Hakim Ziyech, Rekrutan Anyar Chelsea, Maestro Asal Maroko dengan Sentuhan Total Football
BolaSkor.com - Rabu, 24 April 2019, pada menit 41 di Johan Cruyff Arena, Hakim Ziyech melepaskan kawalan bek Vitesse dengan cara yang cerdik: melihat Dusan Tadic melepaskan umpan silang, Ziyech melakukan gerak tipu ke kiri lalu tiba-tiba berbalik ke kanan dan mengonversi umpan Tadic menjadi gol.
Ziyech mencetak gol ke-20 musim ini di seluruh kompetisi bersama Ajax Amsterdam dan ini kali pertama dilakukan dalam karier profesionalnya. 20 gol dan 20 assists pada musim 2018-19. Ziyech menjalani karier terbaiknya dengan Ajax.
Pemain berusia 27 tahun merupakan salah satu 'berlian' dalam skuat Ajax arahan Erik ten Hag kala itu yang mendapat perhatian lebih dari pemandu bakat klub-klub top Eropa. Ziyech di kategori yang sama dengan Matthijs de Light, Frenkie de Jong, Andre Onana, dan David Neres.
Baca Juga:
Hakim Ziyech hingga Keita Balde: 8 Pemain Afrika yang Dapat Meramaikan Premier League
Total Football 2.0 yang Mengubah Ajax Menjadi Pembunuh Raksasa
Inter Terlibat Persaingan dengan Liverpool dan Barcelona dalam Upaya Merekrut Ziyech
Kiprah Ajax pada musim 2018-19 memang mencuri perhatian pecinta sepak bola Eropa, media, dan pengamat sepak bola. Bagaimana tidak, Si Anak-anak Dewa - julukan Ajax - mengakhiri musim dengan double winners Eredivisie dan Piala KNVB, serta mencapai semifinal Liga Champions untuk kali pertama sejak 1995.
Suporter Ajax saat itu benar-benar dibawa terbang tinggi melihat performa tim yang seperti raksasa tengah tertidur. Maklum saja Ajax kekuatan yang disegani di masa lalu.
Di tengah impitan klub-klub kaya raya yang gemar mengoleksi bintang top Eropa untuk mengejar prestasi instan, Ajax masih tetap berpegang teguh dengan prinsip yang mereka miliki.
Ajax tetap setia mengorbitkan produk akademi dan memberinya kesempatan mentas di tim utama, plus tetap setia memainkan sepak bola ofensif yang sudah ditanamkan dari era Rinus Michels (medio awal 1970-an).
Ziyech beruntung terlahir di Dronten, Belanda, meski darah asli Maroko mengalir dalam tubuhnya. Tempaan sepak bola Belanda mengasahnya jadi pesepak bola yang cerdas hingga dia layak dijuluki sang maestro dari Maroko.
"Ziyech salah satu pemain yang selalu bermain sangat baik tiap musimnya. Dia tipe pemain yang jika Anda melihatnya beraksi maka Anda akan bahagia," ucap mantan gelandang serang Ajax, Steven Pienaar.
"Dia pesepak bola yang sempurna, tapi under rated (tidak terlalu disorot meski bagus), Anda tahu, jika dia bukan orang Eropa, Anda akan selalu dinilai under rated."
Chelsea Memenangi Perburuan atas Pemain yang Spesial
Sempat dibidik oleh sejumlah klub Eropa dari Manchester City, Bayern Munchen, Manchester United, Arsenal, AS Roma, hingga Liverpool, justru Chelsea yang tidak diperhitungkan memenangi tanda tangannya.
Jauh sebelum virus corona menyerang dunia Chelsea telah mengonfirmasi keberhasil merekrut Ziyech pada Februari 2020 dengan banderol 40 juta euro. Ziyech kabarnya direkrut untuk lima tahun kontrak.
Ziyech dan Chelsea sudah saling mengenal satu sama lain melalui pertemuan di fase grup Liga Champions 2019-20. Ajax kalah 0-1 di markas mereka, lalu bermain dramatis ketika imbang 4-4 di Stamford Bridge.
Keberhasilan Chelsea merekrut Ziyech turut diapresiasi eks pelatih Ajax, Louis van Gaal. Dengan yakin dia menilai Chelsea merekrut pemain yang spesial.
