Sosok Feature Berita

Fernando Torres, Pelaku Sejarah Tinta Emas Kesuksesan Spanyol di Eropa dan Dunia

Arief Hadi - Jumat, 21 Juni 2019

BolaSkor.com - "Bagi Fernando Torres, ini mimpi jadi nyata. Saya tidak pernah memberikannya apapun dengan gratis, tapi dia mewakili kami (Atletico Madrid) di segala hal. Dia meninggalkan warisan besar untuk rekan setim, untuk klub."

Diego Simeone, pelatih Atletico Madrid, merespons keputusan Fernando Torres kala meninggalkan Atletico untuk kali kedua dalam kariernya yang panjang pada 2018. Torres pergi dari Eropa menuju klub Jepang, Sagan Tosu.

Meninggalkan Eropa, pada usia 34 tahun, sudah dapat dianggap sebagai akhir dalam perjalanan karier Torres yang sudah dimulai sejak 2001. Benar saja, setahun bermain di Jepang, Torres menyatakan pensiun sebagai pesepakbola profesional.

"Setelah 18 tahun yang mengasyikkan, saatnya yang tepat untuk mengakhiri karier saya. Minggu tanggal 23, pukul 10:00 pagi waktu Jepang, saya akan mengadakan konferensi pers di Tokyo untuk menjelaskan detailnya. Sampai jumpa," ungkap Fernando Torres di Instagram.

Fernando Torres dengan jersey Sagan Tosu

Kabar pensiunnya Torres barangkali tidak cukup mengejutkan karena ia sudah dianggap 'pensiun' ketika pergi ke Jepang tahun lalu. Kendati demikian, benar apa yang telah diucapkan Simeone kala berkata "Dia (Torres) meninggalkan warisan besar".

Torres memang meninggalkan warisan besar. Bukan hanya untuk Atletico, tapi juga untuk Liverpool, Chelsea, timnas Spanyol, dan pecinta sepak bola Eropa. Fans akan terus mengenang amukan Torres kala tengah prima mencetak gol - seperti julukannya: El Nino.

Terbentuk dari akademi Atletico Madrid pada medio 1995-2001, Torres menjadi kapten di tim utama Atletico pada musim 2003-04 pada usia 19 tahun. Selama enam tahun Torres bermain untuk Los Colchoneros di periode pertama membela klub.

Liverpool datang membelinya seharga 20 juta poundsterling pada 2007. Empat tahun bermain untuk The Reds, Torres menorehkan 81 gol dari 142 laga dan membentuk duet maut di lini depan bersama legenda hidup Liverpool, Steven Gerrard.

Fernando Torres

Pada 2011, Chelsea membelinya dengan rekor transfer Inggris kala itu sebesar 50 juta poundsterling pada Januari 2011. Produktivitas gol Torres di Chelsea tidak sehebat di Liverpool, tapi, dari segi perolehan trofi Torres lebih berjaya di sana.

Satu titel Piala FA, Liga Champions, dan Liga Europa diraih Torres bersama The Blues. Satu momen paling berkesan dan diingat darinya terjadi di semifinal Liga Champions 2011-12 melawan Barcelona di Camp Nou.

Torres mencetak gol krusial kala sebagian besar pemain Barcelona maju ke depan. Melalui serangan balik bola lambung ke depan, Torres onside, berlari mendekati Victor Valdes, mengecohnya, dan mencetak gol.

Pasca membela Chelsea, Torres sempat memperkuat AC Milan (2014-2016) sebelum kembali ke Atletico pada periode kedua. Kesempatan kedua berakhir manis untuk Torres. Dia meraih titel Liga Europa pada musim 2017-18.

Tinta Emas Sejarah Sepak Bola Spanyol

Tidak ada yang meragukan lagi bahwa periode 2008 hingga 2012 merupakan masa keemasan timnas Spanyol. Diperkuat sebagian besar pemain Barcelona yang digembleng dengan filosofi tiki-taka ala Pep Guardiola, Spanyol jadi tim terbaik di dunia.

Berbekal Fernando Torres yang lincah, cepat, dan berbahaya di lini depan, Spanyol juga memiliki David Villa. Ditopang oleh gelandang-gelandang kreatif semisal Andres Iniesta, Xavi Hernandez, Sergio Busquets, Xabi Alonso, serta lini belakang yang dipimpin Iker Casillas dan Carles Puyol, Spanyol sangat mengerikan pada periode itu.

Spanyol mengukir sejarah melalui dua titel Piala Eropa (2008 dan 2012) dan satu titel Piala Dunia pada 2010. Peran Torres sangat besar terlibat ketika ia mencetak gol ke gawang Jerman di final Piala Eropa 2008.

Golnya itu memberikan kemenangan sekaligus titel besar pertama sejak Piala Eropa 1964. Lalu pada 2012, Torres mencetak satu gol dan memberikan assist ketika Spanyol menang 4-0 atas Italia di final. Dua momen besar itu menjadikan Torres sebagai pahlawan nasional Spanyol.

Pada perhelatan Piala Dunia 2010, Torres disertakan ke dalam skuat tapi tak banyak bermain karena cedera. Kendati demikian, Torres pada akhirnya tetap mengangkat trofi prestisius yang hanya diberikan kepada jawara selama sekali dalam empat tahun.

Fernando Torres

Kompatriotnya, Pedro Rodriguez, memang lebih beruntung menyabet seluruh trofi bersama klub-klub yang dibelanya dan juga timnas Spanyol, tapi, warisan Torres di sepak bola Eropa juga besar.

Cukup lihat tangisan Torres dan fans Atletico ketika mengadakan perpisahan besar-besaran di Wanda Metropolitano pada Mei 2018.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada banyak orang. Banyak di antara Anda yang membantu saya sampai ke sini. Untuk memulainya, mereka yang ada di divisi tiga (sepak bola Spanyol), khususnya Luis Aragones," tutur Torres kala itu.

"Saya ingin menyebutkan kakek saya. Juga, kepada keluarga, orang tua, dengan mereka yang perjuangannya mampu membuat anak-anak mewujudkan impian mereka."

Fernando Torres

"Kepada ayah saya yang telah mengajari saya nilai-nilainya. Terima kasih, ayah. Saudara laki-laki saya, Israel, saudara perempuan ... istri saya, yang telah menjadi pilar kehidupan, menenangkan saya dan selalu ada untuk saya."

"Juga untuk mereka yang memberi saya saran, mereka telah melakukannya sejak saya berusia 17 tahun. Mereka tahu siapa mereka sebenarnya. Kepada rekan setim, staf kepelatihan, tiga setengah tahun belakangan ini menjadi tahun yang sangat hebat dan saya bangga jadi bagian grup."

"Terima kasih kepada keluarga Atletico. Saya tahu saya selalu ingin bermain di sini dan rasakan kehormatan mengenakan jersey selama lebih dari 400 laga. Sangat sulit mengetahui inilah akhirnya," pungkasnya.

Datang sebagai pemuda yang ambisius mencapai puncak dunia, Torres telah menjadi pria sejati setelah bertualang di Inggris. Terima kasih atas warisan dan kenangan indah yang Anda berikan, Fernando "El Nino" Torres.

Bagikan

Baca Original Artikel