Sosok Feature Spanyol Berita

Nostalgia - Mengenang Lika-liku Perjalanan Diego Maradona di Sevilla yang Hanya Semusim

Johan Kristiandi - Kamis, 26 November 2020

BolaSkor.com - Ketika mencari jawaban siapakah pemain sepak bola terbaik sepanjang masa, Diego Maradona kerap berada dalam daftar teratas. Dengan perjalanan karier yang ditorehkan di Boca Juniors, Barcelona, Newell's Old Boys, Sevilla, dan Napoli, Maradona membuat banyak orang tersihir.

Sudah menjadi rahasia umum jika Diego Maradona disembah seperti dewa di Napoli. Hal itu terbukti dengan sejumlah mural dan suvenir yang masih terpampang hingga saat ini. Bahkan, jersey nomor 10 yang termasyhur milik Maradona dipensiunkan Il Partenopei.

Intinya, meskipun Maradona menjadi penipu di Piala Dunia, pecandu narkoba, dan hampir tidak menjadi panutan di luar lapangan, tetapi legasi yang ditinggalkan berdiri tegak.

Piala Dunia Italia 1990 menjadi gambaran sekilas mengenai penampilan terbaik Maradona. Beberapa suporter Napoli pun dikabarkan mendukung Argentina agar Maradona bisa merebut kembali trofi Piala Dunia.

Sayangnya, Maradona gagal membawa La Albiceleste keluar sebagai juara. Argentina ditekuk Jerman Barat 1-0 pada laga puncak.

Baca juga:

Profil Facundo Pellistri, Dilatih Eks Striker Man United, dan Produk 'Baby Futbol' Uruguay

Amad Traore, Titisan Lionel Messi, dan Upaya Penanggalan Label Kikir Manchester United

Profil Ollie Watkins, Pencetak Perfect Hat-trick Bersejarah ke Gawang Liverpool

Diego Maradona

Sejak saat itu, karier Maradona mulai merosot. Ia dilarang tampil selama 15 bulan usai gagal dalam tes narkoba dan dugaan hubungannya dengan Camorra yang menyebabkan keributan di sekitar Naples.

Jalinan kasih Maradona dengan petinggi Napoli pun mulai retak. Ia juga gagal mengambil hati manajer anyar, Claudio Ranieri. Itu berarti, jalan perpisahan Maradona dengan Napoli sudah dekat.

Pada musim panas 1992, Maradona berjuang menemukan klub baru untuknya. Pilihan utamanya adalah pulang ke Boca Junior, tetapi tuntutan gaji yang terlalu tinggi menjadi batu sandungan.

Pelabuhan lainnya yang masuk daftar pilihan adalah Olympique Marseille. Namun, masalah pribadi, etos kerja, dan peningkatan berat badan secara signifikan membuat Marseille ragu.

Akhirnya, Maradona jatuh ke pelukan Sevilla. Sang bintang menjadi rencana jangka panjang Sevilla bersama pemain-pemain lainnya seperti Diego Simeone dan Davor Suker.

Sosok yang berpengaruh membawa Maradona ke Los Nervionenses adalah Carlos Bilardo. Kerja sama keduanya menghasilkan gelar Piala Dunia untuk Argentina pada 1986. Bilardo paham betul memaksimalkan potensi yang digenggam Maradona.

Namun, kepindahan Maradona ke Sevilla bukan tanpa drama. Presiden Napoli, Corrado Ferliano, tidak membiarkan Maradona angkat kaki dengan mudah. Walhasil, transfer pun jadi berlarut-larut.

Akhirnya FIFA turun tangan dan perpisahan tidak terelakkan. Saat itu, cap yang terbangun adalah Maradona meninggalkan Napoli demi mendapatkan uang lebih banyak di Sevilla alias mata duitan.

Diego Maradona

Bulan madu Maradona dengan Sevilla cukup menyenangkan. Ia tampil pada laga tandang pertama di San Memes ketika Los Nervionenses melawan Athletic Bilbao. Maradona mengemas satu assist. Sayangnya, Sevilla keok dengan skor 2-1.

