Feature Spanyol

Realitas Kejam di Balik Gemerlap dan Kemewahan Dinasti Real Madrid

Arief Hadi - Sabtu, 27 Juli 2019

BolaSkor.com – Apa yang terlihat dari luar belum tentu sama dengan apa yang terjadi di dalamnya. Barangkali, istilah itu tepat digunakan untuk menggambarkan situasi salah satu klub terbesar dunia, bergelimang trofi, punya basis fans besar di seluruh dunia, Real Madrid.

Siapa yang tidak tahu Real Madrid? Hampir seluruh pecinta sepak bola dunia tahu tim asal Spanyol yang identik dengan jersey warna putih itu. Popularitas El Real semakin besar dengan status mereka sebagai Raja Eropa yang telah sukses meraih 13 titel Liga Champions. Ya, raja seperti simbol di klub mereka.

Diksi raja itu semakin diperkuat dengan fakta bahwa mereka kerap mengumpulkan bintang-bintang Eropa di dalam klub hingga julukan Los Galacticos muncul. Florentino Perez, Presiden Madrid, pada awalnya ingin mensejajarkan Los Galacticos dengan produk akademi Madrid.

Baca Juga:

Zinedine Zidane Ungkap Alasan Real Madrid Dibantai Atletico

Gareth Bale Mendekat ke Klub China

Real Madrid Sudah Langganan Lepas Pemain ke Premier League

Real Madrid

Tapi seiring berjalannya waktu, hanya proyek Los Galacticos yang berjalan baik hingga jilid III saat ini, sementara alumni akademi Madrid menempuh jalan yang berbeda-beda: ada yang bisa menembus tim utama, bersinar di klub lain, atau dipinjamkan Madrid.

Cukup mudah bagi seorang fans baru sepak bola jika mereka dihadapkan pada sejumlah opsi klub yang ingin didukung, cukup dukung Madrid karena mereka pasti selalu bertarung merebutkan trofi setiap tahunnya.

Tantangan menjadi fans Madrid tidak sesulit fans Arsenal atau Manchester United (saat ini): tidak ada jaminan meraih trofi tiap musim dan sedang berada di periode sulit. Setidaknya, selalu ada bintang yang dapat dibanggakan suporter Madrid.

Singkatnya, Madrid itu seperti mode mudah dalam pilihan tingkat kesulitan game. Kendati demikian, kembali lagi pada kalimat pertama di paragraf pertama, apa yang terlihat belum tentu sama di dalamnya. Faktanya, Madrid menyimpan realitas kejam terhadap pemain-pemain dalam kategori tertentu.

Sikap ‘Dingin’ kepada Pemain

Langsung saja ke poinnya, Madrid memiliki cerita sebagai klub yang seringkali tidak menghargai pemain-pemain yang sudah memberikan segalanya, berkontribusi untuk klub. Fakta itu berlanjut sampai saat ini di kasus Gareth Bale.

Situasi Bale di Madrid bak istilah hidup segan mati pun tak mau. Madrid ingin menjualnya, Zinedine Zidane tak memasukkannya ke dalam rencana bermain, tapi Bale masih bersikukuh bertahan di klub yang sudah diperkuatnya dari 2013 itu.

Hubungan Zidane dengan Bale kian memanas belakangan ini. Entah keceplosan atau disengaja, Zidane berkata “Semakin cepat Bale pindah semakin bagus juga untuk kepentingan klub”. Meski Zidane membantah tudingan agen Bale, Jonathan Barnett, yang menyebutnya tidak respek, nasi telah menjadi bubur.

Tanpa memedulikan atau mencari tahu siapa kambing hitam di balik memanasnya kasus Bale di Madrid, pihak klub, untuk kesekian kalinya, tidak tahu cara menghargai pemain-pemain yang sudah memberikan segalanya untuk mereka.

Gareth Bale

Bale bukan satu-satunya. Contoh kasus lainnya pernah dirasakan oleh Iker Casillas, Fernando Hierro, Cristiano Ronaldo, David Beckham, Raul Gonzalez, Claude Makelele, Vicente Del Bosque, Mesut Ozil, Angel Di Maria, dan Keylor Navas.

Dari banyaknya contoh tersebut, kami akan memilih kasus yang dialami Casillas dan Ronaldo. Kepergian Casillas paling menyedihkan. Di hari pertama ia mengadakan konferensi pers, Casillas, yang sudah memperkuat Madrid selama 16 tahun, duduk sendiri menghadapi media tanpa didampingi satu pun perwakilan dari klub. Menyedihkan.

Tangisan Casillas kala itu sangat memilukan dan cukup banyak orang yang mengecam sikap kejam Madrid kepada legenda klub mereka. Bagaimana bisa mereka membiarkan Casillas berbicara sendiri? Casillas berbicara sendiri di kala rekan setimnya melakoni tur pramusim di Australia dan uniknya, Perez ada di Madrid kala itu.

Meski di keesokan harinya Madrid mengadakan perpisahan yang lebih layak untuk Casillas, momen di hari pertama itu tidak akan terlupakan.

Pun demikian dengan Ronaldo. Megabintang asal Portugal yang sudah mengerahkan segalanya selama sembilan tahun memperkuat Madrid (2009-2018), pindah ke Juventus karena ia sudah tidak dihargai lagi oleh Perez.

Florentino Perez dan Cristiano Ronaldo

"Saya merasa di dalam klub, terutama dari Presiden, mereka tak mempertimbangkan saya sebagai pemain yang sama seperti yang mereka lakukan di awal (kedatangan saya). Dia (Perez) hanya melihat saya dari sisi hubungan bisnis. Saya tahu itu. Apa yang dia katakan pada saya tak pernah datang dari dalam hatinya," tutur Ronaldo di tahun 2018.

Jadi, masih tidak percaya jika realitas kejam di balik gelimang trofi Madrid tidak ada? Mungkin, saat Bale hengkang nanti dia bisa bergabung dengan grup WhatsApp eks pemain-pemain Madrid yang tersakiti mantan klub.

Bagikan

Baca Original Artikel