"Dia telah berkembang pesat di Ajax. Tidak begitu banyak dalam kreativitas, tetapi sebagai pemain tim," ucap Van Gaal.
"Publik mulai menyadari bahwa dia bekerja sangat keras untuk pemain kreatif. Dan kemudian dia juga mencetak gol dan memberi assist. Itu membuatnya sebagai pemain yang istimewa," imbuh dia.
Tidak salah Van Gaal - dengan rekornya mengembangkan pemain muda di masa lalu, catatan di Whoscored memberinya rating 8,50 dan ini jadi penilaian tertinggi di antara pemain-pemain yang berkiprah di Eredivisie pada musim 2018-19. Ziyech punya keunggulan hampir di segala sisi ofensif.
Lemah dalam melakukan tekel, Ziyech dapat mengkreasikan serangan dengan kaki kidalnya, mengirim umpan akurat dengan visi bermainnya, mencetak gol, mengambil tendangan bebas, dan bermain di banyak posisi di lini depan.
Pergerakannya yang fleksibel membuat lawan kesulitan menghentikannya jika menerapkan penjagaan satu lawan satu. Posisi idealnya adalah penyerang sayap kanan.
Di posisi itu Ziyech bisa menjadi inverted winger atau penyerang sayap yang kerap melakukan penetrasi ke area 16 meter dari sisi sayap, atau mengelabui lawan dengan memberikan umpan silang.
Pada Eredivisie 2018-19 Ziyech punya catatan tendangan per laga terbanyak pada poin 5,4 di atas 4,4 striker PSV, Luuk de Jong. Plus, Ziyech menorehkan assist terbanyak dengan jumlah 12 assists - sama dengan Dusan Tadic.
Tambahan lainnya adalah kelebihan Ziyech yang tidak malas untuk membantu tim dalam fase bertahan, mengejar lawan dan coba merebut bola. Tak diragukan lagi Ziyech bisa jadi aset berharga untuk Chelsea.
Alasan Memilih Maroko ketimbang Belanda

Bak kacang tak lupa kulit, Ziyech, sama seperti Moubarak Boussoufa, Karim El Ahmadi, Nordin Amrabat, dan Sofyan Amrabat, mengingat baik DNA asli mereka sebagai pemain-pemain berdarah Maroko yang lahir di Belanda.
Mereka punya 1001 alasan untuk memperkuat Belanda yang selalu dianggap negara besar sepak bola di Eropa dan tentu saja, mendapatkan sorotan dan kans meraih trofi lebih besar. Tapi, mereka lebih memilih Maroko, termasuk Ziyech.
“Federasi sepak bola Maroko telah mendekati saya selama bertahun-tahun. Saya lahir di sini (Belanda), tapi asal muasal keluarga saya dari sana (Maroko)”, tutur Ziyech di tahun 2015, ketika ia memilih memperkuat Maroko ketimbang Belanda.
Pilihan itu sempat mendapatkan respons keras dari ikon sepak bola Belanda, Marvo van Basten. “Bodohnya Anda, lebih memilih Maroko padahal kamu berpeluang besar dipanggil (timnas) Belanda,” cetus Van Basten.
Apa boleh buat, Van Basten. Ziyech memang sempat memperkuat timnas Belanda U-19 hingga U-21, tapi, loyalitasnya ada pada negara tempat keluarganya berasal.

Hubungan buruk Van Basten dengan Ziyech pun terungkap tak lama dari momen tersebut. Ternyata, Ziyech pernah kecewa dengan Van Basten, yang melatih Heerenveen pada medio 2012-2014, dan kala itu (2012) Ziyech ada di tim junior Heerenveen.
"Dia sempat akan meminjamkan saya di musim pertama saya, dan mengucap berbagai janji. Namun, setelah itu ia tidak berbicara lagi dengan saya, tanpa alasan yang jelas. Van Basten merupakan legenda di sini, tapi ia bukan pelatih yang bagus" papar Ziyech kepada Fox Sports Belanda.
Tiga tahun berlalu dan Ziyech bisa dengan bangga memperlihatkan pilihannya itu tidak salah: Maroko bermain di Piala Dunia 2018 dan Belanda hanya menjadi penonton. Sampai saat ini, Ziyech sudah menorehkan 23 caps dan 12 gol dengan timnas Maroko.