Manchester United dan AC Milan: Raja di Masa Lalu, Guram di Masa Kini
BolaSkor.com - Pendukung Manchester United dibuat kesal sampai ke ubun-ubun usai tim kesayangannya kalah 2-0 atas West Ham United. Hasil tersebut menegaskan jika The Red Devils bukanlah raja seperti di masa lalu.
Manchester United berstatus sebagai penguasa Inggris usai merengkuh 20 titel Premier League. Sebagian besar dari gelar tersebut datang pada era Sir Alex Ferguson.
Namun, situasi berbanding menyungsang usai Ferguson memilih pensiun. Prestasi Man United terus merosot. Tak heran, yang tersisa kini hanyalah kejayaan di masa lalu.
Gelar bergengsi terakhir yang direngkuh Manchester United adalah Liga Europa. Saat itu, Jose Mourinho berada di belakang kemudi. Ironisnya, The Special One juga tak luput dari pemecatan.
Ketika itu, Manchester United lebih berpihak pada Paul Pogba - pemain yang diisukan bersiteru dengan Jose Mourinho. Tak butuh waktu lama, kursi pelatih yang kosong pun diduduki Ole Gunnar Solskjaer.
Harapan sempat muncul pada awal kepemimpinan Ole Gunnar Solskjaer. Manajer asal Norwegia itu meraih 11 kemenangan dalam 13 pertandingan. Solskjaer pun dianggap sebagai penyelamat The Red Devils.
Namun, Solskjaer mulai kehabisan bensin jelang akhir kompetisi. Man United kembali tampil angin-anginan. Tidak heran, target lolos ke Liga Champions pun gagal dicapai.
Manchester United hanya menduduki peringkat keenam klasemen akhir Premier League. Catatan buruknya, Man United kebobolan 54 gol dalam satu musim.
Baca juga:
Chelsea 1-2 Liverpool: Sapu Bersih Kemenangan, The Reds Koleksi 18 Poin
Arsenal 3-2 Aston Villa: Menang Dramatis, The Gunners Tembus Empat Besar

Man United pun sadar jika ada beberapa lubang yang perlu ditambal. Satu di antara cara yang ditempuh adalah mendatangkan amunisi anyar.
Saudara Manchester City itu merekrut tiga pemain yakni Daniel James, Harry Maguire, dan Aaron Wan-Bissaka. Sementara itu, Romelu Lukaku, Chris Smalling, Matteo Darmian, Antonio Valencia, Ander Herrera, dan Alexis Sanchez keluar dari Old Trafford.
Pertanyaan besarnya, apakah dengan skuat yang ada Man United bisa kembali mengukir kemasyhuran? Jawabannya bisa, namun sukar.
Niat Man United memperbaiki diri pada bursa transfer pun dipertanyakan. Bukannya semakin kuat, Man United justru dinilai melakukan sejumlah kesalahan.
Satu di antara yang paling mencolok terletak di lini depan. Saat ini, Man United hanya memiliki Marcus Rashford dan Mason Greenwood yang berposisi asli sebagai penyerang tengah.
Dengan keadaan itu, Manchester United diperkirakan akan menghadapi kesulitan karena tampil pada empat kompetisi berbeda.

Apa yang ditakutkan pun menjadi kenyataan. Man United tidak punya banyak pilihan ketika mengalami kebuntuan.
Anthony Martial yang selama ini menjadi andalan di sektor sayap pun mengalami cedera. Berikutnya, Paul Pogba menyusul ke ruang perawatan.
Keadaan itu seolah ingin menguji hipotesis Solskjaer jika Man United bisa menggantungkan harapan pada pemain 17 tahun, Mason Greenwood.
Tidak becusnya manajemen dalam memperbaiki kualitas tim langsung terlihat pada awal musim ini. Memang benar Man United sempat tampil meyakinkan usai membantai Chelsea empat gol tanpa balas di pekan perdana Premier League. Namun, setelah itu, inkonsistensi menjadi kawan akrab bagi David de Gea dan kawan-kawan.
Hingga pekan keenam, Man United mengoleksi dua kemenangan, dua imbang, dan dua kekalahan. Payahnya, satu di antara hasil minor tersebut diraih ketika melawan Crystal Palace di depan publik Old Trafford.
Daripada makin sakit hati, mari kita sudahi pembicaraan Man United sampai di sini. Kini, giliran Milan yang masuk materi.

