Performa Roberto Firmino: Sulit Dinilai dari Statistik, Penuh Pengorbanan untuk Liverpool
BolaSkor.com - Jurgen Klopp mengubah Liverpool dalam kurun waktu empat tahun melatih sejak pindah dari Borussia Dortmund. The Reds, yang tadinya sekedar dianggap bertarung merebutkan zona Liga Champions, kini jadi kandidat juara Premier League.
Dalam dua musim terakhir, Liverpool jadi kandidat peraih titel Premier League dan musim lalu berhasil menjuarai titel Liga Champions, pertama sejak tahun 2005, yang dilengkapi titel Piala Super Eropa.
Dua titel itu langsung menghapus keraguan dan teori figur sepak bola yang mengkritisi Jurgen Klopp sebagai manajer hebat yang harus membuktikan kualitasnya melalui raihan trofi.
Waktu. Itulah yang dibutuhkan Klopp untuk mengembangkan Liverpool dan membentuk tim yang diinginkannya setelah sempat gagal juara di dua final (Liga Europa dan Piala Liga). Benar saja, sekarang ia sudah memiliki keseimbangan yang bagus di tiap lininya.
Baca Juga:
5 Pemain Asing Liverpool dengan Torehan 50 Gol atau Lebih di Premier League
Kesuksesan Trisula Lini Depan Liverpool akan Menjadi Contoh bagi Klub-klub Eropa
Bukan Salah atau Mane, Kunci Permainan Liverpool Adalah Bobby Firmino
Lini belakang sudah terjamin top dengan adanya Alisson Becker, Virgil van Dijk, Joel Matip, Andrew Robertson, dan Trent Alexander-Arnold. Di tengah, Fabinho, Jordan Henderson, dan Georginio Wijnaldum menjadi motor permainan.
Sementara di lini depan, lini yang jadi sumber kekuatan utama Liverpool, sudah paten ditempati trisula maut: Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Roberto Firmino. Dua nama pertama pendulang gol dan pembuka ruang, lalu nama yang disebut terakhir bisa jadi masuk kategori unsung hero alias pahlawan tanpa tanda jasa.
Istilahnya dalam sepak bola, Roberto "Bobby" Firmino merupakan pemain underrated atau pemain yang punya jasa besar untuk tim, namun kontribusinya tidak terlalu dilihat publik. Sulit menilai performanya dari statistik.
Penuh Pengorbanan untuk Liverpool
Datang dari Hoffenheim pada 2015, klub papan tengah Bundesliga, Firmino tidak cukup populer di kalangan fans - bahkan beberapa di antaranya sangsi kepada Firmino akan potensi kesuksesannya di Liverpool.
Apalagi, tidak banyak pemain Brasil yang sukses di Liverpool seperti Fabio Aurelio, Doni, dan Diego Cavalieri. Sisanya sukses menjaga konsistensi seperti Philippe Coutinho dan Lucas Leiva - dua-duanya telah pindah ke klub lain.
Firmino mengubah stigma itu dengan kerja keras dan pengorbanannya di Liverpool. Posisinya memang penyerang tengah, tapi, dalam perannya kala bertanding Firmino menjadi mesin penyambung antara lini tengah dan lini serang.
Tipikal bermainnya seperti Karim Benzema di Real Madrid, turun ke tengah untuk menjemput bola dan mengalirkan serangan, namun Firmino lebih intens ketika melakukan pressing (tekanan). Kontribusi Firmino bisa terlihat dari laga melawan Newcastle United.
Sempat tertinggal 0-1, Liverpool berbalik menang 3-1 dan dua gol Mane serta Mo Salah berawal dari serangan yang dibangun Firmino. Firmino hanya bermain selama 53 menit menggantikan Divock Origi yang cedera kontra Newcastle.
Hebatnya lagi, dia terpilih sebagai Man of the Match yang diakui oleh Steve Bruce, manajer Newcastle. "Pergerakan dan caranya bermain, Liverpool bagus kala dia (Firmino) bermain di posisi itu," puji Bruce.
Musim lalu, Sadio Mane dan Mo Salah mencetak masing-masing 22 gol untuk Liverpool dan Firmino menorehkan 12 gol serta enam assists. Apabila melihat hanya dari statistik itu, Firmino seolah tidak lebih baik dari kedua rekannya di lini depan.
Tapi, salah besar menilai performa Firmino hanya dari statistik gol dan assists. Koresponden ESPN asal Brasil, Natalie Gedra, memperkuat argumen apabila penampilan Firmino tidak bisa dinilai melalui statistik.
"Ada perbincangan di Brasil mengenai apakah dia (Firmino) pemain terbaik yang pernah bermain di Premier League serta argumen kontra bahwa dia tak pernah memimpin dari catatan assists, dia tak pernah memenangi Premier League, tapi begitulah mengenai Firmino - sulit dinilai betapa besar kontribusinya untuk tim." tutur Gedra.
"Itu (kontribusi) tidak ada di statistik, Anda hanya harus perlu menyaksikan dan menikmatinya. Terkadang saya pikir dia tidak terlalu diapresiasi dan kurang disorot karena statistiknya tidak hebat, tapi dia memberi banyak hal lebih dari itu."
"Kesan saya kepada Firmino adalah visi permainnya yang terus berkembang dan ketika Anda berpikir dia telah mencapai puncak karena (kesuksesan) beberapa musim terakhir ini, dia malah semakin baik. Kita terus berbicara mengenai ketidakegoisannya, tapi kepintarannya untuk tim sangat krusial untuk Liverpool."
Tanpa Firmino, Mo Salah dan Mane belum tentu akan bersinar seperti sekarang ini karena keduanya pelari cepat yang langsung menusuk pertahanan lawan.
"Firmino dan Mane kombinasi hebat. Firmino merupakan minyak di mesin Liverpool. Dia menjadikan Mane dan Salah pemain yang lebih baik karena mereka sangat direct dan pintar," imbuh Jason Burt, koresponden Daily Telegraph.
Pengorbanan Firmino layaknya mantan striker Liverpool medio 2006-2012, Dirk Kuyt. Sayang, Kuyt kala itu berada di tim yang belum stabil dan seimbang hingga kesulitan bertarung merebutkan titel seperti saat ini.
Firmino dianggap underrated dan tidak terlalu disorot, namun hal itu tidak jadi masalah, selama rekan setimnya tahu seberapa besar kontribusi produk akademi Figueirense itu. Persis seperti yang dikatakan Alexander-Arnold.
"Saya kehabisan kata-kata menggambarkannya. Dia pemain yang luar biasa hebat. Saya telah katakan sebelumnya - dia tak bernilai bagi kami. Bagi kami, dia pemain terbaik yang kami miliki. Dia pemain kelas dunia," tutur Alexander-Arnold.
Tak ternilai. Kata yang tepat untuk menggambarkan Roberto "Bobby" Firmino.