Sosok Feature Liga Dunia

Lebih Dekat dengan Marcelo Gallardo, Reinkarnasi Gagal Maradona Itu Kini Menjalani Impiannya

Yusuf Abdillah - Selasa, 18 Desember 2018

BolaSkor.com - "Tidak ada yang bisa melebihi ini. Tidak ada yang lebih daripada ini," ujar Marcelo Gallardo di tengah perayaan kemenangan epik River Plate di final Copa Libertadores 2018.

River Plate meraih pencapaian tertinggi kompetisi antarklub Amerika Latin usai membekuk rival sejati mereka, Boca Juniors. Lewat perjuangan berat, termasuk melakoni laga final ungsian di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, River Plate meraih sukses di bawah asuhan Marcelo Gallardo.

Merasa tak asing dengan nama tersebut? Ya, dia adalah Marcelo Gallardo yang dulu digadang-gadang sebagai titisan Diego Maradona. Dianggap gagal sebagai reinkarnasi sang legenda, Gallardo kini mulai merintis sukses lain sebagai juru taktik. Empat tahun mengarsiteki River Plate, Gallardo sudah mengoleksi sembilan trofi.

Marcelo Gallardo

Keberhasilannya membawa River menjuarai Copa Libertadores melambungkan pamor pelatih berjulukan Napoleon itu. Kini, Gallardo ingin menyempurnakan sukses tersebut dengan menjadi kampiun Piala Dunia Antarklub 2018.

Tidak heran jika saat ini pria berusia 42 tahun ini disebut akan menjadi incaran klub-klub Eropa. Gallardo dianggap mampu sejajar dengan pelatih top yang saat ini berkiprah di Eropa.

Baca Juga: Piala Dunia Antarklub 2018: 3 Talenta Berbakat yang Berpotensi Bermain di Liga Eropa

Sukses Gallardo tidak terjadi dalam semalam. Tipe kepelatihannya tidak lepas dari pengalamannya sebagai playmaker Argentina. Bersama Tim Tango, Gallardo sudah mengantongi 44 caps dari 1994 hingga 2003.


The Next Diego Maradona

Hampir setiap generasi, sepak bola Argentina selalu mencari sosok penerus Diega Armando Maradona. Gallardo merupakan salah satu dari sekian banyak "The Next Diego".

Setelah melakukan debut pada musim 1992-93, Gallardo kontan mampu mencuri perhatian. Julukan "Muneco" alias Boneka pun disematkan kepada Gallardo mengingat postur tubuhnya. Hanya butuh tiga tahun bagi Gallardo untuk menjadi idola River Plate. Dalam rentang itu, enam gelar juara Primera Division dan Copa Libertadores 1996 disabetnya bersama River.

Sukses di Argentina membawa Gallardo ke Eropa. Pemain kelahiran pinggiran Kota Buenos Aires ini berpetualang di Prancis dan bergabung dengan AS Monaco pada 1999. Di musim perdananya, Gallardo langsung terpilih menjadi Pemain Terbaik Ligue 1.

Sempat kembali ke River Plate pada 2003, Gallardo kembali ke Prancis dan kali ini bergabung dengan Paris Saint-Germain pada 2007 sebelum hengkang ke Amerika Serikat untuk bermain bersama DC United setahun kemudian.

Mampir sebentar ke River Plate, Gallardo akhirnya pensiun sebagai pemain saat memperkuat klub Uruguay, Nacional. Sebagai pemain, Gallardo selalu mampu membawa klub yang dibelanya meraih trofi.

Pemain Marcelo Gallardo

Hanya sepuluh hari setelah pensiun, Gallardo kembali ke lapangang hijau, kali ini sebagai pelatih. Gallardo menerima tawaran untuk menjadi arsitek Nacional menyusul hengkangnya sang pelatih lama, Juan Ramon Carrasco.

Meski sukses membawa Nacional juara di Uruguay pada musim perdananya, Gallardo memutuskan berhenti melatih. Gallardo berhenti karena memilih untuk menghabiskan waktunya bersama keluarga.

