Sosok Feature Timnas Indonesia

Para Legenda Sepanjang Piala AFF

Frengky Aruan - Jumat, 02 November 2018

HBolaSkor.com - Piala AFF telah bergulir sejak 1996. Saat itu turnamen yang melibatkan negara Asia Tenggara dilabeli Tiger Cup merujuk sponsor resmi.

Tiger Cup berlangsung dalam lima edisi hingga 2004. Itu sebelum ajang dikenal sebagai AFF Championship atau Piala AFF hingga saat ini.

Sepanjang penyelenggaraan, Piala AFF telah menampilkan sejumlah pemain. Diantaranya begitu menonjol sehingga pantas disebut legenda, terutama setelah mengakhiri karier di Timnas negaranya sebagai pemain.

Siapa saja?

1. Kiatisuk Senamuang (Thailand)

Sosok kelahiran Udon Thani, Thailand pada 11 Agustus 1973 ini menjadi salah satu yang tersukses di Piala AFF. Ia merasakan gelar juara baik sebagai pemain dan pelatih.

Gelar juara sebagai pemain dirasakan di tiga edisi masing-masing pada 1996, 2000, dan 2002. Adapun sebagai pelatih, ia membawa War Elephant dua kali juara masing-masing pada edisi 2014 dan 2016.

Kiatisuk Senamuang memulai karier seniornya sebagai pemain sejak 1991 dengan membela Krung Thai Bank hingga 1995. Enam klub lain kemudian dibela dalam perjalanan karier, seperti Rajpacha (1995-1996 dan 2000-2001), Royal Thai Police (1997-1998), Perlis (1998-1989), Huddersfield Town (1999-2000), Singapore Armed Force (2001-2002), dan Hong Anh Gia Lai (2002-2006).

Tujuh gelar juara dirasakan, dua kali ketika memperkuat Krung Thai Bank (1989 dan 1993), sekali saat berbaju Singapore Armed Force di S-League (2002), dan empat saat membela HAGL di V-League (2003, 2004) dan Vietnam Super Cup (2003, 2004).

Sementara di Timnas Thailand, laga pertama Zico, julukkan Kiatisuk Senamuang tercatat saat menghadapi Jepang di Kualifikasi Piala Dunia di Kobe pada April 1993.

Kiatisuk Senamuang mencatatkan 134 caps dengan 71 gol. Itu hingga 3 Oktober 2007, ketika Thailand bertemu dengan Uni Emirat Arab di Bangkok.

Caps serta gol yang dicatatkannya sampai saat ini menjadi yang terbanyak di Timnas Thailand. Caps terbanyak kedua di Timnas Thailand dicatatkan Totchtawan Sripan (110 caps/1993-2009), disusul Piyapong Pue-on (100 caps/1981-1997). Adapun gol terbanyak kedua dibuat Piyapong Pue-on dengan 70 gol.

Total 12 gol dibuat Kiatisuk Senamuang di Piala AFF, hanya kalah tiga gol dari mantan rekan di Timnas, Woorawoot Srimaka yang mencatatkan 15 gol.

Lima gol dicetak di edisi 1996, satu gol diantaranya di final kontra Malaysia yang mengantar Thailand menjadi juara untuk pertama kali di edisi perdana lewat kemenangan 1-0.

Adapun empat gol di Piala AFF 2000, tiga gol lain di 2002. Piala AFF 2007 merupakan ajang yang terakhir diikutinya.

Kiatisuk Senamuang mengantar Thailand juara Piala AFF 2016 sebagai pelatih. (affsuzukicup.com)

Kiatisuk Senamuang mulai dipercaya menjadi pelatih tim nasional sejak Januari 2013. Itu setelah lebih dulu meracik taktik di HAGL, Chula United, Chonburi, Bangkok.

Ia kemudian memimpin tim di SEA Games 2013 di Myanmar dan berbuah medali emas. Keberhasilan Timnas Thailand U-23 dengan berada di empat besar Asian Games 2014 di Incheon makin membuatnya dipercaya memimpin Timnas senior di Piala AFF 2014.

Dalam kendalinya, Thailand sempurna di fase grup sebelum menekuk Filipina di semifinal. Ia membawa Thailand menjadi juara setelah mengandaskan Malaysia dengan agregat 4-3.

Dua tahun berselang, Kiatisuk Senamuang kembali membawa Thailand juara di Piala AFF setelah mengalahkan Indonesia dengan agregat 3-2. Ia cabut dari Timnas Thailand menyusul keterpurukan di kualifikasi putaran ketiga Piala Dunia 2018 zona Asia.

