Ragam Feature Liga Indonesia Indonesia Berita

Nostalgia 98 Tahun Persebaya Surabaya: Sejarah Perjalanan Emosional Bajul Ijo

Tengku Sufiyanto - Rabu, 18 Juni 2025

BolaSkor.com - Hari ini, Sabtu (18/6), Persebaya Surabaya merayakan hari jadinya ke-98.

Kisah Persebaya dimulai sejak zaman Hindia Belanda, lewat nama John Edgar.

Dari sejumlah referensi sejarah sepak bola, John Edgar mulai mengenalkan sepak bola di Surabaya saat mendirikan Victoria, klub sepak bola pertama di Hindia Belanda, tepatnya pada 1894.

Baca Juga:

Bursa Transfer Liga 1: Rachmat Irianto Kembali ke Persebaya, Persija Lepas Bek Potensial

Berpisah dengan Persib Bandung, Rachmat Irianto Bakal Kembali ke Persebaya?

Saat itu John Edgar seorang anak sekolah HBS (Hollandsche Burgere School), kira-kira sekarang setingkat SMA.

Kehadiran klub tersebut membuat Surabaya antusias.

Pada Juli 1896 pertandingan sepak bola pertama digelar di Surabaya.

Victoria menggelar friendly game melawan Sparta yang belum lama berdiri.

Setelah laga ini, demam sepak bola semakin mewabah, dengan banyaknya klub-klub bermunculan.

Berdirinya SVB, Embrio Persebaya Surabaya

Selebrasi
Selebrasi Flavio Silva usai bobol gawang Madura United. (BolaSkor.com/Arjuna Pratama)

Pada 5 Agustus 1909, SVS, SBFC, Excelsior dan Thor berkumpul membentuk bond dengan nama Soerabajasche Voetbal Bond (SVB) yang kini dikenal sebagai Persebaya Surabaya.

Namun tak jarang juga ada yang menyebut jika Soerabajasche Indische Voetbal Bond (SIVB) merupakan cikal bakal Persebaya.

Dengan prakarsa dari Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927.

Dikemudian hari, sejarah mencatat Persebaya telah meraih berbagai macam gelar dan piala mulai dari ajang turnamen, pra usim hingga juara kasta tertinggi sepak bola Tanah Air.

Di antaranya Piala Kejurnas PSSI tahun 1951 dan tahun 1952, Kejurnas Utama PSSI tahun 1978 dan tahun 1988, Liga Indonesia tahun 1996-1997, serta Liga Indonesia tahun 2004. Gelar teranyar tentu saja juara Liga 2 2017.

Tak hanya mencatatkan tinta emas, dalam perjalanannya, Persebaya beberapa kali mengalami kejadian kontroversial.

Saat menjuarai kompetisi Perserikatan mengalahkan Persija 3-2 pada tahun 1988, Persebaya memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah "sepak bola gajah" karena mengalah kepada Persipura Jayapura 0-12, untuk menyingkirkan PSIS Semarang.

Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai.

Persebaya pun terdegradasi ke Divisi I.

Tahun 2005, Persebaya menggemparkan publik lantaran mengundurkan diri pada babak delapan besar.

Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia.

Namun, direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia.

Dualisme Persebaya Surabaya

Persebaya Surabaya
Aksi lempar boneka oleh Bonek. (BolaSkor.com/Keyzie Zahir)

Tim kebanggaan Bonek ini kembali memasuki masa kelam sejak musim 2009/2010, di mana Persebaya dihantam dualisme.

Awalnya, Persebaya harus degradasi ke Divisi Utama akibat dipaksa melakukan pertandingan ulang sebanyak tiga kali melawan Persik Kediri dengan tempat yang berbeda yaitu di Kediri, Yogyakarta, dan Palembang.

Tetapi Persebaya menolak melakukan pertandingan ulang.

Mereka pun enggan ikut Divisi Utama kemudian mengikuti "Liga Primer Indonesia".

Dari sebelumnya bernama Persebaya diubah menjadi Persebaya 1927.

Sedangkan Persebaya lainnya berkiprah di Divisi Utama setelah merekrut pemain-pemain Persikubar Kutai Barat.

Walaupun menyandang nama Persebaya, tim ini tidak terlalu mendapat tempat di hati Bonek.

Mereka lebih memilih untuk mendukung Persebaya 1927.

