Sosok Feature

Sepenggal Kisah dari Alipio, Wonderkid yang Gagal Bersinar di Real Madrid

Johan Kristiandi - Minggu, 25 Maret 2018

BolaSkor.com - Real Madrid dikenal sebagai tim yang gemar menghamburkan uang di bursa transfer. Bahkan, ketika skuat sudah penuh sesak dengan pemain top dunia, Los Blancos tetap melakukan "hoby" tersebut. Tak heran, Madrid memiliki julukan Los Galaticos yang mengacu kepada skuat yang dianggap berisi pemain dari luar angkasa.

Akan tetapi, pada beberapa tahun terakhir, Madrid mulai mengerem kebiasaan tersebut. El Real hanya membeli pemain sesuai dengan kebutuhan. Buktinya, pada bursa transfer 2017-2018, Madrid hanya mendatangkan dua pemain yakni Theo Hernandez dan Dani Ceballos.

Beberapa pihak menganggap Madrid sedang memberikan ruang untuk pemain dari Castilla untuk naik ke tim senior. Achraf Hakimi menjadi contohnya. Pemain 19 tahun tersebut menembus skuat utama Madrid berkat penampilan apik di Castilla. Selain itu, sang pemain juga dipanggil untuk membela tim nasional Maroko. Tak heran ia diberi julukan sebagai wonderkid.

Akan tetapi, jika kita kembali ke 2008, Madrid memiliki cerita pahit soal pemain muda berbakat atau yang beken disebut wonderkid. Namanya adalah Alipio, pemain yang berposisi sebagai penyerang yang gagal unjuk gigi di skuat utama Madrid.

Bagi Alipio, Madrid adalah kenangan masin sekaligus pahit. Bagaimana tidak, pada usia muda ia telah bergabung bersama satu tim terbesar di dunia. Namun bagian pahitnya, cedera yang menerpa memaksa sang pemain memupus mimpinya di Santiago Bernabeu.

"Ketika saya meneken kontrak dengan Real Madrid, mereka tahu jika saya mengalami cedera tendinitis di lutut kanan. Namun, mereka tidak melakukan perawatan apapun," ungkap sang pemain seperti dilansir Marca.

"Saya melakukan proses pemulihan sendiri menggunakan penghilang rasa nyeri," lanjut Alipio.

alipio
Alipio (Besoccer)

Merasa sudah tidak dipedulikan oleh Madrid, Alipio mulai mengemas barang-barangnya dan menuju Portugal bersama Benfica yang berjanji akan membantu proses pemulihan cedera.

"Ada saatnya saya tidak bisa bermain seperti yang diharapkan dan Benfica menawarkan untuk memulihkan cedera. Saya mencoba untuk pulih tanpa melalui operasi, tetapi rasa sakit kian memburuk dan saat itulah saya memutuskan melakukan operasi," kata Alipio.

Namun, ketika sudah pulih, nasib malang kembali menghampiri sang pemain. Ia mengalami cedera ligamen yang mengharuskannya kembali menepi.

"Setelah dua bulan, saya mengalami cedera ligamen di lutut dan kembali menjalani operasi. Kemudian, saya pergi ke Siprus dengan status pinjaman, dan setelah operasi kedua, saya ingin berhenti bermain," tuturnya.

Sempat Gantung Sepatu

Lambat laun, Alipio mulai sadar. Ia merasa tidak dilahirkan sebagai pesepak bola. Bakat alami dari seorang pesepak bola asal Amerika Latin yang terkenal dengan skill individunya harus terkubur oleh rentetan cedera.

"Setelah melihat bagaimana dunia sepak bola bekerja, saya kecewa dengan banyak orang. Saya punya masalah dengan pelatih di Siprus dan saya memutuskan untuk hengkang ke Yunani," kata Alipio.

"Akan tetapi, saya mengalami kesulitan dalam hal bahasa dan itu membuat saya depresi. Saya pergi ke psikolog dan memutuskan untuk meninggalkan sepak bola, kembali ke Brasil untuk belajar dan bekerja," tutur Alipio.

Kembali Mencicipi Dunia Si Kulit Budar

Memang dasar darah sepak bola sudah mengalir deras di nadi Alipio, ia kembali memutuskan untuk bermain. Kali ini, di kampung halamannya, Brasil.

"Seorang kenalan meyakinkan saya untuk kembali bermain untuk tim kecil, Luverdense. Pada 2017, saya bermain untuk Atletico Goianiense di divisi pertama dan hanya bermain selama setengah musim. Pada paruh kedua, saya hijrah ke Vila Nova di Serie B Brasil," kata Alipio.

"Saya bermain bagus di Vila Nova dan kemudian saya pindah ke Fortaleza. Tanpa dukungan orang tua, saya berada di saat yang terbaik dalam karier. Saya dapat menunjukkan jika mampu bermain di level yang tinggi. Namun, dengan cedera tersebut, kondisi fisik saya tidak dapat berkembang," imbuhnya.

Meski berada di Brasil, hal itu tidak membuat Alipio menjadi dekat kepada keluarganya. Ia mengaku telah menjadi anak yatim piatu sejak kecil.

"Saya tidak memiliki orang tua sejak kecil. Ibu meninggal ketika saya berusia 10 tahun dan saya tidak pernah melihat wajah ayah. Baik klub maupun agen pemain selalu melabeli saya sebagai 'pemain muda' namun saya menolaknya," terang Alipio.

Saran untuk The Next Galaticos

Meski telah meninggalkan Madrid sejak 2010, pemain 25 tahun tersebut masih sering mencari informasi terkini mengenai Los Blancos. Kali ini, ia menyoroti kabar bergabungnya Vinicius Junior ke Real Madrid.

Real Madrid mengeluarkan dana 45 juta euro untuk memboyong Vinicius. Saat ini, sang pemain sedang menjalani masa peminjaman selama satu musim di Flamengo

Tak ingin kompatriotnya tersebut mengalami nasib serupa, Alipio memberikan beberapa wejangan. Satu di antaranya adalah soal proses adaptasi.

Vinicius Junior
Vinicius Junior (Zimbio)

"Di Spanyol, dunia saya adalah sepakbola. Saya tidak punya keluarga atau teman. Saya hidup untuk sepak bola tetapi itu tidak membuat saya bahagia," kata Alipio.

"Sebuah tim tidak dapat membeli pemain dan menunggu sang pemain beradaptasi. Mereka harus melakukan beberapa hal di luar lapangan. Hal itu menuntut waktu dan energi, sesuatu yang tidak terjadi di dunia sepak bola dewasa ini," papar Alipio

"Dalam kasus saya, saya tidak berpikir itu adalah harapan yang menyakiti saya, itu adalah masalah fisik. Saya akan mengatakan kepada Vinicius untuk memersiapkan segalanya sebelum pergi ke Madrid karena itu adalah klub yang tidak akan menunggu," saran pemain asal Brasil tersebut.

"Real Madrid memiliki suporter yang sangat menuntut dan semakin siap Vinicius makan akan semakin baik," terang sang pemain.

Dari sepenggal kisah Alipio, kita dapat menyimpulkan jika tak selamanya karier seorang pemain seperti cerita di negeri dongeng yang berakhir indah. Alipio, wonderkid asal Brasil, menjadi bunga yang layu sebelum mekar di Real Madrid.

Bagikan

Baca Original Artikel