Kearifan Lokal Argentina Melalui Representasi 5 Pelatih di Piala Dunia 2018
BolaSkor.com - Budaya pengembangan pelatih bukan cuma dimiliki Italia yang mengirim banyak perwakilannya di Eropa. Argentina pun demikian. Prestasi mereka boleh jadi seret sejak terakhir menjuarai Piala Dunia 1986 dan Copa America 1993, tapi, Argentina tidak pernah berhenti memproduksi pelatih berkualitas.
"Pelatih-pelatih Argentina dinilai tinggi. Mereka punya karakter yang kuat dan personalitas untuk melakukan pekerjaan hebat," tutur juara Piala Dunia 1978 asal Argentina, Mario Kempes. Pep Guardiola, yang memiliki reputasi pelatih top Eropa dengan filosofi bermainnya yang inovatif, juga memuji kualitas pelatih asal Argentina. "Jika Anda ingin belajar soal sepak bola, Anda harus bepergian ke Argentina."
Dua sosok jenius yang pernah ditemui Guardiola adalah Cesar Luis Menotti dan Marcelo Bielsa. Bagaimana hebatnya Argentina dalam memproduksi pelatih bisa dilihat pada Piala Dunia 2018, yang akan segera berlangsung pekan depan.
Ada lima pelatih yang akan berpatisipasi, yaitu: Jorge Sampaoli (timnas Argentina), Jose Pekerman (timnas Kolombia), Ricardo Gareca (timnas Peru), Hector Cuper (timnas Mesir), dan Juan Antonio Pizzi (timnas Arab Saudi).
Argentina menghasilkan pelatih-pelatih top bukan karena kursus kepelatihan yang terkenal di dunia, melainkan dari situasi setempat, yang membentuk karakter mereka. Salah satu situasi itu terjadi 17 tahun silam, kala Argentina dilanda permasalahan ekonomi besar yang meningkatkan garis kemiskinan di seluruh daerah.
"Para pelatih terbiasa bekerja dengan perubahan konteks radikal. Mereka memiliki profil yang sangat multifungsi, hingga mereka bisa beradaptasi dengan konteks-konteks baru, terutamanya ketidakjelasan. Mereka juga memunculkan solusi dengan cara yang efisien," papar Gustavo Aguilera, Eksekutif ManPowerGroup cabang Argentina. ManPowerGroup adalah perusahaan penyedia sumber daya manusia, sehingga menganalisa karakter manusia sudah menjadi pekerjaan mereka sehari-hari.
Lima pelatih yang akan bermain di Piala Dunia 2018 memiliki latar belakangnya masing-masing. Mereka juga memiliki target yang berbeda-beda, yang diberikan oleh federasi sepak bola masing-masing timnas.
1. Jorge Sampaoli
Karier sepak bolanya sangat singkat: bermain dua tahun dengan Newell's Old Boys. Tapi, Jorge Sampaoli cukup terkenal di Eropa karena pernah melatih timnas Cili, Sevilla, dan kini menangani timnas Argentina.
Sampaoli, 58 tahun, mengambilalih Argentina pada Juni 2017 menggantikan Edgardo Bauza saat Argentina di ambang tidak lolos Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Amerika Selatan. Namun dengan kualitas yang dimilikinya, Argentina sukses lolos melalui hattrick Lionel Messi ke gawang Ekuador.
Sampaoli pernah membawa Cili menjuarai Copa America 2015 saat melawan Argentina. Terinspirasi oleh gaya bermain Bielsa, Sampaoli juga memiliki kecenderungan tim yang bermain ofensif dengan kolektif dan juga bertahan dengan kolektif.
"Sampaoli selalu berada di level maksimal. Dia bekerja dengan intens dan selalu melakukannya 100 persen," ucap Messi soal Sampaoli. Kini, Sampaoli dituntut untuk membawa Argentina sejauh mungkin, paling tidak, mencapai final seperti Piala Dunia 2014 yang berlangsung di Brasil.
2. Juan Antonio Pizzi
Tim yang diasuhnya, Arab Saudi, bukan tim terkuat atau terbaik di Piala Dunia 2018. Bahkan, menempati ranking terendah dibanding 31 kontestan lainnya - peringkat 67. Tapi, Pizzi tetap optimistis dengan ketangguhan timnya untuk bertarung di Rusia nanti.
"Kami akan berada dalam kondisi bagus untuk berkompetisi," tegas Pizzi. Sebelum mengambilalih kursi kepelatihan Arab Saudi dari Bauza, Pizzi pernah melatih Valencia dan timnas Cili. Dia juga pernah bekerja sama dengan Guardiola di Barcelona pada medio 1990-an, serta mengambil kursus kepelatihan dengannya.
Arab Saudi tidak memiliki satu individu yang mencolok dengan permainan di atas rata-rata. Pizzi mengombinasikan mereka dengan kolektivitas bermain. Performa mereka nantinya dapat dilihat di laga pembuka Piala Dunia 2018 melawan tuan rumah, Rusia.
3. Hector Cuper
Mohamed Salah memang menjadi ikon, idola, dan pahlawan Mesir yang membawa mereka lolos Kualifikasi Piala Dunia untuk kali pertama sejak 28 tahun silam saat melawan Kongo. Tapi, Salah tidak akan bisa berjuang seorang diri jika tidak memiliki rekan setim yang menyokongnya. Dalam hal ini, kinerja Hector Cuper patut diacungi jempol.
Pelatih berusia 62 tahun tahu, jika Salah adalah pemain terbaik yang dimiliki timnya, dan membangun kekuatan untuk mendukungnya. Cuper mampu membungkam kritikan media yang mengkritisi pilihan taktiknya dan menjadi pahlawan Mesir.
Di antara keempat koleganya yang berasal dari Argentina dan berpatisipasi di Piala Dunia, Cuper paling berpengalaman, karena pernah melatih Mallorca, Valencia, Inter Milan, Real Betis, dan Parma. Pengalamannya itu diharapkan dapat membawa Mesir setidaknya lolos penyisihan grup.
4. Ricardo Gareca
Jika Anda bertanya-tanya, negara mana yang akan menghibur dengan permainan ofensif mereka, maka jawabannya adalah timnas Peru. Bukan cuma membawa Peru lolos ke Piala Dunia setelah 36 tahun lamanya, Ricardo Gareca juga memberikan sentuhan magisnya dengan menanamkan filosofi sepak bola ofensif.
Saat melawan Kroasia dalam laga uji coba, Peru menang 2-0 melalui permainan yang indah: operan bola pendek, sentuhan satu-dua dengan tempo bermain yang tinggi. Gareca mengubah Peru, yang tadinya memiliki masalah indisipliner, dengan permainan memukau seperti halnya Peru di Piala Dunia 1970. Kala itu mereka menembus perempat final.
5. Jose Pekerman
Enam tahun melatih timnas Kolombia, Jose Pekerman memperlihatkan kehebatannya saat membawa Kolombia mencapai perempat final di Piala Dunia 2014. Gelandang serang Kolombia, James Rodriguez, menjadi pemain terbaik turnamen dengan torehan enam golnya saat itu.
Sebelum melatih Kolombia, Pekerman pernah melatih timnas Argentina U20 dan timnas Argentina senior. Pekerman juga tidak muluk-muluk menerapkan strategi kepada timnya, dengan fokus menjaga kedisiplinan dan solid membangun pertahanan. Formasi favorit Pekerman adalah 4-2-3-1.