Profil Tim Liga 1 2018: Persib Bandung
BolaSkor.com - Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) merupakan klub yang menjadi cikal bakal Persib Bandung. BIVB merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu dengan Ketua Umum Syamsudin dan R. Atot yang merupakan putra pejuang wanita Dewi Sartika.
Tim BIVB beberapa kali mengadakan pertandingan di luar kota seperti Yogyakarta, Jatinegara, dan Jakarta untuk bertanding bersama dengan VIJ Jakarta (sekarang Persija Jakarta), SIVB (sekarang Persebaya), MIVB (PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), dan PSM (PSIM Yogyakarta).
Setahun kemudian, kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
Tepat 14 Maret 1933 Persib lahir dari rahim dua perkumpulan yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia, yaitu Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB).
Sebelum bersatu menjadi Persib Bandung, kedua perkumpulan itu muncul setelah BIVB menghilang gaung aktivitasnya.
Ketua umum Persib yang terpilih saat itu adalah Anwar St. Pamoentjak dan memiliki klub-klub naungan seperti SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Pada tahun 1937 berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah dan mengejek Persib sebagai perkumpulan kelas dua.
Maklum, laga-laga yang dilangsungkan oleh Persib ketika itu sering dilakukan di pinggiran Bandung, seperti Tegallega dan Ciroyom.
Namun, Persib akhirnya lebih merebut hari warga dan menegaskan diri sebagai perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib.
Bahkan, VBBO kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi ini mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Pada tahun tersebut, Persib juga berhasil menjuarai kompetisi perserikatan dengan mengalahkan Persis.
Namun ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, kegiatan persepakbolaan yang dinaungi organisasi dihentikan dan organisasinya dibredel. Dengan sendirinya, Persib mengalami masa vakum.
Pada masa revolusi fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu, prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibu kota perjuangan Yogyakarta.

Pada tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung di tengah rongrongan Belanda (NICA) yang kembali datang sekaligus ingin menghidupkan lagi VBBO meski dengan nama yang berbahasa Indonesia.
Perjuangan itu rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yang dilandasi semangat nasionalisme, yakni Persib.
Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa nomaden kantor sekretariat. Wali Kota Bandung saat itu R. Enoch membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R. Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Sejak saat itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan terus membesar. Persib kemudian menjadi juara perserikatan pada 1961 setelah mengalahkan PSM Ujung Pandang di final. Karena prestasinya itu, Persib ditunjuk mewakili PSSI di ajang kejuaraan sepakbola “Piala Aga Khan” di Pakistan pada 1962.
Namun di tahun 1970-1985 Persib mengalami masa sulit dan miskin gelar. Puncaknya, pada Kompetisi Perserikatan 1978-1979, Persib terdegradasi ke Divisi I.
Revolusi pembinaan dilakukan. Dipersiapkanlah tim junior yang ditangani pelatih Marek Janota (Polandia). Kemudian, tim senior diarsiteki Risnandar Soendoro. Gabungan pemain junior dan senior ini membuahkan hasil karena Persib berhasil promosi ke Divisi Utama dengan materi pemain seperti Sobur (kiper), Giantoro, Kosasih B, Adeng Hudaya, Encas Tonif, dan lainnya.
Hasil polesan Marek ini lahirlah bintang-bintang Persib seperti Robby Darwis, Adeng Hudaya, Adjat Sudrajat, Suryamin, Dede Iskandar, Boyke Adam, Sobur, Sukowiyono, Iwan Sunarya. Hasil binaan Marek membawa Persib lolos ke final bertemu PSMS pada Kompetisi Perserikatan 1982-1983 dan 1984-1985. Dua kali Persib harus puas sebagai runner-up setelah kalah adu penalti.

Pada Kompetisi Perserikatan 1986, Persib yang ditangani pelatih Nandar Iskandar meraih juara setelah di final mengalahkan Perseman Manokwari 1-0 melalui gol tunggal Djadjang Nurdjaman, di Stadion Senayan. Persib kembali meraih gelar juara pada Kompetisi 1990 setelah mengalahkan Persebaya, 2-0, melalui gol bunuh diri Subangkit dan Dede Rosadi.
