Ragam Feature Piala Dunia

Ketika Sepak Bola Mengubah Nasib: 10 Pemain di Piala Dunia 2018 dengan Masa Kecil Suram

Yusuf Abdillah - Minggu, 24 Juni 2018

BolaSkor.com - Setiap anak kecil yang bermain sepak bola bermimpi suatu saat tampil di Piala Dunia. Dan, sepak bola acap dijadikan kendaraan untuk keluar dari kesulitan.

Tak sedikit bintang sepak bola dunia yang merasakan masa kecil yang sulit. Entah itu kemiskinan, kejahatan, keluarga yang tak harmonis, hingga peperangan.

Berikut 11 pemain di Piala Dunia 2018 yang memiliki masa kecil yang suram.

1. Jakub Blaszczykowski (Polandia)

Kejadian traumatik dialami pemain yang biasa disapa Kuba ini. Saat berusia 10 tahun, Kuba menyaksikan langsung ayahnya menikam sang ibu. Saat itu, Kuba seperti kehilangan harapan. Dia tak lagi punya keinginan untuk hidup. Kuba pun kehilangan minta bermain sepak bola.

Sang ayah harus mendekam di penjara selama 15 tahun. Sejak saat itu Kuba diasuh oleh neneknya bersama kakaknya, Dawid. Pada saat inilah muncul sosok penting yang mengubah hidup Kuba. Dia adalah pamannya, Jerzy Brzeczek. Sang paman adalah kapten timnas Polandia. Dia menjadi orang yang melecut Kuba untuk kembali menggeluti sepak bola dan menemui ahli kejiwaan agar Kuba bisa lepas dari trauma yang membayanginya.

Beberapa tahun kemudian Kuba menjadi pemain yang sukses dan kini membela timnas Polandia di Piala Dunia 2018.


2. Roberto Firmino (Brasil)

Bagi Firmino bisa tampil di Piala Dunia adalah keajaiban. Karena sepak bola merupakan sesuatu yang diharamkan dalam keluarganya, sebuah kenyataan yang aneh bagi orang Brasil. "Ketika kecil orangtua tak saya bermain sepak bola. Mereka ingin saya belajar. Kadang mereka mengunci saya dalam rumah," kenang Firmino.

Selain belajar, keluarga lebih membutuhkan tenaganya untuk membantu berjualan air kelapa di pinggir jalan. Tak ada waktu buat Firmino untuk bermain bola.

Namun semua itu berubah setelah muncul sosok Marcellue Portella, seorang dokter gigi yang melihat Firmino bermain bola. Portella meminta keluarga Firmio untuk menjadi manajer sekaligus agen. Sejak saat itu Firmino makin serius menekuni sepak bola. Pada 2009, Firmino diundang mengikuti latihan oleh Olympique Marseille.

Dalam penerbangan ke Prancis, Firmino harus transit di Madrid, Spanyol. Di sinilah ujian kembali datang. Firmino tidak lolos imigrasi dan gagal melanjutkan penerbangan. Firmino pun yang saat itu berusia 17 tahun harus kembali ke Brasil. Kini saat berusia 26 tahun, Firmino terbang ke Rusia untuk membela Brasil.


3. Gabriel Jesus (Brasil)

Kisah Gabriel Jesus bisa jadi paling menarik. Ini tentunya tak lepas dari fotonya yang menjadi viral di dunia maya. Dalam foto itu, tampak Gabriel Jesus, yang tanpa alas kaki alias nyeker, saat bekerja sebagai tukang cat sedang mengecat jalanan sebagai bagian persiapan Brasil sebagai tuan rumah Piala Dunia 2014.

Saat itu Jesus, 17 tahun, sudah bermain sepak bola namun belum menjadi apa-apa. Dia bahkan belum merasakan bermain di divisi satu. Sejak kecil Jesus diasuh sang ibu Vera Lucia setelah ayahnya lari menelantarkan keluarganya.

Kini, Jesus ada di atas lapangan memakai sepatu seharga ratusa euro dan menjadi salah satu bintang selecao pada Piala Dunia 2018 di Rusia.


4. Dele Alli (Inggris)

Pemain dengan nama asli Bamidele Jermaine Alli memiliki masa kecil yang rumit. Saat berusia 13 tahun, dia tinggal bersama keluarga yang menampungnya untuk lari dari kehidupan jalanan. Alli banyak menghabiskan waktu di jalanan bersama pemabuk dan pecandu karena sang ibu selalu dalam keadaan mabuk.

Sementara sang ayah, Kehinda yang merupakan pengeran kaya asal Nigeria kabur saat Alli sepekan setelah Alli lahir. Hingga kini Alli enggan bercerita tentang masa kecilnya yang kelam. Dia lebih memilih berbicara soal sepak bola, olahraga yang membawanya menjadi bintang dan tampil mewakili Inggris di Piala Dunia 2018.


