Analisis Feature Inggris Berita

Musim 2018/19: Kesempatan Terakhir Jose Mourinho Persembahkan Titel Prestisius untuk Man United

Arief Hadi - Senin, 21 Mei 2018

BolaSkor.com - Mengkritisi pemain, berdalih, dan menyerang media merupakan tajuk utama pemberitaan Jose Mourinho di Manchester United. Dalam dua tahun terakhir ini, hal seperti itu sudah menjadi kebiasaan karena The Special One memang sosok yang kontroversial - hal yang tidak pernah dilihat saat tim masih dilatih Sir Alex Ferguson, David Moyes, dan Louis van Gaal.

Citra publik kepada Man United memang tidak berubah - masih dianggap salah satu klub terbaik dunia dan tradisional Inggris. Tapi, semakin banyak juga yang mengkritisi Man United, khususnya permainan mereka yang sepenuhnya berubah dibanding masa lalu. Man United saat ini tidak segan parkir bus alias bermain super defensif, demi dapat mengamankan hasil yang diinginkan.

Mourinho benar-benar telah memberikan sentuhannya untuk Man United. Di musim pertamanya, ia mempersembahkan titel Community Shield, Piala Liga, dan Liga Europa, lalu di musim keduanya, bukannya membaik, malah lebih parah lagi: Man United mengakhiri musim nirgelar alias tanpa trofi.

Kekalahan 0-1 dari Chelsea di final Piala FA menyempurnakan musim buruk Man United. Satu-satunya hal positif adalah perkembangan urutan finish yang lebih baik dibanding musim lalu di Premier League, yaitu posisi runner-up di bawah sang juara, Manchester City. Jelas ini bukan hasil yang diinginkan fans.

Patut diingat, petinggi klub telah mengeluarkan banyak uang untuk merekrut Paul Pogba, Romelu Lukaku, Eric Bailly, Victor Lindelof, Nemanja Matic, dan Henrikh Mkhitaryan (yang saat ini bermain di Arsenal). Terlebih, baru ini muncul pemberitaan, bahwa Man United merupakan klub yang memberi gaji terbesar untuk pemainnya di Premier League.

Ironis, gaji besar, tapi tidak mampu memberikan trofi sama sekali musim ini. Parahnya lagi, pasca kekalahan dari Chelsea, Mourinho malah memilih untuk mengkritisi permainan Chelsea asuhan Antonio Conte, serta permintaan Lukaku yang belum siap diturunkan sebagai starter pasca pulih dari cedera engkel.

"Ketika seorang pemain memberitahu Anda dia tidak siap untuk dimainkan dan memulai laga, maka pertanyaannya adalah 'Berapa menit Anda pikir dia dapat bermain?' Tapi, bagaimana bisa saya meyakinkan pemain yang memberitahu saya bahwa dia belum siap bermain. Ini tidak masuk akal," ucap Mourinho.

Itu baru salah satu contoh dalih Mourinho yang diutarakan kepada media perihal kritikannya kepada pemain. Belum lagi kasusnya ketika mengkritik Luke Shaw dan Paul Pogba, atau "serangannya" kepada Conte. Fans Man United lambat laun bisa jenuh dengan komentar-komentarnya tersebut.

Man United terakhir meraih titel Premier League pada tahun 2013. Sejak saat itu, peraih 20 titel Premier League tampil inkonsisten di era Moyes dan Van Gaal. Kekhawatiran fans semakin menjadi. Mereka khawatir Man United akan mengalami periode sulit pasca era Ferguson yang pensiun di tahun 2013.

Tak ayal, musim 2018/19 akan jadi kesempatan terakhir untuk Mourinho meyakinkan fans, bahwa dia masih sosok yang tepat untuk membangkitkan Man United. Bukan dengan celotehan yang biasa keluar dari mulutnya, melainkan dengan trofi prestisius (Premier League atau Liga Champions) dan permainan yang meyakinkan.

Bagikan

Baca Original Artikel