Pada kompetisi penutup Perserikatan 1993-1994 Persib meraih gelar juara setelah di final mengalahkan PSM, 2-0, melalui gol Yudi Guntara dan Sutiono Lamso. Persib pun berhak membawa pulang Piala Presiden untuk selamanya karena kompetisi berikutnya berubah nama menjadi Liga Indonesia, yang pesertanya dari tim-tim Galatama dan Perserikatan.
Pada tahun 1994/1995 Persib kembali mencatatkan namanya dalam sejarah kompetisi Liga Indonesia. Persib berhasil mencapai final dan menggengam trofi juara dengan menaklukkan Petrokimia Putra dihadapan lebih-kurang 80.000 penonton di partai final dengan skor 1-0 melalui gol Sutiono Lamso menit ke-76.
Saat itu, Persib masih ditangani pelatih Indra Thohir dengan asisten Djadjang Nurdjaman dan Emen “Guru” Suwarman.
Sebagai juara liga, pada 1995 Persib berhak berpartisipasi di Piala Champions Asia (saat ini Liga Champions Asia). Prestasi Persib cukup membanggakan Indonesia karena lolos sampai ke perempat final. Namun di kancah domestik, Persib tenggelam dalam gradasi prestasi.
Pelatih datang silih berganti dan pada 2003, Persib yang awalnya konsisten dengan muatan pemain dan pelatih lokal akhirnya menggunakan jasa pelatih maupun pemain asing dalam upaya perbaikan prestasi. Namun bukannya membaik, prestasi Persib justru memburuk. Sledzianowski diganti di tengah jalan karena Persib terseok-seok di papan bawah bahkan sempat hampir terdegradasi.
Pada tahun 2008 Persib yang awalnya merupakan perserikatan amatir akhirnya menjadi klub profesional setelah terbentuknya sebuah badan hukum bernama PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) pada akhir Desember. Sejak saat itu, Persib tidak lagi mendapatkan kucuran dana pengelolaan dari pemerintah, melainkan dari pengelolaan usaha di bawah naungan PT PBB.
Seiring berjalannya waktu, PT PBB berhasil menjadi salah satu pengelola klub profesional terbaik di Indonesia.
Profesionalitas membawa prestasi cukup membaik pada Kompetisi Liga Super Indonesia I/2008-2009. Untuk kali pertama Persib diracik pelatih lokal dari luar Bandung. Jaya Hartono yang membawa Persik Kediri menggondol Piala LI IX/2003 dipanggil melatih Persib. Pada era Jaya, Persib meraih peringkat tiga dalam kompetisi yang menggunakan format satu wilayah.
Setelah puasa gelar selama 19 tahun, Persib akhirnya menjadi juara Liga Super Indonesia 2014 di bawah kendali pelatih lokal, Djadjang Nurdjaman. Persib mengalahkan Persipura Jayapura melalui drama adu penalti babak final yang berlangsung di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang.
Selain mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia untuk kedua kali, Djadjang juga mengukir rekor sebagai legenda hidup karena berhasil mengantarkan Persib menjadi juara sebagai pemain, asisten pelatih, dan pelatih kepala.
Di tahun 2015 situasi sepak bola dalam negeri suram akibat konflik Pemerintah dengan PSSI, Persib sempat membubarkan tim namun kemudian kembali berkumpul dan sanggup menjaga marwah sebagai tim elite Tanah Air.
Maung Bandung tampil sebagai juara turnamen bergengsi Piala Presiden 2015. Pada babak final, tim asuhan Djadjang Nurdjaman mengalahkan Sriwijaya FC, 2-0.
Namun, kegemilangan pada ajang pengisi kekosongan liga itu tidak berlanjut pada turnamen selanjutnya, Piala Jenderal Sudirman. Langkah Persib terhenti hanya di babak fase grup karena cuma menang sekali dan menelan tiga kekalahan beruntun termasuk di Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016 yang hanya menempati peringkat lima.
