Piala AFF 2018, Antiklimaks di Pentas Tahun Olahraga
BolaSkor.com - Tahun 2018 menjadi momen di mana masyarakat Indonesia merasakan euforia besar di olahraga. Berbagai turnamen akbar berskala internasional hadir di tahun ini.
Piala Dunia 2018 menjadi awal dari gempita dunia olahraga di Tanah Air. Ajang empat tahun sekali yang selalu disambut suka cita masyarakat, meski Tim Nasional Indonesia tidak pernah tampil di sana.
Setelah Piala Dunia berakhir dengan Prancis keluar sebagai kampiun, masyarakat Indonesia disuguhi turnamen Piala AFF U-16. Turnamen yang mungkin dianggap remeh temeh pada awalnya, tetapi justru mengawali euforia kebanggaan akan olahraga di tanah air.
Timnas Indonesia keluar sebagai pemenang Piala AFF U-16. Garuda Muda memastikan kemenangan lewat drama adu penalti kontra Thailand di partai final yang berakhir dengan skor 5-4.
Keberhasilan Timnas Indonesia U-16 seakan membangkitkan gairah masyarakat sebelum event paling besar yang bakal dihelat yakni Asian Games 2018. Ya, sepekan setelah Garuda Muda menjadi juara, Indonesia resmi menggelar ajang olahraga terbesar Asia di Jakarta dan Palembang.

Cabang olahraga taekwondo menjadi penyumbang medali emas pertama untuk Indonesia pada Asian Games 2018. Medali tersebut dipersembahkan Defia Rosmaniar yang turun di nomor pomsae putri.
Defia Rosmaniar mengalahkan taekwodoin asal Iran, Marjan Salahshouri pada partai final yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu (19/8). Defia menang dengan skor 8,690 dari juri. Adapun Marjan Salahshouri hanya meraih 8,470 poin dari juri.

Prestasi Defia kemudian diikuti atlet Indonesia lain yang turun pada Asian Games 2018. Dukungan penonton yang selalu ramai selama ajang empat tahunan itu berlangsung mampu membawa Kontingen Merah Putih menempati peringkat kelima klasemen akhir dengan raihan 31 medali emas.
Indonesia bahkan menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang mampu menembus 10 besar klasemen. Euforia terasa besar, meski dari cabang olahraga favorit yakni sepak bola, Timnas Indonesia U-23 tak mendapat medali apapun.
Selepas Asian Games 2018, pesta olahraga di Indonesia belum berakhir. Jakarta masih menggelar satu event bersejarah lain yakni Asian Para Games 2018.
Sama seperti di Asian Games 2018, kontingen Indonesia meraih prestasi membanggakan di Asian Para Games 2018. Indonesia mencatat pencapaian terbaik dengan meraih 37 emas, 47 perak, dan 51 perunggu.
Bagi Indonesia yang masyarakatnya terkenal dengan kecintaan terhadap sepak bola, prestasi tersebut mungkin hanya awal dari turnamen yang sebetulnya paling dinantikan yaitu Piala AFF 2018. Kompetisi tersebut digadang-gadang bakal menjadi puncak gempita olahraga Tanah Air.
Optimisme membumbung tinggi sejak arsitek asal Spanyol, Luis Milla, menangani Timnas Indonesia. Milla dianggap sosok yang mampu membawa pulang Piala AFF yang sudah lama dirindukan.
Namun, konflik mulai terjadi, PSSI mengambil langkah dengan tidak memperpanjang kontrak Milla beberapa saat sebelum Piala AFF 2018 bergulir. Kepercayaan diri tinggi yang sebelumnya sudah terbangun, berubah menjadi perasaan cemas.

Layaknya babak dalam setiap film atau pentas, penonton masih belum kehilangan harapan, meski Milla tak lagi ada di dalam peran. PSSI mengubah alur cerita dengan menjadikan legenda sepak bola Indonesia, Bima Sakti, sebagai pelatih baru tim nasional.
Sosok Bima kemudian digadang-gadang bisa menjadi penyelamat Timnas Indonesia. Seperti halnya super hero di setiap film science fiction, Bima dipercaya bisa membawa keajaiban.
Sayang, kehadiran Bima tetap membuat Piala AFF yang seharusnya menjadi klimaks dari tahun olahraga, menjadi bagian dalam skenario yang seharusnya tidak pernah ada. Ajang tersebut menjadi anti klimaks dari banyaknya prestasi membanggakan atlet Indonesia di tahun ini.

Cabang olahraga yang paling mendapat banyak sorotan, kembali tampil mengecewakan. Timnas Indonesia tak berdaya, tidak mampu bersaing, bahkan di level Asia Tenggara.
Jika boleh memilih, seharusnya Piala AFF tidak perlu ada di dalam skenario tahun olahraga. Seharusnya tirai pementasan sudah tertutup saat Asian Para Games 2018 berakhir.
Timnas Indonesia dipastikan gagal lolos dari fase grup Piala AFF 2018. Tim asuhan Bima Sakti hanya mampu meraih satu kemenangan dari empat pertandingan yang dijalani.

PSSI kembali menjadi sorotan, perhatian masyarakat akan prestasi atlet Indonesia pada Asian Games dan Asian Para Games 2018 kembali teralih dengan polemik yang tak kunjung usai dari induk organisasi yang penuh drama.
Alur cerita yang sebelumnya membanggakan prestasi, kini kembali kepada ketua PSSI, Edy Rahmayadi, yang dituntut mundur dari jabatan. Penggila sepak bola Tanah Air juga meminta pengurus PSSI melakukan revolusi, pembenahan struktur dengan membuang orang yang dianggap muka lama. Sebuah cerita yang dapat diketahui, tidak akan jelas ke mana muaranya.
Pentas tahun olahraga akhirnya berakhir dengan anti klimaks. Hanya dalam hitungan hari, 2018 akan berakhir. Sudah saatnya menutup tirai, sembari berharap ada sutradara dan penulis skenario olahraga yang lebih baik lagi di tahun depan.