Nasib kedua tim tak ubahnya langit dan bumi.

Persebaya di Divisi Utama berhasil promosi ke Indonesia Super League (ISL) pada musim 2014.

Dan sempat merasakan musim 2015 sebelum akhirnya liga diberhentikan setelah tidak diakui oleh Pemerintah dan Indonesia di-banned oleh FIFA.

Sedangkan nasib Persebaya 1927 tanpa aktivitas di kompetisi resmi.

Persebaya Surabaya 'Lahir Kembali'

Persebaya Surabaya
Sesi latihan Persebaya Surabaya. (Persebaya.id)

Baru pada tahun 2016 angin segar menghampiri Persebaya 1927.

Hasil rapat Exco PSSI yang digelar di Solo, Persebaya 1927 disahkan kembali sebagai anggota PSSI dan akan disahkan pada KLB di Makassar dan akan kembali berkompetisi di Divisi Utama musim 2017.

Hanya saja, kongres PSSI di Jakarta pada 10 November 2016 membatalkan agenda pengesahan tersebut.

Namun Ketua PSSI saat itu, Edy Rahmayadi menjanjikan akan menyelesaikan permasalahan Persebaya pada kongres selanjutnya di Bandung.

Pada musim 2017 Persebaya kembali berkompetisi di Liga 2, dan berhasil menjadi juara setelah mengalahkan PSMS Medan di final, lalu promosi ke Liga 1.

Liga 1 musim 2018 adalah musim pertama Persebaya berlaga di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.

Green Force menuntaskan kompetisi Liga 1 dengan nangkring di peringkat ke-5.

Peringkat ini cukup mengejutkan publik sepak bola tanah air karena statusnya sebagai tim promosi.

Padahal disaat yang sama tim-tim promosi kurang bisa bersaing bahkan ada yang kembali harus turun kasta ke Liga 2.

Persebaya melejit di Liga 1 2019, finis di urutan kedua dengan 54 poin dari 34 laga.

Persebaya kalah 10 angka dari sang juara, Bali United.

Pada Liga 1 2021, Persebaya bersaing menuju tangga juara.

Sayang, Bajul Ijo harus finis di urutan 5 dengan raihan 63 poin.

Tragedi Kanjuruhan

Laga
Laga Arema FC Vs Persebaya Surabaya saat Tragedi Kanjuruhan. (BolaSkor.com/Bimaswara Dumugi)

Liga 1 2022/2023 mungkin menjadi kenangan pahit lainnya untuk Persebaya.

Di musim ini, Persebaya harus menyaksikan Tragedi Kanjuruhan.

Saat itu, Persebaya tanding melawan Arema FC di Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022.

Pertandingan berjalan seru, saling berbalas gol, hingga akhirnya Persebaya menang dengan skor 3-2.

Setelah pertandingan situasi mencekam, suporter Arema FC turun ke lapangan menuntut pertanggung jawaban kekalahan ini kepada Skuad Singo Edan.

Polisi yang melihat itu langsung menembakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.

Nahas, suporter yang ingin keluar dari stadion pun terjebak karena pintu dikunci.

Korban jiwa pun berjatuhan.

Persebaya yang menggunakan rantis hampir saja menjadi korban saat kerusuhan terjadi di luar stadion.

Rantis mereka dilempari benda-benda seperti batu, kayu, kaca, dan lain-lain.

Beruntung, rantis Persebaya tidak terguling dan terus melaju hingga tempat aman untuk balik ke Surabaya.

Tragedi Kanjuruhan pun meninggalkan perasaan yang sedih bagi Persebaya, meskipun Bajul Ijo adalah rival Arema FC.

Pasalnya, tak ada sepak bola yang sebanding dengan nyawa.

Selepas Tragedi Kanjuruhan

Selepas Tragedi Kanjuruhan, pertandingan Persebaya melawan Arema FC selalu digelar di tempat netral, jika Singo Edan menjadi tuan rumah.

Itupun karena Stadion Kanjuruhan sedang direnovasi.

Persebaya terus tumbuh menjadi tim yang dewasa bersama Bonek.

Prestasi dikejar Green Force hingga terus konsisten di 5 besar klasemen Liga 1, sampai akhirnya finish di urutan ketiga Liga 1 2024/2025.

Penulis: Keyzie Zahir dan Tengku Sufiyanto

Bagikan

Baca Original Artikel