Matias "Radar B-25" Almeyda

BolaSkor - Jumat, 15 November 2013

Buenos Aires - Saat Perang Dunia II berlangsung ada sebuah instrumen perang berupa pesawat bermesin ganda yang dimiliki oleh Angkatan Udara Amerika Serikat, atau dikenal United States Army Air Forces. Dialah sang burung besi bernama B-25 Mitchell. Sebuah pesawat pembom medium yang membawa negara adidaya mampu menguasai wilayah Asia Pasifik dan timur tengah. Kuat dan tangguh di berbagai medan, kira-kira itulah kesamaan antara B-25 Mitchell dengan gelandang bertahan pemilik nomor punggung 25 Matias Jesus Almeyda. Matias AlmeydaPertanyaannya, mengapa dia disamakan dengan sebuah pesawat pembom? Jawabannya adalah sebuah kekuatan besar dalam pertahanan dan bagian penting dalam sebuah serangan hebat yang terdapat dalam karakter keduanya. Baik B-25 Mitchell ataupun pada Matias Almeyda. Tidak hanya kuat dan tangguh, keduanya sama-sama memiliki visi dalam suatu pertempuran. Keduanya seakan memiliki radar untuk mendeteksi pergerakan musuh dan seketika bisa melumpuhkannya. Almeyda yang Lahir di Azul, 21 December 1973 sudah memiliki bakat dan ketertarikan pada sepakbola sejak kecil. Almeyda memulai karirnya di klub elit Argentina River Plate di musim 1991-1992, Saat itu usianya baru menginjak 18 tahun. Masuk dalam tim juara sangat membuat Almeyda semangat luar biasa dalam mengembangkan kemampuan sepakbolanya. River yang dilatih oleh legenda hidup Argentina Daniel Pasarella saat itu adalah tim yang berstatus juara Liga Apertura Argentina. Almeyda yang masih berstatus rookie awalnya hanya menjadi pemain pengganti. Hampir 5 tahun Almeyda muda hanya duduk di bench dan menyaksikan senior-seniornya beraksi di lapangan. Pada beberapa kali kesempatan ia pun diberi kesempatan sebagai pemain pengganti gelandang senior Argentina, Leonardo Astrada. Almeyda jelas tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan bermain bagus di beberapa laga, hinga akhirnya ia berhasil menembus starting eleven River. Kesempatan untuk mengembara dan merasakan atmosfir kompetisi Eropa pun terbuka. Di musim 1996-1997 Almeyda pindah rumah ke Ramon Sanchez Pizjuan markas besar klub Spanyol Sevilla. Almeyda hijrah ke Sevilla dengan tebusan sebesar 132.000 Poundsterling. Bersama Sevilla Almeyda tampil sebanyak 28 laga. Aksi impresif yang ditampilkan Almeyda bersama Sevilla membuat Big Boss Lazio Sergio Cragnotti kepincut. Akhirnya Lazio pun sepakat memboyong Almeyda dengan mahar sebesar 748.000 Poundsterling semusim kemudian. Di Lazio almeyda bertemu dengan kompatriotnya Jose Antonio Chamot yang lebih dulu bergabung bersama Biancoceleste sejak tahun 1994. Matias Almeyda6Di Lazio Almeyda pun bisa meraskan bermain bersama nama-nama besar dunia seperti Roberto Mancini, Pierluigi Casiraghi, Pavel Nedved, Alen Boksic, dan Vladimir Jugovic. Di musim pertamanya Almeyda berhasil mengantar tim ibukota menjadi kampiun di pentas Coppa Italia musim 1997-1998. Lazio yang memiliki kekuatan finansial saat itu mendatangkan banyak pemain hebat di musim selanjutnya. Beberapa pemain kelas wahid datang ke Olimpico antara lain, Ivan De La Pena, Dejan Stankovic, Sinisa Mihajlovic, Christian Vieri, Attilio Lombardo, Sergio Conceicao, dan Fernando Couto. Argentina Soccer Dengan skuat yang begitu digdaya musim 1998-1999 Lazio berhasil memperoleh prestasi luar biasa. Juara Piala Winners, juara Piala Super Coppa Italia, dan menjadi runner up di Serie A. Tentu peran Almeyda menjadi begitu penting, dialah sang pemain jangkar pengatur ritme bertahan dan menyerang saat Lazio dalam pertempuran. Almeyda juga menjadi sosok sentral di musim 1999-2000 kala sang elang ibukota menjadi pemuncak di Serie A. Selain juara Serie A, Lazio juga berhasil merebut Trofi Coppa Italia dan Piala Super Eropa. Di pertandingan Piala Super Eropa Lazio berhasil mempecundangi raksasa Inggris Manchester United 1-0. Kala itu MU yang sedang dalam masa jayanya setelah berhasil meraih treble winners harus takluk pada Lazio lewat gol semata wayang Marcello Salas di menit 35. Musim yang begitu indah bagi Almeyda itu ternyata menjadi musim terakhirya di Lazio. Dari 63 laga yang dimainkannya, ia berhasil mengantar elang ibukota meraih 1 gelar Serie A, 2 gelar Coppa Italia, 1 gelar Piala Winners, dan 1 gelar Piala Super Eropa.Matias Almeyda Rosenborg Almeyda pun hijrah ke klub Liga Italia lainnya Parma Di musim 2000-2001. Selama 2 musim bersama Parma Almeyda mengemas 34 caps dan memberikan 1 gelar Coppa Italia di musim 2001-2002. Memasuki usia 30 karir Almeyda ternyata belum habis, selanjutnya ia bergabung dengan klub elit Italia lainya Inter Milan. Di Inter Almeyda bermain di 47 laga, namun sayang ia tidak berhasil memberi trofi untk Inter. Setelah keluar dari Inter kariernya pun terlihat menurun, tercatat ia bergabung dengan klub-klub kecil seperti Brescia, Quilmes (Argentina), Lyn (Norwegia), dan Fenix (Argentina). Penampilannya pun kurang maksimal lantaran cedera yang sering menghinggapinya. Matias Almeyda3Di penghujung karier, Almeyda pun akhirnya kembali pulang ke klub dimana ia pertama kali menandatangai kontrak profesional pertamanya River Plate. Di usia yang sudah menginjak 36 tahun Almeyda terlihat masih garang dan kuat dalam mengawal lini transisi pertahanan. Almeyda mengeemas 64 laga bersama River selama dua musim untuk kemudian gantung sepatu di tahun 2011. Sepak terjang sang "Radar B-25" di level klub boleh dibilang begitu fenomenal, namun sayang kegemilangannya di level klub tak bisa ia tularkan untuk negaranya. Almeyda yang membela Argentina selama 9 tahun dan mengemas 35 laga, hanya mampu mengantar Albiceleste ke babak perempat final Piala Dunia 1998 Perancis setelah kalah dari Belanda dengan skor 4-2. Empat tahun kemudian di Jepang-Korea Almeyda kembali gagal memberikan kontribusi positif bagi negaranya. Di Jepang-Korea, Argentina bahkan tidak lolos dari fase grup.    

Bagikan

Baca Original Artikel