5. Juan Cuadrado (Kolombia)

Masa kecil Juan Cuadrado terbilang tragis. Pada 1992, saat berusia empat tahun, Cuadrado menyaksikan ayahnya tewas bersimbah darah saat gerombolan bersenjata mendatangi kampungnya.

Ditinggal ayah, Cuadrado hidup bersama Marcela, sang bunda, yang bekerja di perkebunan pisang dan menjual es krim. Kemudian Cuadrado diasuh pleh neneknya dan mulai menekuni sepak bola hingga saat ini tampil di Rusia, membela Kolombia.


6. Victor Moses (Nigeria)

Victor Moses adalah anak dari Austin Moses, seorang pastur di Kaduna, Nigeria. Sang ibu, Josephine setia membantu suaminya. Namun pada 2002, hidup Moses, saat itu berusia 11 tahun, berubah drastis setelah ditinggal kedua orang tuanya yang menjadi korban konflik agama. Keduanya tewas dibunuh di dalam rumah sendiri.

Peristiwa tragis itu terjadi saat Moses sedang bermain bola di jalanan. Moses kemudian berhasil melarikan diri dan meminta suaka ke Inggris. "Di manapun orang tua saya saat ini, mereka pasti bangga kepada saya," ujar Moses kepada The Guardian.


7. Luka Modric (Kroasia)

Peperangan di Kroasia berlangsung dari 1991 hingga 1995, saat Luka Modric berusia lima tahun. Masa kecilnya diselimuti suasana peperangan. Situasi yang memaksa keluarga Modric melarikan diri dari kota kelahirannya. Sang ayah adalah tentara Kroasia. Dalam perang, Modric kehilangan kakeknya yang tewas karena ledakan bom tentara Serbia. Modric yang tinggal tak jauh dari rumah sang kakek selamat.

Modric bersama sang ibu melarikan diri ke kota lain yang masih aman dari serangan pasukan Serbia. Modric dan keluarga tinggal di hotel yang menjadi tempat pengungsian. Di tempat parkir hotel inilah Modric mulai bermain sepak bola.

"Perang membuat saya lebih kuat. Itu masa yang sulut bagi saya dan keluarga. Saya tak mau hal itu membayangi hidup. Tapi, saya juga tak mau melupakannya," ujar Modric yang kini menjadi pemimpin Kroasia di Piala Dunia 2018.


8. Jamie Vardy (Inggris)

Saat usia 16 tahun, Jamie Vardy ditolak untuk bergabung klub Sheffield Wednesday. dengan alasan terlalu kecil. Dari situlah masalah mulai mendatangi Vardy. Dia acap terlibat perkelahian dan bergaul dengan orang yang salah.

Vardy masih bermain sepak bola bersama klub divisi bawah sembari bekerja di pabrik. Suatu malam saat keluar malam, Vardy terlibat keributan yang membuatnya harus ditahan polisi. Vardy pun dilepaskan namun harus memakai alat pelacak di pergelangan kakinya.

Nasib Vardy berubah saat bergabung dengan Leicester City yang menjelmanya menjadi salah satu striker subur di Premier League. Prestasi yang membawanya ke timnas Inggris. Kini pemuda berandalan itu membela Inggris di Piala Dunia 2018.


9. Casemiro (Brasil)

Setiap kali bercerita tentang masa kecilnya, Casemiro tak kuasa menahan tangisnya. Sang ibu harus bekerja keras hanya untuk membeli minuman kesukaan Casemiro. Namun, sang bunda tak ingin anaknya mengetahui kesulitan yang dijalaninya.

"Saya menghabiskan masa kecl saya di tengah kemiskinan. Namun ibu selalu bisa mengalihkan perhatian saya. Dia selalu bisa memiliki cara untuk membujuk saya pulang ke rumah saat saya merengek meminta dibelikan sesuatu. Saya pulang karena ibu tak punya uang," kenang Casemiro.


10. Alireza Beiranvand (Iran)

Bagaimana bisa selamat hidup meski dihantan kesulitan bisa dikatakan sudah menjadi makanan sehari-hari kiper Iran ini. Berisanvand lahir dari keluarga nomad. Masa kecilnya diisi dengan menggembala kambing. Bermain sepak bola saat itu hanya ada dalam impiannya. "Bertahun-tahun saya tak punya tempat untuk tidur."

Sang ayah tak mengizinkannya bermain bola. Berisanvand pun memutukan untuk
meninggalkan keluarganya dan hijrah ke ibu kota. Masa-masa awal di kota, Berisanvand harus tidur di emperan jalan dan bekerja sebagai pengantar pizza, pencuci mobil, dan pembersih di restoran.

Kini pada usia 25 tahun, Berisanvand tampil di panggung terakbar sepak bola dunia. Di sini dia menghadapi bintang-bintang macam Diego Costa dan Cristiano Ronaldo.

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait