Ketika Maurizio Sarri Kembali Menguji Kesabaran Roman Abramovich
BolaSkor.com - Dana ratusan juta pounds sudah mengalir dari kocek Roman Abramovich untuk Chelsea. Harapannya, The Blues bisa menjadi klub berprestasi. Namun, tidak jarang sang pemilik kehilangan kesabaran sehingga mendepak manajer sudah menjadi tradisi.
Chelsea menempuh segala upaya untuk mendapatkan Maurizio Sarri dari tangan Napoli. Pertama, langkah yang diambil adalah dengan melengserkan Antonio Conte dari kursi pelatih.
Keputusan tersebut bukan tanpa risiko. Sebab, Chelsea terancam membayar pesangon yang cukup tinggi karena melakukan pemutusan kontrak sebelum tenggat. Namun, keinginan yang menggebu menjadikan The Blues menutup mata.
Baca juga:
Fans Sudah Mulai Kesal dengan Permainan Chelsea, Maurizio Sarri Tetap Kalem
Chelsea 0-2 Man United: Ole Gunnar Solskjaer Lalui Catatan Kemenangan Jose Mourinho

Selain itu, Maurizio Sarri disebut-sebut mengajukan sarat kepada Chelsea jika ingin dirinya bergabung. Pelatih yang dikenal sebagai perokok berat tersebut meminta Jorginho masuk dalam gerbong yang dibawanya ke London.
Setelah menimang-nimang keputusan, Chelsea akhirnya memberikan lampu hijau. Chelsea memboyong Jorginho dengan mengeluarkan dana hingga 57 juta euro. Pada saat itu, The Blues mengalahkan Manchester City yang sudah terlebih dahulu melakukan penjajakan.
Pada awalnya, taktik Maurizio Sarri di Chelsea berjalan dengan baik. Hal itu terbukti dari catatan 12 pertandingan The Blues di Premier League yang tak pernah tumbang.
Namun, seperti cerita di negeri dongeng, kisah Maurizio Sarri di Chelsea pun bukan tanpa hambatan. Chelsea mengalami kekalahan pertama di tangan Tottenham Hotspur. Dua pertandingan berselang, Eden Hazard dan kawan-kawan kembali tersungkur. Kali ini, Wolverhampton Wanderers yang jadi biang keladi.
Setelah itu, hasil imbang dan kekalahan mulai akrab untuk Chelsea. Beberapa pengamat menilai The Blues kekurangan striker andal untuk menyelesaikan peluang menjadi gol.
Pada peruh musim, Chelsea berusaha menambal kekurangan itu dengan memboyong Gonzalo Higuain. Sementara itu, Alvaro Morata menuju Atletico Madrid.
Keputusan tersebut berbuah manis, pada awalnya. Chelsea berhasil menggasak Huddersfield lima gol tanpa balas. Higuain unjuk gigi dengan menyarangkan dua gol.
Akan tetapi, Chelsea kembali terseok-seok. Mereka menelan dua kekalahan dari dua klub asal Manchester. Pertama, skuat London Biru kalah 6-0 dari Manchester City. Sedangkan, Manchester United membuat publik Stanford Bridge terdiam usai meraih kemenangan 2-0.

Hasil tersebut memantik kemarahan suporter Chelsea. Mereka menilai taktik Sarri-ball yang sempat harum pada awal musim sudah mulai terbaca lawan.
Melihat dari permainan Chelsea, memang pandangan tersebut cukup bisa diterima. Permainan Chelsea selalu berpusat kepada Jorginho. Itu artinya, ketika Jorginho dibuat mati kutu oleh lawan, aliran bola tidak berjalan dengan baik.
Selain itu, Sarri menempatkan N'Golo Kante sedikit ke depan sebagai gelandang serang. Namun, pemain tim nasional Prancis tersebut justru kehilangan tajinya.
"Saat ini mereka tidak sepenuhnya memahami, khususnya pada babak kedua. Saat itu, seharusnya bola mengalir dengan cepat baik secara mental dan material," ungkap Sarri seperti dilaporkan laman resmi Chelsea usai dikalahkan Man United.
"Kami membutuhkan lebih banyak pergerakan tanpa bola dan lebih sedikit aksi individu. Ketika Anda melihat ruang kosong, tentu bisa menunjukkan aksi individual. Namun, ketika situasinya seperti babak kedua, kami harus mengalirkan bola lebih cepat dan perlu pergerakan tanpa bola lebih banyak. Jika hal tersebut tidak terjadi, mustahil
untuk mencetak gol," sambung sang manajer.
Meski kembali menelan kekalahan, Maurizio Sarri yakin para pemain Chelsea masih percaya kepada dirinya. Meskipun, pada sisi lain, itu bukanlah sebuah indikator untuknya.
"Saya pikir hubungan dengan pemain masih berjalan dengan baik. Tentu saja saya tidak sepenuhnya yakin, namun saya kira seperti itu. Saya pikir hubungan dengan para pemain masih berjalan baik."
"Sekarang, yang paling penting adalah bermain sebaik mungkin dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun, hubungan saya dengan para pemain masih berjalan baik," papar Sarri.
Narasi pembelaan Sarri di atas memang bisa dipahami. Tidak mudah membentuk tim kuat hanya dengan waktu singkat. Apalagi, persaingan di Premier League saat ini juga sangat ketat.
Namun, masalah utamanya adalah apakah sang pemilik, Roman Abramovich, mau bersabar menunggu Chelsea era Sarri berprestasi?

Eks pemain Chelsea, Chris Sutton, bahkan menilai waktu Sarri di Stamford Bridge hanya tinggal mengitung jam. Ia merasa aneh jika Abramovich tidak segera memberhentikan manajer 60 tahun itu.
"Sarri tak akan bertahan pada malam ini. Dia mungkin akan bertahan sampai besok pagi. Andai dia masih bertahan, Anda harus menanyakan ambisi pemilik klub," ujar Sutton seperti dilaporkan BBC.
"Saya ingat Sarri berkata kami akan lebih baik pada paruh musim. Dia menghancurkannya sendiri dengan banyak hal yang dikatakannya. Anda tidak bisa dikalahkan 4-0 oleh Bournemouth dan digerus Man City. Dia memboyong Jorginho. Mereka cuma hebat di satu liga saja."
Menilik ke belakang, masa depan Maurizio Sarri saat ini berada di ujung tanduk. Hal itu tak terlepas dari kesabaran Abramovich sebagai pemilik yang dikenal sumbu pendek.
Sejak menjadi orang nomor satu di Chelsea, Abramovich memang kerap gonta-ganti pelatih. Ketika The Blues terlihat sedikit melenceng dari apa yang diharapkan sang konglomerat, biasanya kursi pelatih mulai bergoyang.
Pelatih yang mengantarkan Leicester City meraih juara Premier League, Claudio Ranieri, menjadi yang pertama merasakan keputusan pahit Abramovich. Setelah gagal memenangi gelar, ia dipecat pada Mei 2004. Padahal, ia sudah menjadi manajer Chelsea sejak 2000.

Cerita berlanjut ke Jose Mourinho, Guus Hiddink, Carlo Ancelotti dan Roberto Di Matteo. Menariknya, keempat manajer tersebut menghadirkan gelar juara untuk Chelsea, namun Abramovich sudah bertitah.
Kondisi Sarri semakin tersudut setelah beberapa media di Inggris melaporkan ia sudah tak berkomunikasi dengan Abramovich dalam beberapa pekan terakhir. Hal tersebut diyakini tak terlepas dari hasil minor.
Pada akhirnya, Roman Abramovich lah orang terakhir yang bisa menentukan kelangsungan karier Maurizio Sarri di Chelsea. Setiap orang memang memiliki batas kesabaran. Mungkin, Abramovich punya batas yang lebih pendek dari orang kebanyakan.