Jurnalis Olahraga Indonesia di Tengah Pandemi Virus Corona: Kangen Liputan dan Niat Setelah Kondisi Normal
BolaSkor.com - Beberapa bulan belakangan, dunia dihebohkan dengan pandemi virus corona atau yang dikenal juga dengan nama COVID-19. Bukan tanpa alasan, semakin hari penyebaran virus tersebut semakin tidak terkendali.
Hingga tulisan ini ditulis, berdasarkan data dari situs worldometers, hampir satu juta jiwa telah terpapar virus tersebut. Dari jumlah yang ditulis itu, 19 persen di antaranya atau sekitar 49 ribu jiwa meninggal dunia.
Kepanikan terjadi akibat pandemi yang awalnya bermula di Wuhan, China, tersebut. Mulai dari sektor ekonomi, pariwisata, hingga olahraga terdampak pandemi virus corona. Tidak hanya di satu atau dua negara dan satu atau dua cabang olahraga saja bahkan.
Baca Juga:
Olimpiade 2020 Ditunda, Pelatih Ganda Putra Susun Agenda Latihan Baru
Sejumlah kompetisi olahraga terkena dampak virus corona. Mulai dari ajang balap seperti F1 dan MotoGP, sepak bola, basket, bulu tangkis, dan lain-lain. Bahkan, ajang sekelas Olimpiade dan Piala Eropa sampai harus “mengalah” kepada virus corona.
Di Indonesia liga voli paling bergengsi, ProLiga, sudah menghentikan kompetisi. Sementara itu, IBL (basket) dan Liga 1 (sepak bola) masih mengalami penangguhan. Dari sektor bulu tangkis, Indonesia Open berpeluang mengalami pemunduran setelah PBSI mengirimkan surat kepada BWF.
Penundaan berbagai kompetisi olahraga baik di tingkat lokal maupun internasional tersebut rasanya sudah masuk akal. Seperti yang sudah ditulis di atas, hampir 1 juta jiwa terpapar virus corona yang sekitar 1700 di antaranya berada di Indonesia.
Tak ada kegiatan olahraga tentunya menjadi kendala sendiri bagi para jurnalis olahraga di Indonesia. Kesulitan mencari berita menjadi hal yang lumrah selama penundaan kompetisi akibat virus corona. Lantas, apa saja yang dilakukan oleh jurnalis olahraga di Indonesia selama masa ini?

“Ya tetap kerja lah bro. Kemarin juga sempat ikut jadi panitia penyemprotan disinfektan di komplek. Ya tetap membuat berita, tetapi memang secara kuantitas bisa dibilang menurun. Kesulitan mencari bahan, asli banget,” ujar salah seorang jurnalis olahraga, Donny Adhiyasa.
“Bosan, melakukan kegiatan yang itu-itu saja. Kalau dari sudut pandang wartawan olahraga ya wabah corona ini seperti 'bencana'. Karena bahan berita nasional berkurang drastis lantaran hampir semua kompetisi dihentikan lalu penundaan Olimpiade turut membuat kami kesulitan mencari bahan berita. Menanyakan persiapan atlet sementara Olimpiade ditunda setahun itu sangat tidak relevan,” kata jurnalis olahraga lain, Arief Apriadi.

“Lumayan agak susah nih, mana pertandingan pada berhenti kan. Jadi agak lebih memutar otak. Apalagi wawancara pakai telepon dan chat hanya begitu. Hidup lebih teratur sih, misal bangun pagi beres-beres, kadang olahraga,” kata Ragil Irmalia, juga jurnalis olahraga.
“Bisa dibilang kesulitan mencari bahan. Tetapi sampai saat ini untung narsum masih pada baik. Walaupun otak dipaksa bekerja lebih keras dari biasanya. Sampai saat ini narsum masih oke semua, kalau teleponku tidak diangkat, mereka telepon balik,” jurnalis olahraga, Willa Wildayanti, seolah mengiyakan jawaban rekan-rekannya.

Jawaban sedikit berbeda dilontakan oleh Arief Hadi, “tidak juga sih, karena pembahasan saya soal sepak bola internasional, bahan tetap ada. Selain straight news, komen-komen, banyak yang bisa diolah seperti trivia, profil, nostalgia, dan olah data atau statistik."
Biasa mencari berita dan beraksi di lapangan, tentunya para jurnalis memiliki kerinduan terhadap suasana liputan. Para jurnalis yang dihubungi oleh BolaSkor.com ini mengungkapkan hal yang mereka rindukan serta apa yang akan mereka lakukan pasca pandemi virus corona usai.
“Kangen ngumpul bareng teman, nge-gym, nonton midnight sama teman-teman. Kalau mau ke pasar tidak seperti mau jihad. Setelah corona selesai mau potong rambut dan facial. Sama nge-gym kalau buka lagi. Kan sudah bayar member, masa tidak dipakai kan rugi,” ungkap Ragil.

“Kangen rutinitas sih, nongkrong bareng temen, liputan, wawancara narsum secara langsung. Juga kangen Media Center Kemenpora hahaha. Setelah corona? Ya biasa aja, paling perayaan kecil-kecilan. Nonton bioskop kali ya? Hahaha,” tutur Arief Apriadi.
“Kalau corona selesai? Mau pulang kampung terus salaman sama banyak orang. Setelah itu tidur di tumpukan masker. Satu lagi, gak mau cuci tangan, bosan tahu, hahaha,” kata Donny sembari berkelakar.
“Pertandingan sepak bola dari sisi pekerjaan. Kalau dari sisi personal, kangen ngopi sama teman sekian kerja di luar rumah. Selama 30 tahun hidup, baru sekarang mengalami ini. Semoga virus corona cepat berakhir. Nanti ingin main futsal, ngopi sama teman, ngetik di luar rumah, yang paling penting, bersyukur,” kata Arief Hadi.

Willa memiliki kerinduan yang cukup unik, yakni dikejar deadline. “Kangen dikejar deadline dan bilang sau artikel lagi baru makan. Sekarang habis makan bisa tiduran dulu. Setelah corona mau nongkrong di Gelora Bung Karno sepuasnya hahaha. Terus bikin Tiktok bareng wartawan Kemenpora, kemarin belum kesampaian hahaha,” pungkasnya.