Pada debut di kandang, Maradona kembali menunjukkan kemampuan dalam dirinya yang masih tersisa. Ia menjadi penentu kemenangan Sevilla melawan Real Zaragoza dari titik putih.

Singkat cerita, Maradona adalah tumpuan Sevilla dalam membangun serangan. Kerja sama Maradona dengan Suker berjalan dengan baik. Dari sisi luar lapangan, Maradona bak sapi perah karena Sevilla mendapatkan peningkatan pemasukan hampir 2,5 juta euro dari penjualan tiket dan suvenir dibanding musim sebelumnya.

Performa gemilang Maradona terus tertumbuk pada lanjutan kompetisi. Maradona mendulang gol tendangan bebas yang indah saat melawan Celta Vigo dan mengkreasikan gol tendangan voli saat menghadapi Sporting Gijon di Ramon Sanchez Pizjuan.

Pada antara dua pertandingan tersebut, Maradona memimpin Sevilla berduel dengan Real Madrid. Meski yang mencetak gol pada laga itu adalah Suker dan Marcos, tetapi penampilan Maradona dianggap paling jempolan. Bahkan, sejumlah pengamat menyebut performa itu merupakan yang terbaik termasuk saat membela Barcelona pada dekade sebelumnya.

Saat itu, Real Madrid menjadi raksasa di Spanyol dengan lini bertahan yang kukuh. Duet Fernando Hierro dan Manolo Sanchis sangat sulit ditembus.

Namun, Maradona bisa memberi pelajaran kepada Los Blancos. Maradona menujukkan jika dia telah bangkit dan sekali lagi memamerkan alasan kenapa dianggap sebagai pemain nomor 10 terbesar sepanjang masa.

Dengan pergerakan yang sukar ditebak, Maradona mengontrol tempo pertandingan. Sang pemain membuat penggawa lawan bingung dan kesulitan membaca arah bola. Pada akhirnya, Sevilla pun meraih tiga poin usai menang 2-0.

Menilik grafik penampilan yang digoreskan Maradona, sudah menjadi kawajaran jika senyum semringah tersemat di wajah Sevilla. Terlebih, Maradona terus melakukan magisnya hingga paruh kedua musim 1992-1993.

Diego Maradona

Maradona juga mempererat hubungan antara pemain. Maradona dengan mudah menjalin relasi bersama pemain lainnya.

Maradona pernah membelikan Monchi jam Rolex yang asli setelah melihat sang rekan mengenakan Rolex palsu. Beberapa pemain lain pun dikabarkan pernah mendapatkan mobil dari Maradona.

"Itu adalah kegembiraan dan kebahagiaan. Kedatangan Maradona di Seville merupakan langkah penting. Itu momen bagi tim," ujar Diego Simeone seperti dilaporkan Sky Sports.

"Banyak anak muda yang merasa dilindungi olehnya. Itu membuat kami tumbuh dan saya bersyukur atas apa yang dijalani bersama Maradona," terang pelatih Atletico Madrid tersebut.

Maradona pun membuat para pemain Sevilla sadar jika kemampuannya belum habis. Ia pernah meremas kertas bungkus sandwich untuk dijadikan bola dalam melakukan juggling.

"Dia melakukannya beberapa kali saat latihan. Dia melihat lemon di tanah dan akan mengambilnya dengan kaki. Dia menahannya sampai bosan," terang pemain Sevilla lainnya, Rafael Paz.

"Ada yang mencoba ketika Maradona tidak ada di sana. Namun, itu mustahil," tutur Rafa Paz.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ego Maradona kembali tumbuh. Apalagi, Sevilla tidak menjadikan Maradona sebagai pemain spesial dibanding saat di Napoli.

Ketika masih memperkuat Il Partenopei, Maradona bisa dengan sesuka hati melakukan perjalanan untuk memperkuat Argentina. Namun, ketika di Sevilla, Maradona tidak mendapatkan kebebasan tersebut. Kultus sang pemain mulai terkikis. Maradona diperlakukan seperti pemain lainnya.

Diego Maradona

Akhirnya, keributan dengan dewan direksi pun pecah. Pada Februari 1993, Maradona menuntut izin untuk memperkuat tim nasional Argentina melawan sang rival bebuyutan, Brasil, dalam pertandingan peringatan 100 tahun AFA. Kemudian, Maradona juga ingin tampil melawan Denmark yang berstatus juara Eropa pada laga Grand Artemio Franchi Cup.

Sevilla merespons permintaan Maradona dengan nada ketus. Los Palanganas hanya mengizinkan Maradona tampil pada satu pertandingan.

Namun, Maradona tetap nekat. Ia unjuk gigi dalam dua pertandingan tersebut. Akibatnya, Maradona tidak fit ketika Sevilla menantang UD Logrones. Dewan direksi Sevilla pun geram dengan kejadian tersebut.

Sejak saat itu, bola salju masalah terus bergulir semakin besar. Maradona melewati batas kecepatan saat mengendari Porsche miliknya usai menghadiri pesta di klub malam.

Akibat kejadian tersebut, presiden Sevilla, Luis Cuervas, menyewa detektif swasta untuk membuntuti gerak-gerik Maradona dan menjaganya agar tetap berada dalam jalur kebenaran. Namun, Maradona bisa mencari celah untuk tetap melakukan hal yang diinginkan.

Harmoni yang terjalin antara Maradona dengan Bilardo pun putus. Keduanya terlibat keributan pada pertandingan melawan Real Burgos.

Saat itu, Sevilla sedang memimpin 1-0 pada babak pertama. Maradona meminta kepada Bilardo untuk menariknya keluar karena tak tahan lagi dengan masalah lutut yang menerpa.

Walakin, sang pelatih meminta Maradona menerima suntikan penghilang rasa sakit agar tetap bisa bermain pada babak kedua. Keinginan tersebut pun ditolak El Diego.

Pada akhirnya, Maradona kesulitan membantah permintaan Bilardo. Ia pun mendapatkan beberapa suntikan untuk menghilangkan rasa sakit.

Diego Maradona

Akan tetapi, Maradona hanya bertahan beberapa menit pada babak kedua sebelum akhirnya digantikan. Saat keluar lapangan, Maradona terlihat memandang Bilardo dengan sinis.

Puncak dari keributan pecah usai pertandingan. Maradona melontarkan sumpah serapah kepada Bilardo. Bahkan, Maradona mengklaim keduanya saling menyerang dengan tendangan.

Seiring berjalannya waktu, air tuba semakin mengotori air susu. Pada sisi berlawanan dari Maradona terlihat pelatih, dewan direksi, dan juga suporter.

Dengan perselisihan soal gaji dan kata-kata tidak menyenangkan yang terus dituliskan setiap hari ketika kedua pihak berada dalam paragraf yang sama, Maradona merasa tak pernah mendapatkan cinta seperti saat di Napoli.

Akhirnya, Maradona keluar dari Sevilla dalam tempo kurang dari satu tahun. Wakil presiden Sevilla, Jose Maria del Nido, memberikan salam perpisahan dengan menyebut Maradona lebih cocok bermain golf.

Terlepas dari sejumlah percikan selama Maradona ada, tetapi Sevilla berada di tempat yang lebih baik. Sevilla bercokol pada posisi ketujuh klasemen akhir LaLiga. Posisi tersebut lima tempat lebih atas dibanding musim 1991-1992.

Menjelang akhir perjalanannya, Maradona kembali ke rumah bersama Newell's Old Boys selama satu musim dan kemudian menuju Boca Juniors selama dua musim.

Usai karier Diego Maradona yang berliku terukir penuh, Sevilla sering dianggap sebagai destinasi terburuk. Maradona tak merasakan cinta diberikan secara utuh, pada sisi lain Sevilla menilai Maradona hanya bikin ambruk.

Bagikan

Baca Original Artikel