Mimpi buruk terus berlanjut setelah Liga 1 2017 bergulir Persib hanya mampu berada di peringkat 13 dari 34 laga yang dilakoni. Bahkan di turnamen pramusim Piala Presiden 2018 kandas di fase grup usai mengalami satu kemenangan atas Sriwijaya FC dan dua kekalahan beruntun atas PSMS Medan dan PSM Makassar.
Pemain Masuk:
Aqil Savik (kiper, Persib U-19), Victor Igbonefo (bek, Nakhon Ratchasima FC), Indra Mustaffa (bek, Persib U-19), Bojan Malisic (bek, Davao Aguilas), Mochamad Al Amin Syukur Fisabillah (bek, Persibat Batang), Oh In Kyun (tengah, Mitra Kukar), Eka Ramdani (tengah, Persela), Gozali Siregar (tengah, PSM Makassar), Muchlis Hadi Ning (depan, PSM Makassar), Airlangga Sutjipto (depan, Sriwijaya FC), Jonathan Bauman (depan, Kerkyra),
Pemain Keluar:
Vladimir Vujovic, Achmad Jufriyanto, Purwaka Yudi, Jajang Sukmara, Ahmad Subagja Basith, Michael Essein, Matsunaga Shohei, Raphael Maitimo, Serginho Sergio van Dijk, Angga Febriyanto, Carlton Cole.
Skuat Sementara:
Kiper: I Made Wirawan, M Natshir, Imam Arief, Aqil Savik.
Belakang: Victor Igbonefo, Indra Mustaffa, Mochamad Al Amin Syukur Fisabillah, Henhen Herdiana, Bojan Malisic,. Wildansyah, Tony Sucipto, Supardi Nasir
Tengah: Puja Abdillah, Agung Mulyadi, Oh In Kyun, Dedi Kusnandar, Hariono, Fulgensius Billy, Eka Ramdani, Gian Zola, Gozali, Kim Jeffrey Kurniawan, Atep, ebri Hariyadi.
Depan: Ezechiel N'Douassel, Muchlis Hadi, Airlangga Sutjipto, Jonathan Bauman.
Pemain Kunci:
Eka Ramdani
Eka Ramdani diyakini akan menjadi pemain kunci Persib Bandung di musim 2018. Meski usianya tak lagi muda, namun pengalamannya dalam menjalankan perannya sebagai penyuplai bola dari lini tengah masih tetap akurat.
Kehadiran mantan pemain Persela Lamongan itu diharapkan bisa menjadi solusi kosongnya posisi playmaker di skuat Persib. Pada musim lalu, manajemen dan tim pelatih Persib kerap mengeluhkan tidak adanya pengatur serangan yang membuat alur permainan Maung Bandung monoton.
Prediksi Persib di Liga 1 2018:
Meski mengalami perombakan secara besar-besaran, Persib Bandung di musim 2018 hanya ditargetkan untuk bisa menempati peringkat lima besar. Maklum, banyaknya pemain berusia diatas 30 tahun dan dibawah 23 tahun menjadi penyebabnya. Buktinya, Persib harus tersingkir di babak penyisihan Grup Piala Presiden 2018 lalu.
Maka dari itu pelatih Mario Gomez enggan berleha-leha, sebaliknya formasi terbaik terus ia lakukan demi menjadikan permainan Persib lebih solid.
Formasi 4-2-3-1 yang selama ini menjadi andalan nampaknya tak akan lagi digunakan Persib. Sebaliknya dibawah asuhan Mario Gomez, Persib menggunakan formasi 4-4-2.
Karenanya Mario sangat bernafsu untuk mendatangkan striker asing dibandingkan harus mengincar playmaker. Padahal sosok striker sudah diisi Ezechiel N'Douassel. Imbasnya, Michael Essien dipecat digantikan Jonathan Bauman
Tentu kehadiran Bauman membuat rasa pesimistis sedikit demi sedikit menghilang. Terlebih Mario sudah paham betul dengan kualitas yang dimiliki Bauman karena pernah membela salah satu klub Argentina Gymnasia Jujuy. (Laporan Kontributor Gigi Gaga/Bandung)