Timnas Indonesia

Musuh Timnas Indonesia adalah Netizen Kita Sendiri

Tengku Sufiyanto - Sabtu, 10 November 2018

BolaSkor.com - Awan mendung menghinggapi Timnas Indonesia. Skuat Garuda tersungkur di Singapura tanpa ampun.

Timnas Indonesia harus puas kalah 0-1 dari tuan rumah Singapura, pada laga perdana Grup B Piala AFF 2018 di Stadion National, Jumat (9/11) malam WIB. Gol tunggal kemenangan Singapura dicetak oleh Hariss Harun pada menit ke-37.

Ini merupakan kekalahan perdana Timnas Indonesia atas Singapura dalam dua tahun terakhir. Sebelumnya, Timnas Indonesia selalu menang menghadapi Singapura. Terakhir kali, Timnas Indonesia menang 2-1 pada ajang Piala AFF 2016.

Kekalahan ini juga membuat Timnas Indonesia ada di posisi ketiga dengan belum meraih poin. Sedangkan Singapura ada di posisi kedua klasemen sementara Grup B dengan raihan 3 poin dari satu laga, atau selisih produktivitas gol dari Thailand yang menang telak atas Timor Leste 7-0.

Bak hujan badai tanpa henti, pelatih Timnas Indonesia Bima Sakti menjadi sorotan publik pencinta sepak bola Tanah Air. Ia dijadikan kambing hitam atas kekalahan Timnas Indonesia dari Singapura. Terutama para netizen Indonesia.

Media sosial dipenuhi hujatan terhadap Bima Sakti yang lahir dari netizen dengan hastag #BimaOut. Kata-kata kasar pun dengan gampangnya menampar akun Instagram pribadi Bima Sakti.

Mereka bersabda bahwa Bima Sakti yang salah dalam pertandingan menghadapi Singapura. Khususnya meminta pertanggung jawaban dari PSSI selaku federasi sepak bola Indonesia yang menunjuk Bima Sakti sebagai pelatih, untuk menggantikan Luis Milla.

Netizen Indonesia dengan mudahnya seperti menyebut rendang enak, tetapi memuntahkanya lagi. Memuji penampilan Skuat Garuda, namun jika kalah menyinyir habis-habisan Tim Nasional negaranya sendiri.

Sebagai pengguna internet terbesar keenam dunia menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sangat wajar begitu mudahnya hujatan atau pujian lahir dalam hitungan detik ke media sosial. Media sosial saat ini memang sangat berpengaruh dalam sebuah pengambilan keputusan. Lihat saja beberapa kasus dalam dunia politik.

Namun, harus ada pelajaran yang dimengerti netizen Indonesia dalam sepak bola. Memangnya gampang menjadi Bima Sakti? Ya, itu sangat sulit tentunya.

Sikapi Persiapan Timnas Indonesia

Sikapi Persiapan Timnas Indonesia

Bima Sakti hanya mendapat waktu persiapan kurang 1 bulan menuju Piala AFF 2018. Hal itu disebabkan tarik ulur negosiasi PSSI dengan Luis Milla. Mengapa PSSI masih ingin menarik Luis Milla? Bukan tidak lain karena permintaan netizen Indonesia. Kekuatan netizen sangat berpengaruh besar di dunia sepak bola khususnya Timnas.

Ambil contoh kasus Indra Sjafri. Ia pernah dipecat PSSI dari kursi pelatih Timnas Indonesia U-19 awal tahun 2018, karena babak belur pada Kualifikasi Piala Asia U-19. Bima Sakti menjadi penggantinya. Indra Sjafri membantu PSSI dalam merancang progam pembinaan usia muda membentuk skuat Timnas Indonesia menuju building Piala Dunia 2034.

Namun apa yang terjadi? Bima Sakti dicopot karena Timnas Indonesia U-19 kalah 1-4 dari Jepang U-19 dalam laga uji coba. Indra Sjafri pun masuk kembali ke Timnas Indonesia U-19 karena tag #SaveIndraSjafri di media sosial.

Kembali lagi ke persoalan. Luis Milla memang bagus dalam merancang progam Timnas Indonesia U-23. Namun, warisan Luis Milla sudah melekat pada diri Bima Sakti. Tujuan Luis Milla datang ke Timnas Indonesia, khususnya memberikan aplikasi yang benar soal Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia) yang disusun tim Technical Study Group (TSG) PSSI.

Laga Singapura Vs Timnas Indonesia. (Twitter Piala AFF)

Karena gaya bermain Indonesia mirip dengan Spanyol. Luis Milla orang yang tepat memberikan pelajaran untuk mengaplikasikannya. Tentunya dengan pertimbangan mahar dia sebagai pelatih. Ia sudah membuktikannya kala membawa Spanyol U-21 juara Piala Eropa U-21 tahun 2011 silam.

