Plus-Minus Juventus Pilih Maurizio Sarri Sebagai Pelatih
BolaSkor.com - Juventus meresmikan pelatih baru pada Minggu (16/6) waktu setempat. La Vecchia Signora menunjuk Maurizio Sarri sebagai suksesor Massimiliano Allegri.
Juventus secara mengejutkan memutuskan berpisah dengan Massimiliano Allegri pada Mei 2019. Padahal, Allegri merupakan sosok yang memimpin mereka memenangi Scudetto lima musim beruntun.
Kegagalan Massimiliano Allegri mempersembahkan trofi Liga Champions menjadi alasan Juventus memutusnya. Bukan rahasia apabila I Bianconeri berambisi menyudahi dahaga pada ajang tersebut.
Prestasi terbaik Massimiliano Allegri adalah lolos ke final Liga Champions. Allegri dua kali melakukannya pada musim 2014-2015 serta 2016-2017.
Baca Juga:
Maurizio Sarri ke Juventus, Frank Lampard Jadi Kandidat Kuat Manajer Chelsea
Roberto Di Matteo Dukung Frank Lampard Gantikan Maurizio Sarri di Chelsea

Setelah berpisah dengan Massimiliano Allegri, sejumlah nama dikaitkan dengan Juventus. Mulai dari Pep Guardiola, Mauricio Pochettino, hingga Simone Inzaghi.
Akan tetapi, pada akhirnya Juventus memilih nama Maurizio Sarri. Keputusan tersebut diambil setelah Pep Guardiola menolak meninggalkan Manchester City.
Apalagi, Maurizio Sarri memperoleh trofi Liga Europa pada musim pertamanya bersama Chelsea. CV tersebut cukup meyakinkan Juventus untuk menggaet Sarri.
Kini, apakah Maurizio Sarri cocok menangani Juventus? Terdapat plus dan minus dari penunjukkan pria yang sebelumnya berkarier sebagai bankir tersebut. Berikut ini BolaSkor.com mencoba menganalisisnya.
Anda harus percaya Maurizio Sarri cocok menangani Juventus karena...

Sebelumnya, penulis pernah membuat tulisan mengenai persamaan Maurizio Sarri dengan pelatih-pelatih yang pernah memenangi Liga Champions di Juventus. Kedua pelatih adalah Giovanni Trapattoni dan Marcelo Lippi.
Seperti di tulis dalam tulisan tersebut, baik Giovanni Trapattoni, Marcelo Lippi, maupun Maurizio Sarri terkenal dengan sepak bola menyerang. Namun, mereka memiliki landasan pertahanan kuat.
Persamaan lain adalah sosok kebapakan yang dekat dengan pemain. Baik Giovanni Trapattoni, Marcelo Lippi, dan Maurizio Sarri terkenal sebagai sosok ayah kedua bagi sejumlah anak asuhnya.
Tentunya sepak bola menyerang dan stabilitas di ruang ganti merupakan hal yang hilang selama era Massimiliano Allegri. Bukan rahasia umum apabila Allegri cenderung memainkan sepak bola aman.
Baca Juga:
Persamaan Maurizio Sarri dengan Pelatih yang Menangi Liga Champions di Juventus
Massimiliano Allegri lebih senang memainkan skema pragmatis yang kerap menerima kritik. Selain itu, sejumlah pemain Juventus juga dikabarkan tidak senang dengan kepemimpinan Allegri.
Kedatangan Maurizio Sarri dianggap bagai menyelesaikan dua masalah Juventus sekaligus. Kedekatan Sarri dengan para pemain serta taktik menyerangnya diharapkan bisa membawa kejayaan di Eropa.
Oh, omong-omong soal Eropa, Maurizio Sarri terbukti paten setelah memenangi Liga Europa. Sarri bisa memaksimalkan performa pemainnya sehingga meraih hasil maksimal.
Anda boleh percaya Maurizio Sarri tak cocok menangani Juventus karena...

Tak ada gading yang tak retak, demikian juga tim asuhan Maurizio Sarri selama ini. Sarri terkenal sebagai sosok tempramen dan kerap melempar handuk terlalu cepat.
Buktinya ketika bersaing dengan Juventus pada musim 2017-2018 saat menangani Napoli. Ketika itu I Partenopei sempat unggul dalam perebutan Scudetto, tetapi mereka lengah.
Setelah itu, Maurizio Sarri terkesan pasrah dengan peluang skuat asuhannya dalam memenangi Scudetto. Tentunya mentalitas seperti itu berbahaya bagi Juventus.
Selain itu, Juventus sempat ditangani oleh master taktik dalam diri Massimiliano Allegri. Bukan rahasia apabila Allegri merupakan sosok pelatih yang memiliki segudang ide.
Semasa kepemimpinan Massimiliano Allegri, Juventus bagaikan seekor bunglon. Lawan seringkali kesulitan menebak skema yang akan dimainkan oleh Allegri.
Bahkan, dalam satu pertandingan skema Juventus bisa berubah. Contohnya ketika memulai laga melawan Atletico Madrid, mereka turun dengan pola 4-3-3, lalu terjadi perubahan menjadi 3-4-3.
Di sisi lain, Maurizio Sarri adalah pelatih yang memiliki strategi saklek. Skema 4-2-3-1 yang dia usung hampir mustahil mengalami perubahan.
Kejelekan Maurizio Sarri yang lain adalah dia tidak terlalu berani melakukan rotasi. Hasilnya, tidak jarang skuat asuhannya menderita badai cedera atau penurunan performa karena kelelahan.