Baca Juga: Sejarah Piala Dunia Antarklub: Berawal dari Kesombongannya Real Madrid

Setelah dua tahun lebih tak bersentuhan dengan sepak bola, nama Gallardo kembali muncul saat dirinya menjadi kandidat kuat melatih River Plate pada 2014. Tawaran dari River Plate tidak dilewatkan oleh Gallardo yang memang bermimpi menjadi arsitek klub yang membesarkannya itu.

"Satu hari nanti saya akan menjadi pelatih River," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan El Grafico.

Dan, impian Gallardo pun terwujud. Dia resmi menjadi pelatih menggantikan Ramon Diaz yang semusim sebelumnya membawa River menjadi kampiun Argentina.

Namun penunjukan Gallardo menggantikan Diaz yang pensiun, tidak langsung mendapatkan dukungan. Meski populer sebagai pemain dan bisa dikatakan River Plate ada di dalam darahnya, Gallardo, yang saat itu berusia 38 tahun, dinilai tidak memiliki kemampuan dan pengalaman. Apalagi Gallardo sudah dua tahun tidak bersentuhan dengan dunia sepak bola. Keraguan makin meninggi setelah Gallardo memutuskan tidak mendatangkan banyak pemain baru untuk memperkuat skuatnya.

Sekali lagi, Gallardo membuktikan dirinya adalah arsitek mumpuni. Pengaruh sentuhan Gallardo langsung terasa. River Plate dibawanya menjadi juara Copa Sudamericana. Ini merupakan trofi kontinental pertama yang diraih River dalam 17 tahun.

Sentuhan Gallardo bukan hanya terlihat dari hasil, tapi juga gaya permainan. Perjudian River Plate menggaet Gallardo pun berbuah manis. Selama empat setengah tahun, sudah sembilan trofi diraih, termasuk yang terakhir Copa Libertadores, yang merupakan kedua di eranya.


Murid Marcelo Bielsa

Soal melatih, Gallardo banyak mengambil ilmu dari pelatih legendaris Marcelo Bielsa. Gallardo pernah berada di bawah asuhan Bielsa saat bersama timnas Argentina di awal 2000-an. Tidak heran jika permainan yang diterapkan Gallardo di timnya memiliki kemiripan dengan Bielsa.

Gallardo sangat menyenangi permainan menyerang, menekan dengan garis pertahanan tinggi. Tak hanya itu, kesamaan juga bisa dilihat dari sisi non-teknis.

"Yang bisa membuat bertahan pada situasi berat adalah sikap. Anda bisa memiliki sikap yang tepat dari cara Anda bekerja. Berlatihlah seperti sedang menjalani latihan terakhir," urai Gallardo dikutip lamas FIFA.

Meski bisa dibilang keras dalam melatih, seperti Bielsa, Gallardo memiliki ikatan khusus dengan para pemainnya. Hal ini tidak lepas dari pengalamannya sebagai pemain.

Gallardo dan Bielsa

Sebagai contoh, Gallardo memilih membela Gonzalo Martinez dan mempertahankan posisinya sebagai playmaker. Padahal pada masa awal sejak bergabung dari Huracan, Martinez acap menjadi sasaran makian fans River. Namun, keputusan Gallardo berbuah manis, Martinez menjelma menjadi motor River yang memiliki mental baja.

"Gallardo tak hanya tahu sepak bola, dia juga paham bagaimana mengumpulkan orang-orang hebat. Tidak heran jika hampir semua mantan pemainnya datang ke Madrid untuk memberi dukungan (di final Copa Libertadores)," ujar Rodolfo D'Onofrio, presiden River.

Baca Juga: 5 Rivalitas Terpanas Sepanjang Sejarah Dunia Olahraga

River sangat beruntung bisa memiliki pelatih yang sudah identik dengan klub. Hanya sedikit klub di dunia yang bisa melakukan hal serupa, sebut saja Pep Guardiola saat menangani Barcelona.

"Saya adalah anak dari klub ini," ujar Gallardo mengenai dirinya.

Gallardo yang sudah mengenali filosofi River sejak usai 12 tahun adalah sosok yang tepat bagi klub. Tidak hanya itu, Gallardo berhasil menurunkan filosofi itu kepada pemainnya.

Kini River tentu berharap sentuhan emas Gallardo masih berlanjut di ajang Piala Dunia Antarklub.

Bagikan

Baca Original Artikel