MotoGP Sports Analisis Feature Berita

MotoGP 2020, Kejuaraan Sepi Ambisi

Budi Prasetyo Harsono - Selasa, 20 Oktober 2020

BolaSkor.com - Dunia tercengang ketika juara dunia enam kali, Marc Marquez, terjatuh pada balapan pembuka MotoGP 2020 di Sirkuit Jerez. Parahnya, Marquez harus menepi selama tiga bulan.

Jalannya balapan di setiap seri tidak dapat diprediksi. Delapan pembalap berbeda telah memenangi balapan, gantian memuncaki podium setiap seri.

Pun demikian dengan pemuncak klasemen MotoGP 2020. Setidaknya ada tiga pembalap yang pernah merasak urutan satu, yakni Andrea Dovizioso, Fabio Quartararo, dan terbaru, Joan Mir.

Sayangnya, bukan karena semua pembalap memiliki skill luar biasa sehingga perburuan gelar menjadi seru. Melainkan inkonsistensi yang terus terjadi.

Bayangkan saja, hingga MotoGP sudah berjalan 10 seri, baru Quartararo yang menang lebih dari sekali. Pembalap asal Prancis itu memenangi tiga seri, Spanyol, Andalusia, dan Catalunya.

Baca Juga:

Kans Andrea Dovizioso Menangi MotoGP 2020 Dinilai Mengecil

Tergusur dari Puncak Klasemen, Quartararo Tabuh Genderang Perang

Andrea Dovizios

Sialnya, di luar itu Quartararo tidak pernah meraih podium. Terbaru, pembalap Petronas Yamaha tersebut bahkan gagal meraih poin meski memulai balapan dari pole position.

Pun demikian dengan Dovizioso. Penunggang Ducati Desmosedici tersebut hanya dua kali masuk podium, saat memenangi seri Austria dan finish di peringkat ketiga MotoGP Spanyol.

Di antara mereka yang pernah memuncaki klasemen, mungkin Mir yang paling konsisten. Mir hanya sekali keluar dari lima besar andai menyelesaikan balapan.

Mir juga sudah lima kali meraih podium, paling banyak sepanjang MotoGP 2020. Sayangnya, pembalap yang kini menjadi pemuncak klasemen tersebut belum pernah memenangi balapan.

Inkonsistensi pembalap membuat Marquez angkat bicara. Pria asal Spanyol tersebut sempat berkata tidak ada pembalap yang berambisi memenangi MotoGP 2020.

Tidak salah rasanya apa yang diucapkan oleh Marquez. Faktanya telah terpapar di atas. Nyatanya, Mir yang memuncaki klasemen saja baru mengumpulkan 121 poin setelah 10 balapan.

Bandingkan dengan musim lalu, saat Marquez sudah mengumpulkan 210 poin dari 10 balapan. Bahkan, di 2016, ketika Marquez mengalami kesulitan, dia tetap mengumpulkan 154 poin.

Terdapat beberapa hal yang mungkin bisa menjadi alasan para pembalap tidak konsisten seperti biasanya. Alasan tidak ada penonton tentu tidak bisa terlalu mereka kedepankan.

Akan tetapi, libur (baca: jeda) kompetisi yang terlalu lama bisa menjadi alasan utama. Biasanya, musim MotoGP berakhir pada November dan Februari mereka sudah memulai persiapan musim baru.

Sayangnya pandemi virus corona membuat musim 2020 baru digelar pada Juli. Tentu jarak lima bulan libur tambahan berpengaruh secara tidak langsung berpengaruh kepada para pembalap.

Entah dari segi fisik, mental, hingga munculnya rasa canggung saat mengendarai motor. Maklum, berbeda dengan di Indonesia, di Eropa sana motor bukanlah alat transportasi utama.

Ditambah lagi tidak mungkin rasanya pembalap profesional seperti mereka turun pada balap liar. Selain berpotensi masuk bui, terlalu berisiko menderita cedera.

Fabio Quartararo

Selain itu, mungkin sedikit banyak absennya Marquez mengurangi motivasi pembalap lain. Bagaimana pun, mereka ingin memenangi MotoGP dengan mengalahkan pembalap terbaik saat ini, bukan ketika dia absen.

Parahnya lagi, Michelin selaku penyedia ban resmi MotoGP juga masih bermasalah dengan ban mereka. Tak sedikit pembalap yang mengeluhkan performa ban mereka.

Melihat jalannya MotoGP 2020, saya rasa memang semua pembalap ingin memenangi balapan, tetapi tak ingin memenangi kejuaraan dunia. Menilik klasemen saat ini, peluang Mir menjuarai MotoGP 2020 tanpa memenangi satu seri pun bisa menjadi kenyataan.

Andai Mir memenangi MotoGP 2020 tanpa menjuarai satu balapan pun, dia akan menorehkan catatan di ajang balap motor tersebut. Sebelumnya pembalap dengan kemenangan paling minim yang menjadi juara dunia adalah dua.

Leslie Graham melakukannya pada 1949, Umberto Masetti pada 1950 dan 1952. Paling segar dalam ingatan kita bersama adalah ketika Nicky Hayden menjuarai MotoGP 2006.

Pada akhirnya, tanpa mengurangi rasa hormat, aneh rasanya jika Mir memenangi MotoGP hanya karena poin. Sama saja ketika melihat pertandingan tinju yang dimenangi tanpa ada petarung yang terjatuh.

Bagikan

Baca Original Artikel