Kiatisuk Senamuang sempat menangani Port FC. Namun waktunya tak panjang. Hanya tiga bulan, ia memutuskan mundur pada September 2017 menyusul rangkaian hasil buruk.

2. Noh Alam Shah (Singapura)

Noh Alam Shah masih menjadi pencetak gol terbanyak di Piala AFF sampai saat ini. Sepanjang mengikuti turnamen negara Asia Tenggara, total 17 gol dibuatnya. Sebanyak 10 gol dicetak pada edisi 2007 yang sekaligus membuatnya menjadi top skorer.

Jumlah gol untuk menjadi top skorer sejauh ini masih yang terbanyak. Di atas delapan gol Bambang Pamungkas, yang meraih gelar serupa pada edisi 2002.

Noh Alam Shah baru terlihat di Piala AFF 2004. Sebagai pendatang baru, ia kurang mengigit di fase grup.

Noh Alam Shah baru mencetak gol di leg pertama semifinal, ketika Singapura menekuk Myanmar 4-3. Tiga gol atau hat-trick kemudian dicatatkan di leg kedua di kandang untuk membuat Singapura menang 4-2. Itu sebelum Singapura mengalahkan Indonesia dengan agregat 5-2 di final, namun Noh Alam Shah tak menyumbang gol.

Noh Alam Shah terus diandalkan, termasuk di Kualifikasi Piala Asia, Kings Cup, sebelum kembali dimainkan di Piala AFF 2007. Seperti dijelaskan di atas, Noh Alam Shah mencetak 10 gol dan menjadi top skorer. Ia juga menyandang status sebagai pemain terbaik Piala AFF 2007 lewat penampilan menawannya.

Selebrasi Noh Alam Shah. (affsuzukicup.com)

Tujuh gol dibuatnya ketika Singapura mengalahkan Laos 11-0 di penyisihan grup. Ia mencetak satu gol dari titik penalti dalam laga terakhir grup kontra Indonesia, yang berakhir 2-2.

Satu gol yang dicetak membuat Singapura menahan imbang tuan rumah Malaysia 1-1 di leg pertama semifinal. Itu sebelum Singapura memastikan kemenangan di leg kedua sehingga lolos ke final.

Noh Alam Shah mencetak gol kesepuluhnya di leg pertama final di kandang untuk membantu Singapura menang 2-1 atas Thailand. Singapura menjadi juara setelah di leg kedua menahan Thailand 1-1 lewat gol Khairul Amri.

Penampilan Noh Alam Shah dianggap menurun di Piala AFF 2010. Hal itu pula yang membuat dirinya tersingkir.

Total eks Arema mencatatkan 84 caps dengan 34 gol. Dua gelar juara dirasakan bersama Singapura di Piala AFF 2004 dan 2007. Noh Alam Shah belakangan membantu Fandi Ahmad menyiapkan pemain Timnas Singapura untuk Piala AFF 2018.

3. Bambang Pamungkas (Indonesia)

Edisi 2000 merupakan Piala AFF pertama bagi Bambang Pamungkas. Itu setelah jasanya dipakai di SEA Games 1999 dan Kualifikasi Piala Asia pada 1999 dan tampil sebagai top skorer Liga Indonesia 1999-2000 dengan 24 gol bersama Persija Jakarta, yang juga membuatnya pindah ke klub Belanda EHC Norad.

Skuat Indonesia saat itu masih diisi Aji Santoso, Eko Purdjianto, Uston Nawawi, Kurniawan Dwi Yulianto, Edward Ivak Dalam, Djet Donald Laala, Imran Nahumarury, Nur'alim, Rochy Putiray, Sahari Gultom.

Bepe, panggilan Bambang Pamungkas belum menjadi pilihan utama pelatih saat itu, Nandar Iskandar. Kurniawan Dwi Yulianto dan Gendut Doni Christiawan begitu dipercaya sehingga membuat Bambang Pamungkas harus menunggu.

Kesempatan besar baru didapat Bambang Pamungkas pada Piala AFF 2002 atau saat Timnas Indonesia ditangani Ivan Kolev. Selain Bambang Pamungkas, Ivan Kolev punya Gendut Doni, Zainal Arif, dan Zainal Ichwan di lini depan.

