Sosok Feature Italia

Menanti Asap Putih dari Gianluca Di Marzio

Johan Kristiandi - Jumat, 14 Februari 2020

BolaSkor.com - Pada 13 Maret 2013, tidak ada yang lebih ditunggu daripada asap putih yang keluar melalui cerobong asap Kapel Sistina, Vatikan. Asap putih itu menjadi tanda telah terpilihnya Paus baru, pemimpin umat Katolik di seluruh dunia.

Ketika itu, Jorge Mario Bergoglio yang berasal dari Argentina dinyatakan memenuhi syarat 77 dari 115 suara kardinal pada proses sidang konklaf. Bergoglio pun sah menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri dari singgasana Vatikan karena alasan usia.

Pada dunia sepak bola, asap putih atau yang bisa dibaca sebagai pertanda kabar baik juga sering ditunggu kemunculannya. Terutama, terjadi pada bursa transfer. Asap putih bisa dimaknai sebagai sinyal transfer pemain yang diinginkan telah rampung.

Baca juga:

Montrell Williams dan Sebuah Dunk yang Mencuri Perhatian Dunia

Francisco Trincao, Bintang Muda yang Bikin Barcelona Jatuh Hati Sejak 2017

Gianluca Di Marzio

Lantas, siapakah pembawa kabar bahagia tersebut? Tidak lain dan tidak bukan, Gianluca Di Marzio - jurnalis ternama asal Italia yang punya reputasi bagus di bursa transfer.

Jalan stori Gianluca Di Marzio menjadi raja informasi di bursa transfer bermula sejak bocah. Di Marzio adalah anak dari Gianni Di Marzio, seorang manajer sepak bola papan atas Italia.

Gianni mengawali karier di dunia sepak bola sebagai pemain. Sayangnya, cedera lutut yang menerpa membuatnya pensiun dini pada usia 24 tahun. Kemudian, ia pernah menjadi pelatih beberapa klub Serie A seperti Napoli, Catania, Palermo, dan Catanzaro.

Setelah pensiun, ia banting setir dengan menekuni berbagai pekerjaan sebagai direktur olahraga, pencari bakat, pakar sepak bola, dan penasihat klub.

Gianni dikenal sebagai pencari bakat dengan insting tajam. Ia hampir membawa Diego Maradona yang masih berusia 17 tahun ke Napoli setelah melihat aksi sang pemain di pinggiran kota Buenos Aires, jelang Piala Dunia 1978.

Diego Maradona dan Gianni Di Marzio

Selain itu, Gianni juga sempat terlibat dalam transfer-transfer besar. Ketika menjadi penanggung jawab keluar masuknya pemain di Juventus dari 2001 hingga 2006, Gianni kembali menunjukkan insting brilian ketika ingin mendatangkan Cristiano Ronaldo.

Gianni mencoba mencapai kesepakatan dengan mengajukan Marcelo Sala kepada Sporting CP. Walakin, Sala menolak pindah ke Lisbon sehingga tangan tak saling menjabat.

Sebagai anak dari seorang yang karib dengan sepak bola, keseharian Di Marzio pun tak lepas dari si kulit bundar. Pada beberapa kesempatan, ia mengikuti sang ayah melatih tim atau berburu pemain berbakat.

"Ketika masih kecil, saya mengikuti ayah ke pemusatan pelatihan, ruang ganti, dan bus tim. Saya berlatih dengan pada pemainnya. Jadi, saya bisa melihat hampir seluruh mekanisme yang berputar di dunia sepak bola," ulas Di Marzio kepada Sky Sports.

Tentunya, pekerjaan menjadi jurnalis pun tidak enteng. Sulit menjadi pemburu berita seperti Di Marzio jika masih menjadi kaum kelesa.

"Bagi saya, itu seperti berada di Disneyland. Saya menyadari tidak memiliki kemampuan menjadi pemain. Saya tidak ingin mengejar mimpi yang tidak bisa dicapai. Namun, saya punya cara lewat kata-kata. Saya suka menulis, punya rasa ingin tahu, dan sepak bola selalu berkaitan dengan jurnalisme."

Gianluca Di Marzio bersama Diego Maradona

Nama Gianluca Di Marzio mulai naik daun setelah mendapatkan kepercayaan membawakan acara di Triveneta pada Senin malam, 1994. Setelah itu, ia juga sempat menjadi koresponden usai berkolaborasi dengan Telepiu.

Di Marzio menuturkan, satu di antara orang penting pada industri media, Massimo Corcione, memintanya untuk pindah ke Milan dan bergabung dengan Sky Sports. Tawaran tersebut membuat jantung Di Marzio berdegup kencang.

Tanpa pikir panjang, tawaran pun diterima. Sekarang, ia sudah memiliki portal berita sendiri bernama Gianlucadimarzio.com.

Jaringan dan nama besar yang dimiliki Gianni membantu Di Marzio pada awal perjalanan karier. Tidak jarang, ia bertemu sosok yang dikenalnya ketika masih berada di bawah ketiak sang ayah.

"Kemudian, ayah saya mengambil peran sebagai direktur olahraga. Saya mengikutinya ke hotel-hotel di mana ia berurusan dengan klub lain. Jadi, saya bersua banyak orang di sana," ucap Di Marzio.

"Ketika berusia 30 tahun, saya pertama kali memberikan laporan dari bursa transfer dengan menyambangi seorang kolega di Milan. Ketika dia melihat banyak orang menyapa saya dan berbicara kepada saya soal hari-hari bersama ayah, dia berkata: Apa yang Anda lakukan di sini ketika berada pada posisi lebih nyaman dari saya?"

Gianluca Di Marzio

Di Marzio sadar, tidak bisa selamanya berada di bawah nama besar sang ayah. Ia pun ingin melebarkan sayap dan menjadi jurnalis sepak bola yang dipandang di Italia.

Gianni yang mengetahui tekad kuat sang anak memberikan doa restu. Tidak lupa, deretan nasihat diselipkan pada kantong sang anak.

"Saya bisa membuka pintu untukmu, namun namamu adalah Di Dizio. Kamu harus dihormati dan menentukan arah jalanmu sendiri," ucap Di Marzio menirukan suara sang ayah ketika itu seperti dikabarkan sofoot.

Sejatinya, pria kelahiran Castellammare di Stabia itu menekuni pendidikan yang jauh dari sepak bola. Ia kuliah di University of Teramo dengan jurusan hukum. Di sana, ia bertemu Anna Maria yang 15 tahun kemudian menjadi teman hidupnya.

"Satu hal yang paling penting adalah jaringan. Namun, untuk mengetahui cara menjaganya, saya harus mengelola berita dengan benar sehingga mendapatkan kepercayaan," terang sosok termasyhur di bursa transfer itu.

Gianluca Di Marzio

Tidak lengkap rasanya jika membicarakan Gianluca Di Marzio, tetapi tidak menyinggung kehebatan sang pakar di lantai bursa Transfer. Gianluca Di Marzio seolah-olah memiliki mata di mana-mana. Bahkan, pada beberapa transfer, ia mendapatkan foto eksklusif di tempat yang sulit dijamah: Hotel, pesawat, bandara, atau markas klub.

Menurutnya, satu di antara transfer paling berkesan adalah ketika ia mengumumkan Pep Guardiola akan menjadi juru taktik Bayern Munchen. Pada saat itu, tidak ada banyak pihak yang percaya FC Hollywood adalah destinasi Guardiola berikutnya.

"Itu adalah kisah kepindahan yang paling saya ingat. Saya menyampaikan kabar sejak Maret jika Guardiola akan hengkang ke Bayern. Itu menciptakan kehebohan di media," ungkap Di Marzio.

"Jupp Heynckes membuat Bayern berada di jalur treble dan klub dipaksa untuk menyangkal rumor dengan mengeluarkan pernyataan resmi. Akan tetapi, setelah 48 jam, kami memaksa mereka mengumumkan Guardiola telah bergabung."

Di Marzio selalu berpegang teguh pada apa yang ia yakini sebagai kebenaran. Baginya, tidak ada kata mundur untuk mewartakan kabar meski menghadapi banyak rintangan.

"Itu adalah perang. Berita disebarkan dalam skala besar dan tidak dapat ditepis lagi. Banyak wartawan yang tidak percaya kepada saya kemudian meminta maaf. Itu adalah pertama kali saya diakui di panggung internasional," urainya.

Selain itu, Gianluca Di Marzio merupakan satu di antara orang pertama yang memberikan sinyal Alisson akan merapat ke Liverpool. Pada kenyataannya, ucapan sang pakar pun terbukti tepat.

Gianluca Di Marzio bersama petinggi Inter Milan

Pertanyaan yang mencuat setelah mengetahui kehebatan Di Marzio adalah dari mana asal informasi terpecaya tersebut. Jawabannya beragam, tidak jarang, pria 45 tahun itu mendapatkan informasi dari orang tak dikenal.

"Seorang pengunjung sebuah restoran di London mengirimkan pesan kepada saya pukul 04.00 pagi yang berisi jika ia telah melihat Giuseppe Marotta, Fabio Paratici, Carlos Tevez, dan agennya bertemu. Kemudian, saya memeriksanya dan mengetahui itu bukan isapan jempol," tutur Di Marzio.

"Tahun lalu, ada pria mengirimkan pesan kepada saya CR7 berada di Milan. Dia mengaku mendengar Massimiliano Mirabelli berbicara di telepon dengan Jorge Mendes. Ada banyak 'orang dalam' di jejaring sosial. Mereka membantu Anda, namun juga bisa mempersulitnya," timpalnya.

Selain dari narasumber tak terduga, Gianluca Di Marzio juga acap kali menerima bisikan dari pihak klub. Tentunya, ada beberapa perjanjian yang tidak bisa dilanggar Di Marzio.

"Pada Juni, saya mendapatkan gambar Darijo Srna sedang makan di Cagliari. Saya hanya diminta untuk tidak menyebutkan nama restoran. Saya senang dianggap sebagai satu di antara teman terpercaya."

"Terkadang, mereka akan meminta Anda menunda atau tidak mengumumkan sesuatu untuk menghindari hal buruk. Terutama, ketika negosiasi baru dimulai," papar Di Marzio.

Selain tantangan mencari informasi akurat, Gianluca Di Marzio juga menghadapi masalah lain. Ya, Gianluca Di Marzio sulit lepas dari telepon genggam pada saat bursa transfer bergulir. Bahkan, ketika dalam penerbangan pun Di Marzio gelisah karena tidak mendapatkan WiFi.

Di Marzio mengaku, memiliki 6.000 kontak dalam telepon genggamnya. Biasanya, ia akan mengirim pesan berantai kepada informan untuk menanyakan kabar terbaru seputar bursa transfer.

Gianluca Di Marzio

"Whatsapp adalah hal mendasar. Kami mengobrol dengan semua kolega di Milan yang mengirimkan informasi atau konfirmasi secara langsung. Ini adalah soal mendapatkan informasi terbaru," umbar Di Marzio.

Gianluca Di Marzio sadar betul bursa transfer di Italia berbeda dengan negara lainnya. Terutama, pada saat memasuki Deadline Day. Di Marzio mengutarakan, pernah mendapatkan pesan dari Paratici yang menilai bursa transfer terkadang lebih gegap gempita daripada sebuah pertandingan.

"Hari batas waktu transfer di Italia seperti acara Big Brother. Tontonan besar pada jendela transfer. Itu hanya akan terjadi di Italia. Itu adalah tradisi di mana perwakilan klub memiliki janji bertemu pada satu hotel tertentu."

Sang pembawa kabar sadar tidak bisa selamanya berprofesi sebagai jurnalis. Terkait masa depannya, Di Marzio memilih mengambil opsi sebagai direktur olahraga daripada agen pemain.

Menurut Di Marzio, menjadi direktur olahraga klub akan membuatnya memiliki tanggung jawab membangun tim. Selain itu, ia juga punya tugas menjaga hubungan dengan pelatih, pemain, bahkan pers.

Setelah panjang lebar menuturkan perjalanan karier Di Marzio, memang tidak keliru ESPN edisi 2015 menempatkannya pada posisi ke-39 pada daftar orang paling berpengaruh di sepak bola, bersama legenda-legenda seperti Pele, Philippe Blatter, dan Arsene Wenger.

Di Marzio adalah perpanjangan tangan dari suporter di seluruh dunia yang haus akan informasi klub kesayangan.

Konon, ketika Gianluca Di Marzio sudah bersabda, niscaya kabar tersebut akan menjadi nyata.

Bagikan

Baca Original Artikel