Sudah seharusnya Timnas Indonesia move on dari Luis Milla. Bima Sakti pun sudah mendapat pelajaran berharga dari Luis Milla. Hanya tinggal di asah seperti pisau yang ingin memotong daging.

Mungkin PSSI punya rencana lain untuk sepak bola Indonesia tanpa Luis Milla. Misalnya, gaji Rp 2,4 miliar yang diterima Luis Milla beserta asistennya, lebih baik digunakan untuk membangun kompetisi Elit Academy Pro Liga 1 U-16 yang sudah dijalankan. Jangan takut dibohongi, kalau bohong tinggal tuntut saja keadilan dari PSSI. Namun, jika benar kita harus legawa.

Andai saja netizen Indonesia lebih bersikap optimistis dan legawa kepada Bima Sakti. Mendorong PSSI menunjuk pelatih. Mungkin saja PSSI dengan cepat ambil keputusan menunjuk Bima Sakti sebagai pelatih Timnas Indonesia lewat rapat Komite Eksekutif (Exco). Persiapan Timnas Piala AFF 2018 semakin panjang dan matang.

Timnas Indonesia Memang Kalah Permainan dari Singapura

Timnas Indonesia Memang Kalah Permainan dari Singapura

Pasti netizen Indonesia menjawab "Kan pemain Timnas sudah lama bersama dari tahun 2017, jadi tidak perlu persiapan lebih panjang lagi dong?"

Secara materi pemain, Timnas Indonesia Piala AFF 2018 memang mayoritas para pemain di Asian Games 2018. Bahkan dari SEA Games 2017 yang dihuni para pemain U-23.

Namun dalam sepak bola, tentu saja persiapan sangat perlu dilakukan. Apabila diketahui bahwa Timnas Indonesia Piala AFF 2018 dihuni juga beberapa nama senior yang baru bergabung. Chemistry tidak bisa dibangun sekejap seperti membalikkan telapak tangan.

Ditambah lagi, secara permainan Timnas Indonesia kalah dari Singapura. Tim asuhan Fandi Ahmad bermain high pressing sangat baik, mematikan Evan Dimas sebagai motor serangan, Stefano Lilipaly jembatan lini tengah ke Beto Goncalves, dan pergerakan Irfan Jaya-Febri Hariyadi di sayap.

Nyaris tanpa celah Singapura bermain. Mereka sudah menggelar pesiapan matang selama 6 bulan terakhir, dan tentunya menggelar pemusatan latihan di Jerman. Kembali lagi, netizen harus memahami ini.

Strategi bermain memang kita kalah. Akan tetapi, bukan menghujat Bima Sakti, PSSI, dan pemain Timnas Indonesia sebagai solusi. Justru memberikan motivasi semangat.

Bima Sakti pun mengakui bahwa dirinya bertanggung jawab atas kekalahan ini. Jadi, berikan Bima Sakti kesempatan terlebih dahulu sampai tiga pertandingan sisa di babak penyisihan Grup B Piala AFF 2018.

"Saya tanggung jawab. Ini pekerjaan rumah buat saya. Bagaimana bisa membangkitkan mental. Saya sudah mengingatkan mereka (Timnas Indonesia) di latihan, ini partai pertama dan tekanan sangat berat," ujar Bima Sakti.

Febri Hariyadi (kanan) saat berebut bola dengan pemain Singapura. (Twitter Piala AFF 2018)

Jangan Menang Dipuji, Kalah Dinyinyir

Masyarakat Indonesia khususnya netizen harus memberikan suntikan motivasi kepada Timnas Indonesia, guna bangkit saat hadapi Timor Leste (13 November di Stadion Utama Gelora Bung Karno), Thailand (17 November di Stadion Rajamangala), dan Filipina (25 November di Stadion Utama Gelora Bung Karno).

Bagaimana pun membangun sepak bola butuh sebuah kritik pedas dari masyarakat. Tetapi tentunya kritik membangun, bukan menghujat. Pahlawan bangsa di lapangan hijau butuh suntikan semangat agar mental mereka tidak turun. Bukan sebuah hujan hujatan yang bisa membuat mereka bermental tempe.

Jika Timnas Indonesia meraih kemenangan, bukan langkah tepat memuji setinggi langit. Pujian tetap ada, namun berikan masukan bahwa di atas langit masih ada langit. Teruslah belajar tuntut ilmu sampai ke Negeri China. Begitu pepatah bilang.

Kesempatan Timnas Indonesia melangkah ke semifinal bahkan final Piala AFF 2018 masih terbuka lebar. Jadi para netizen, gunakan media sosial dengan baik.

Bagikan

Baca Original Artikel