Berjarak 1.542 kilometer jauhnya dari Manchester, ada satu tim yang juga mengalami mimpi buruk seperti The Red Devils. Klub malang tersebut adalah AC Milan.
Pangkal masalah utama AC Milan diawali dari datangnya investor asal China, Li Yonghong. Tak seperti Suning yang serius mengakuisisi Inter Milan, ucapan Li Yonhong tak lebih dari sekadar racun yang terasa manis.
Pada awal masa kepemilikan Li Yonghong, suporter Rossoneri dibuat terlena dengan kucuran dana yang tak henti di bursa transfer. Saat itu, tagar We Are So Rich pun ramai di media sosial.
Pada musim 2017-2018, Milan mendatangkan sejumlah pemain anyar seperti Leonardo Bonucci, Mateo Musacchio, Andrea Conti, Lucas Biglia, Hakan Calhanoglu, Franck Kessie, serta Andre Silva. Saat itu, Milan menhabiskan dana lebih dari 190 juta euro untuk menggaet penggawa.
Tak seperti cerita dongeng yang diawali kesedihan, namun berubah menjadi senyuman, kisah Milan justru kebalikannya.
Keuangan Milan mulai bermasalah setelah target lolos ke Liga Champions gagal direnggut. Il Diavolo Rosso hanya menduduki peringkat keenam klasemen akhir Serie A 2017-2018.
Kemudian, badai besar pun datang setelah Li Yonghong gagal melunasi utang saat membeli Milan pada perusahaan investasi Amerika Serikat, Elliott Management. Saat itu, Li meminjam dana hingga 303 juta euro.
Dengan tambahan bunga, utang Li pada Elliott mencapai 380 juta euro. Tak mampu membayar, Elliott pun menyita Rossoneri.

Kiprah jeblok Milan dalam mengatur manajemen tim pun sejalan dengan prestasi di lapangan. Gianluigi Donnarumma dan kawan-kawan kembali gagal lolos ke Liga Champions 2019-2020.
Satu yang perlu diingat, saat ini Elliott manajemen yang sedang menguasai Milan tidak punya niat awal untuk membawa Rossoneri kembali ke jalur prestasi. Sebab, mereka hanya menyita Milan usai Li gagal membayar utang tepat waktu.
Milan pun mengawali musim ini dengan berat. Rossoneri harus memohon pada UEFA untuk diizinkan tidak tampil di Liga Europa 2019-2020. Milan bermaksud ingin memperbaiki masalah soal Financial Fair Play dan menghindari hukuman di masa depan.
Tidak heran, keuangan yang ketat membuat Milan tidak bisa berbuat banyak di bursa transfer. Pemain termahal Rossoneri pada musim panas lalu hanyalah Rafael Leao dengan harga 25 juta euro. Selebihnya, Milan lebih banyak belanja pemain di klub terdegrasi, Empoli.
Meski memperbaiki struktur manajemen dan mendatangkan pelatih anyar, Marco Giampaolo, Milan belum terlihat berjalan ke tempat seharusnya - setidaknya hingga saat ini.
Milan hanya mengoleksi enam poin dari empat pertandingan awal Serie A. Hasil tersebut menempatkan Rossoneri pada posisi ke-12 klasemen sementara.
Milan semakin di ujung tanduk usai satu dari dua kekalahan terjadi pada derby della Madonnina. Ya, Milan ditekuk Inter Milan 0-2 ketika berstatus sebagai tuan rumah. Dengan begitu, Milan nihil kemenanangan dalam tujuh derby della Madonnina terakhir.
Manchester United dan AC Milan adalah gambaran sempurna dari raja yang sudah kehilangan mahkotanya. Kedua tim itu berjaya di masa lalu, namun kini dianggap sebagai pembuat malu.
Manchester United dan Milan perlu bergegas memutar roda kehidupan kembali seperti semula. Jika tidak, cerita kehebatan tinggal menjadi legenda.