Basket Sports Sosok Feature

Diary Depresi dan Doa yang Iringi Kesuksesan Anthony Edwards

Budi Prasetyo Harsono - Kamis, 19 November 2020

BolaSkor.com - