Piala Dunia 2018: Uruguay, Liliput Amerika Selatan Berhati Raksasa
BolaSkor.com - Uruguay menjadi satu dari dua tim asal Amerika Selatan yang bertahan hingga perempat final Piala Dunia 2018. Mereka bersama Brasil akan berjuang di tengah kepungan tim Eropa.
Dengan aksen dan budaya yang mirip, sudah teramat sering orang Uruguay disangka sebagai orang Argentina, negara tetangga yang jauh lebih besar. Saking seringnya, hal ini acap mengesalkan bagi orang Uruguay.
Namun, di ajang Piala Dunia tidak ada seorangpun yang sulit membedakan Uruguay dengan Argentina. Terlebih pada Piala Dunia kali ini.
Dengan populasi lebih dari 40 juta, Argentina harus pulang lebih dulu dengan membawa malu dari Rusia 2018. Lionel Messi dkk hanya mampu mencetak sebiji kemenangan dari empat laga pada turnamen kali ini.
Sementara Uruguay, negara berpopulasi 3,3 juta melaju ke perempat final dan akan menghadapi pengandas Argentina, Prancis. Uruguay lolos ke delapan besar usai membekuk juara Eropa Portugal yang diperkuat pemain terbaik dunia, Cristiano Ronaldo.
Meski terbilang negara kecil, Uruguay adalah salah satu raksasa sepak bola di Amerika Selatan. Penampilan konsisten mereka di Piala Dunia 2018 sejatnya bukanlah hal yang mengejutkan.
Uruguay menjadi juara pada edisi perdana Piala Dunia 1930 saat menjadi tuan rumah. Dua dekade kemudian, La Celeste kembali menjadi kampiun setelah secara mengejutkan membekuk tim favorit sekaligus tuan rumah Brasil pada laga yang dikenal sebagai 'Maracanazo' atau secara harfiah diartikan Kejutan Maracana.
Sukses pada periode awal itu tidak lepas dari kebijakan Uruguay tidak mengikuti tim Amerika Latin lain yang membatasi pemain keturunan. Saat itu bintang Uruguay adalah Jose Andrade, seorang keturunan budak kelahiran Afrika.
Generasi modern sepak bola Uruguay memang belum berhasil menjadi kampiun Piala Dunia. Namun mereka selalu berhasil meninggalkan kesan. La Celeste mampu mencapai semifinal pada 2010 lalu, pencapaian terbaik sejak 1970. Sedangkan empat tahun lalu Uruguay melaju hingga babak kedua.
Sementara di level Amerika Selatan, Uruguay sudah 15 kali menjuarai Copa America. Lalu apa yang membuat negara kecil ini bisa menjaga konsistensinya di panggung sepak bola dunia?
"Alasannya banyak. Tapi semua berhubungan dengan satu hal besar: seluruh negeri mengabdikan diri untuk sepak bola," ujar Javier Borkenztain seperti dikutip Reuters.
Di luar obsesi nasional dengan sepak bola, sukses Uruguay tidak lepas dari jaringan sepak bola usia dini yang dikelola sangat teliti dan terorganisir sejak usia empat tahun.
Lebih jauh, Uruguay memiliki jaringan pembinaan yang sangat berkembang yang tidak malu untuk memindahkan bakat ke Eropa. Para talenta itulah yang kemudian menjadi pilar tim nasional.
Contohnya, pencetak gol terbanyak Uruguay sepanjang masa, Luis Suarez terbang ke Belanda saat berusia 19 tahun untuk bergabung dengan Groningen, sebelum merantau ke Ajax, Liverpool, dan kini Barcelona.
Kemudian ada faktor penting lain, "Garra Charrua" (Cakar Charrua), ungkapan terkenal di Uruguay yang berarti semangat juang.
"Sepak bola Uruguay hanyalah perpanjangan dari pola pikir Uruguay untuk tidak pernah mundur melawan dunia bahkan ketika kesuksesan tampaknya tidak mungkin," kata Fernando Alberto, warga Brasil yang mencermati tentang posisi Uruguay di dunia sepak bola.
"Uruguay memiliki setengah populasi Rio de Janeiro. Mereka sangat menyukai olahraga ini."
Pada Piala Dunia kali ini, Uruguay bukanlah negara terkecil di antara 32 tim yang hadir. Predikat itu kini menjadi milik Islandia, tim lain yang telah mengambil konsep "garra" ke tingkat berikutnya.
Jika status sepak bola ditentukan oleh keberhasilan per kapita, bahkan Islandia tidak bisa mendekati Uruguay.
"Negara kami sangat kecil tetapi memiliki hati yang sangat besar," ujar gelandang La Celeste Lucas Torreira menyimpulkan.