Kisah Tiga Ofisial Persebaya, Mencari Penghasilan di Luar Sepak Bola
BolaSkor.com - Hampir setahun kompetisi sepak bola Indonesia berhenti akibat pandemi COVID-19. Banyak pelaku sepak bola yang risau dengan nasib mereka yang terlunta-lunta akibat matinya kompetisi.
Tak adanya aktivitas di setiap klub sontak tidak hanya membuat para pemain harus tetap menghasilkan uang demi keluarga mereka. Salah satu yang terdampak lantaran tidak adanya kompetisi adalah para ofisial klub. Mereka memutuskan untuk berwirausaha supaya dapur tetap ngebul.
Meski tak berkaitan dengan sepak bola, namun memiliki usaha di luar pekerjaan mereka tampaknya menjadi pilihan yang masuk akal demi tetap mendapat penghasilan.
Baca Juga:
Soal Kandang, Persebaya Ingin seperti Bali United, Madura United, PSIS
Turnamen Pramusim Ideal Menurut Pelatih Persebaya Aji Santoso
BolaSkor.com merangkum tiga ofisial Persebaya Surabaya yang memutuskan untuk merintis bisnis di luar pekerjaaan mereka di cabang olahraga yang paling populer di dunia ini. Usaha yang mereka jalani menjadi sumber pendapatan ketika kompetisi di Indonesia mati.
1. Sutrisno Beny

Salah satu kitman Persebaya ini merasakan benar ketiadaan kompetisi sejak penghujung Maret tahun lalu. Ditambah pemasukannya seret lantaran manajemen Persebaya menjalankan intruksi PSSI terkait gaji. Padahal pekerjaan tersebut dilakoninya selama belasan tahun.
Namun, untuk tetap mencukupi kebutuhan sehari-hari, dia memutuskan membantu istrinya, Fiami Indra Irama, untuk menjalankan usaha berjualan termos kesehatan. Sang istri mengenalkannya pada bisnis yang fokusnya berjualan termos Nano (Nano Water Can).
“Ya aktivitas sekarang ikut istri yang kerja bisnis termos kesehatan. Karena kalau mengandalkan gaji dari manajemen sesuai keputusan PSSI tidak cukup,” ujar Sutrisno kepada BolaSkor.com.
Dia berpromosi untuk menjual termos tersebut menggunakan akun sosial media pribadi. Sutrisno menawarkan termos itu pada setiap kenalannya. Bahkan, dua pelatih Bajol Ijo yakni Aji Santoso dan Uston Nawawi, sudah menggunakan termos tersebut.
“Namanya juga jualan, memang ndak mesti selalu laku. Ya, lumayan. Dan saya tidak ada usaha lain selain jualan termos kesehatan,” ujarnya.
2.Basori

Kitman Persebaya lainnya ini diketahui setiap pagi berjualan nasi Madura dengan menu babat dan empal di depan Stadion Gelora 10 November, Surabaya. Basori menjajakan dagangannya dengan keranjang yang diletakan diatas sepeda motor matic. Harga untuk setiap bungkusnya cukup terjangkau, hanya Rp8.000.
“Ya, begini mas. Tiap hari jualan mulai pagi. Setelah belanja kebutuhan malam harinya, saya dan istri yang mempersiapkan ini,” ungkap salah satu sosok yang sudah bersama Persebaya sejak era Perserikatan ini kepada BolaSkor.com.
Pria kelahiran Ponorogo, 15 Juli 1970 itu juga menerima pesanan untuk para pelanggannya. Selain itu, dia juga menyediakan untuk dijual ke warga di sekitar rumahnya. Bahkan, Basori tak sungkan berjualan roti produksi Hendrik Peter Sahelangi, salah satu pemilik klub internal Persebaya.
“Kan, pagi jualan nasi bungkus, kalau sorenya jualan rotinya Pak Peter. Saya ambil dulu (roti). Dari penjualan satu roti dapat 10 persen, kalau sudah habis baru setor dan ambil setoran. Saya jualannya gang depan rumah,” kata pria yang bertempat tinggal di sekitar Tambaksari ini.
Baca Juga:
Kebersamaan dengan Da Silva di Persebaya Bakal Mudahkan Makan Konate
Kisah Ruy Arianto, Winger Timnas U-16 Berjuang Sembuh dari Cedera ACL
3. Yoyok Sebastian

Masa tanpa kompetisi dilalui dengan menjalankan bisnis. Meski berskala kecil agar tetap bisa menghasilkan pundi-pundi untuk kebutuhan setiap hari. Masseur sport Persebaya ini bahkan membuka jasa pijat.
Dia menerima pijat pelanggannya di rumahnya yang berada di kawasan Dharmawangsa, Surabaya. Sosok yang kerap disapa Pak Yok ini dapat dipanggil ke rumah pelanggan.
Selain itu, dia juga berjualan tanaman hias menuruti kemauan Yan Ardiansyah, putranya. Apalagi komoditas satu ini lagi banyak diburu selama pandemi COVID-19. “Ya, dari pada tidak ada aktivitas, anak saya bersama teman-teman komunitasnya ingin tetap sibuk yang menghasilkan uang. Dipilihlah jualan tanaman hias ini,” ujar Pak Yok.
“Terakhir kami ikut pameran di salah satu plaza pada pertengahan Januari 2021. Lumayan, tiap hari panitia membantu penjualan dengan cara lelang. Cuma kami belum berani kirim barang ke daerah yang jauh, soalnya takut rusak saat pengiriman. Konsumen nanti jadi kecewa,” lanjutnya.
Meski menjalani wirausaha, ketiga ofisial Persebaya ini memiliki keinginan yang sama. Mereka berharap kompetisi di Indonesia dapat segera digulirkan. Jika kompetisi tak kunjung digulirkan, tentu dampaknya sangat besar bagi pelaku sepak bola tanah air. (Laporan Kontributor Keyzie Zahir/Surabaya)