Di laga pertama Indonesia melawan Myanmar dalam penyisihan grup, Bambang Pamungkas dipercaya turun sejak awal. Sementara Gendut Doni menjadi penggantinya pada menit ke-73. Meski tak mencetak gol, Bambang Pamungkas tetap dipercaya di laga kedua kontra Kamboja dan membayar kepercayaan dengan tiga gol untuk membawa Timnas Indonesia menang 4-2.

Bambang Pamungkas tak mencetak gol lagi ketika Indonesia bermain 2-2 kontra Vietnam. Ia kembali menunjukkan ketajaman ketika menghadapi Filipina di Senayan pada 23 Desember 2002, dengan empat gol dalam kemenangan 13-1. Jumlah gol sama juga dibuat Zainal Arif di laga tersebut.

Satu gol di semifinal mengantar Indonesia mengalahkan Malaysia 1-0 sekaligus lolos ke final. Itu sebelum Indonesia gagal menjadi juara karena kalah lewat babak penalti usai bermain 2-2 kontra Thailand.

Delapan gol yang dibuat membuat Bambang Pamungkas menjadi top skorer Piala AFF 2002. Sementara gelar pemain terbaik disabet Therdsak Chaiman dari Thailand.

Bambang Pamungkas. (affsuzukicup.com/Getty Images)

Bambang Pamungkas absen di Piala AFF 2004. Peter White yang di edisi sebelumnya membawa Thailand mengalahkan Indonesia untuk menjadi juara, mengandalkan Ilham Jaya Kusuma dan Boaz Solossa yang saat itu masih berusia 18 tahun.

Bepe kembali di Piala AFF 2007. Namun, ia kurang menggigit karena tak mampu mencetak satu gol pun sebelum Timnas pulang setelah mengakhiri fase grup.

Bambang Pamungkas baru mencetak gol lagi saat Timnas Indonesia bertemu Myanmar di fase grup Piala AFF 2008. Satu golnya memecah kebuntuan sejak trengginas di Piala AFF 2002. Satu gol lagi dibuat ketika Indonesia mengalahkan Kamboja. Timnas Indonesia terhenti di semifinal karena kalah dengan agregat 1-3 dari Thailand.

Ketajaman Bambang Pamungkas makin memudar. Di Piala AFF 2012, ia hanya dua kali mencetak gol lewat titik penalti saat mengalahkan Thailand 2-1 di laga terakhir grup.

Duo berdarah asing, Cristian Gonzales (naturalisasi) dan Irfan Bachdim menjadi pemain paling disorot. Di tengah euforia yang meninggi, Indonesia kembali gagal juara setelah kalah agregat 2-4 dari Malaysia.

Piala AFF 2012 menjadi yang terakhir buat Bambang Pamungkas. Bepe memakai nama punggung Pamungkas, yang juga berarti terakhir sebelum menyatakan pensiun dari Timnas Indonesia pada April 2013. Bambang Pamungkas tak mencatatkan gol, sementara Timnas Indonesia terpuruk dengan hanya duduk di tempat ketiga babak grup.

Bepe pensiun dengan status legenda tanpa juara di Piala AFF. Selain itu caps dan gol terbanyak di Timnas Indonesia masing-masing 87 dan 38.

4. Le Cong Vinh (Vietnam)

Legenda Vietnam ini mulai dikenal sejak tampil perdana di Piala AFF 2004. Sebelumnya, ia diandalkan dalam Kualifikasi Piala Dunia.

Le Cong Vinh mencetak hat-trick ketika Vietnam menang 9-1 atas Kamboja di laga kedua fase grup. Ia tak mampu menyelamatkan Vietnam dari kekalahan 0-3 dari Indonesia sebelum membuat gol lagi dalam kemenangan 3-0 atas Laos, namun tak mampu membuat Vietnam ke semifinal.

Ia kembali membela Vietnam di Piala AFF 2007. Le Cong Vinh kembali membuat hat-trick ketika Vietnam menggulung Laos di fase grup. Itu sebelum mandul di semifinal sehingga Vietnam kalah agregat 0-2 dari Thailand dan gagal lolos ke final.

Le Cong Vinh makin dikenal dan dianggap salah satu pemain menonjol setelah berkiprah di Piala AFF 2008. Di final leg pertama di kandang Thailand, ia mencetak satu gol dan membantu Vietnam menang 2-1.

Ia membuat gol lagi untuk menahan Thailand 1-1 sekaligus membuat Vietnam menjadi kampiun. Gol penting dicetak pada menit ke-94 setelah Vietnam kebobolan lebih dulu melalui Teerasil Dangda pada menit ke-21. Julukan The Golden Boy tersemat padanya.

