedang melempem di kompetisi domestik.
Situasi makin rumit dengan cederanya pemain termahal mereka, Neymar. Gelontoran uang yang dikeluarkan demi mendapatkan Neymar pun seakan mubazir karena sang bintang tak bisa dimainkan pada saat menentukan.
Enam tahun sudah PSG dimiliki Qatar Sports Investments (QSI). Dan, PSG sama sekali belum bisa mendekati impian mereka menjadi yang terbaik di Eropa. Setelah mengeluarkan lebih dari satu miliar euro atau puluhan triliun rupiah, PSG gagal, bahkan untuk meraih satu tempat di perempat final.
"Kami tidak melakukan apa yang seharuskan dilakukan pada laga ini. Kami tak mau bereaksi berlebihan usai hasil ini. Kami akan berbicara kepada pemain. Kam harus tetap tenang dan akan memikirkan apa yang harus dilakukan nanti," ujar ketua klub, Nasser Al-Khelaifi kepada beIN Sprots usai laga.
Entah apa yang ada di kepala Khelaifi. Apakah dia akhirnya menyadari jika uang tak akan membuat klubnya sukses dalam satu malam. Di kompetisi lokal, PSG boleh saja menjadi raksasa, tapi di Liga Champions, mereka menghadapi raksasa sesungguhnya.
Untuk sukses di kancah tertinggi Eropa, sebuah tim harus memiliki jati diri yang kental. Hal yang tak dimiliki PSG, yang hanya mementingkan pemain bernama besar. Saat ini PSG adalah timnya Neymar, bukan sebaliknya.
Lemahnya pengaruh dari sang pelatih, Unai Emery, juga bisa menjadi penyebab kegagalan PSG. Emery terlihat kehilangan wibawa di tengah para pemain bintang. Emery gagal membuat pondasi kokoh dalam tim yang hanya mengandalkan kejeniusan pemain bintang yang dimiliki. Dan pondasi ini yang tak bisa dibangun secara instan.
Hal ini pula yang membedakan PSG dari Manchester City, klub kaya lain. Man City memiliki Pep Guardiola yang memiliki prinsip bermain yang jelas. Pemain baru yang didatangkan juga harus sesuai dengan prinsip serta identitas klub yang dipatok Guardiola.
Tanpa identitas serta mental juara, PSG akan sulit mewujudkan impian mereka meski berapapun uang yang mereka keluarkan.