Sosok Feature Piala Dunia

Oscar Tabarez, El Proceso Sang Maestro di Balik Sukses Uruguay

Yusuf Abdillah - Selasa, 05 Juni 2018

BolaSkor.com - Menyebut Piala Dunia, rasanya berdosa jika tak menyebutkan Uruguay. Di negeri inilah ajang terakbar sepak bola dunia bermula pada 1930 silam. Negara ini pula yang menyandang gelar kampiun pertama Piala Dunia.

Sempat kembali menjadi juara pada Piala Dunia 1950 dan beberapa kali menjadi yang terbaik di Benua Amerika, pamor Uruguay kemudian melorot. Mereka bahkan tiga kali gagal tampil dalam empat gelaran Piala Dunia antara 1990 hingga 2006.

Usai petaka di 2006, Asosiasi Sepak Bola Uruguay (AUF) akhirnya kembali meminta pelatih yang pernah menjadi arsitek timnas dari 1988 hingga 1990, Oscar Washington Tabarez Silva, pelatih terakhir yang sukses membawa Uruguay tampil di Piala Dunia, yaitu pada 1990. Kala itu, Tabarez berhasil membawa Uruguay lolos hingga 16 besar sebelum dihentikan tuan tumah Italia.

Sekembalinya menjadi pelatih, Tabarez langsung melakukan perombakan. Pelatih kelahiran Montevideo itu pun merancang cara bermain yang benar "the proper way" atau kemudian dikenal dengan sebutan El Proceso. Panduan tersebut langsung diterapkan bagi tim berbagai lapis usia, dimulai dari U-15. Tabarez memperkenalkan pola 4-3-3 sebagai pakem permainan tim berjuluk La Celeste ini.

Selang setahun kemudian Tabarez menjadi arsitek, Uruguay berhasil melaju hingga semifinal Copa America. La Celeste gagal ke final setelah takluk di tangan Brasil lewat adu penalti.

Pada Piala Dunia 2010 Tabarez memimpin Uruguay tampil di semifinal untuk pertama kalinya dalam 40 tahun. Sayang Luis Suarez dkk kalah tipis 2-3 dari Belanda. Akhirnya Uruguay hanya berada di peringkat keempat setelah pada perebutan posisi tga kalah 2-3 di tangan Jerman. Selang setahun kemudian, Uruguay kembali merasakan gelar juara Copa America. Ini merupakan kali ke-15 Uruguay berjaya di ajang ini.

Pada Piala Dunia empat tahun lalu, Uruguay lolos hingga babak 16 besar. Uruguay berhasil mengalahkan Inggris di fase grup. Ini merupakan kemenangan pertama Uruguay atas lawan yang berasal dari Eropa dalam 44 tahun tahun. Uruguay sendiri akhirnya kalah 0-2 oleh Kolombia di 16 besar.

El Maestro, demikian julukan Tabarez. Sang Maestro yang menghidupkan kembali sepak bola Uruguay yang nyaris mati dengan memperkenalkan El Proceso. Sang guru inilah yang membangun pondasi timnas Uruguay dengan kurikulum rancangannya.

El Proceso

El Proceso

Ketika Tabarez kembali menjadi pelatih pada 2006, sepak bola Uruguay sedang kacau-balau, nyaris berada di titik nadir. Permainan Uruguay seperti tak memiliki identitas, hanya mengandalkan tenaga ketimbang telenta.

Sang Maestro selalu mencintai negaranya dan percaya bahwa bermain untuk tim nasional adalah sebuah pencapaian paling membanggakan bagi setiap pemain. Tapi kala itu kurangnya komitmen dengan pemain muda yang berpetualang ke luar negeri membuat mereka kehilangan identitas.

Inilah alasan Tabarez memperkenalkan "Proceso de Institucionalización de Selecciones y la Formación de sus Fútbolistas" alias El Proceso. Tabarez ingin menanam kembali identitas Uruguay kepada para pemain muda. Identitas yang dikenal sebagau "garra charrua" atau yang secara harfiah berarti cakar bajak. Keyakinan ini sendiri berasal dari masyarakat pribumi Uruguay dan mewujudkan semangat serta komitmen terhadap negara.

Tabarez ingin terciptanya tim yang terdiri dari pemain yang bersatu mengikuti cita-cita yang sama. Di sinilah pengalaman Tabarez sebagai guru sangat berpengaruh. Dia melihat sepak bola sebagai saluran untuk perubahan sosial. Sepak bola ditambah dengan pendidikan adalah cara terbaik untuk mengembangkan bakat muda bangsa.

Sang Maestro membuat para pemain muda kembali belajar lewat buku-buku di luar pengerahuan sepak bola. Lewat proses belajar ini pula para pemain muda diperkenalkan dengan sejarah La Celeste.

Tabarez sepenuhnya sadar bahwa mengembangkan individu sebagai person sama pentingnya dengan mengembangkan kemampuan sepak bola mereka. Jika pemain mengikuti El Proceso dari usia muda, Tabarez percaya mereka akan memiliki kecintaan yang lebih besar kepada jersey yang mereka pakai.

Salah satu hal yang terbilang penting bagi Tabarez adalah kebersamaan. Bagi Tabarez kebersamaan seperti keluarga selalu penting. Dia pun memperkenalkan aturan bahwa pemain U-15, U-17 dan U-20 menggunakan fasilitas bersama dengan skuat senior. Tujuannya agar semua pemain bisa saling belajar dan menciptakan perasaan yang lebih bersatu.

Proyek Tabarez terus berjalan dan berhasil hingga saat ini. Pada kualifikasi Piala Dunia 2018 saja, Tabarez telah memberikan debut kepada tidak kurang dari 24 pemain. Rodrgio Bentancur, Gaston Pereiro, Maxi Gomez, dan Federico Valverde adalah produk dari El Proceso dan mewakili visi yang dimiliki Tabarez.

Salah satu contoh tersukses dari El Proceso-nya Tabarez adalah Luis Suarez. Bintang Barcelona ini diberi kesempatan melakoni debut ketika usia 20 tahun pada awal 2007. Ketika itu tak ada yang mengetahui siapa Suarez. Pun dengan Edinson Cavani yang tampil luar biasa di Kejuaraan Junior Amerika Selatan 2007.

Suarez dan Cavani hanyalah dua dari sekian banyak pemain yang berkembang di Uruguay. Pemain-pemain yang mengikuti kurikulum buatan Tabarez, kemudian mencuat di timnas, lalu menjadi bintang sepak bola dunia. Para pemain ini adalah buah dari El Proceso sang El Maestro, Oscar Washington Tabarez Silva, yang akan melakoni Piala Dunia keempatnya di Rusia nanti.

Di Rusia nanti, Tabarez merupakan pelatih tertua (71 tahun) dan terlama yang menangani satu negara (12 tahun).

Bagikan

Baca Original Artikel