Le Cong Vinh. (affsuzukicup.com/Getty Images)

Le Cong Vinh absen di edisi 2010 karena mengalami cedera. Ia kembali hadir di Piala AFF 2012 dan hanya bermain di dua laga melawan Myanmar dan Filipina, tanpa mencetak gol. Di edisi 2012, Vietnam terhenti di fase grup setelah berada di tempat ketiga.

Ia kembali menjadi bagian skuat di Piala AFF 2014 dengan mencatatkan empat gol. Satu gol masing-masing dibuat melawan Indonesia (2-2), kontra Laos (3-0), sementara dua lain saat menghadapi Malaysia di leg kedua semifinal (2-4). Vietnam gagal melaju ke final karena kalah agregat 4-5 dari Malaysia.

Piala AFF 2016 menjadi yang terakhir bagi Le Cong Vinh. Rencana pensiun yang telah dibuat sebelumnya membuat Le Cong Vinh begitu bersemangat.

Timnas Vietnam lolos sebagai juara grup, sementara Le Cong Vinh mencetak dua gol masing-masing saat menang 2-1 atas Myanmar dan Kamboja. Harapan Le Cong Vinh kembali merasakan gelar juara pupus setelah Vietnam dikalahkan Indonesia di semifinal dengan agregat 3-4.

Sepanjang karier di Piala AFF, Le Cong Vinh mencatatkan 28 penampilan dengan 15 gol. Sementara secara keseluruhan ia mencatatkan 83 caps bersama Timnas Vietnam dengan 51 gol.

5. Safee Sali

Safee Sali baru mentas di Piala AFF 2008. Itu setelah didahului rangkaian perjalanan naik-turun.

Safee Sali, yang menunjukkan ketajaman di klub-klub awal kariernya, sempat membela Timnas Malaysia U-23 untuk kualifikasi Olimpiade Musim Panas 2004, pra SEA Games 2005, namun kurang menggigit. Ia juga gagal masuk skuat untuk Asian Games 2006.

Safee Sali kemudian mendapat kepercayaan dari pelatih B. Sathianathan dan Pestabola Merdeka 2007 menjadi ajang baginya membuktikan diri. Safee Sali menjadi pencetak gol terbanyak dengan empat gol sebelum masuk skuat Piala Asia 2007.

Safee Sali kemudian dipilih untuk mengisi tim di SEA Games 2007. Sementara pada 2008, ia menunjukkan kelas dengan tiga gol saat Malaysia kalah 1-3 dari tim Irlandia, menang 1-0 atas Irak, dan seri 1-1 kontra Nigeria di Piala Interkontinental Malaysia.

Striker kelahiran Selangor kurang mengesankan di Piala AFF pertamanya. Ia hanya mencetak satu gol di laga penyisihan melawan Laos. Sementara Malaysia tersingkir setelah finis di tempat ketiga.

Safee Sali baru menunjukkan perannya dua tahun berselang atau edisi 2010. Tak mencatatkan gol di fase grup, Safee jadi penentu di babak knock-out.

Safee Sali. (affsuzukicup.com/Getty Images)

Saat semifinal leg pertama, ia mencetak dua gol dalam kemenangan 2-0 atas Malaysia. Dua gol tersebut membawa Harimau Malaya lolos karena di leg kedua di kandang Vietnam berakhir tanpa gol.

Safee Sali kembali mencetak dua gol di leg pertama partai final melawan Indonesia di Kuala Lumpur yang berakhir 3-0 untuk kemenangan Malaysia. Satu gol lagi dibuat di kandang Indonesia dalam leg kedua yang berakhir 2-1 untuk kemenangan tuan rumah.

Malaysia lewat Safee Sali menyakiti publik Indonesia dengan mengangkat gelar juara lewat kemenangan agregat 4-2. Gelar juara makin lengkap buat Safee Sali dengan predikat top skorer. Safee Sali disorot, sebelum direkrut klub Indonesia Pelita Jaya.

Di edisi berikutnya pada 2012, Safee Sali gagal membawa Malaysia berjaya lagi. Malaysia terhenti di semifinal setelah kalah agregat 1-3 dari Thailand. Piala AFF 2012 menjadi milik Singapura, yang menang agregat 3-2 atas Thailand.

Pun saat Piala AFF 2014 dan 2016. Safee Sali sempat menyatakan keinginan pensiun pada 2016, namun setahun berikutnya membuka peluang kembali memperkuat Timnas Malaysia.

Bagikan

Baca Original Artikel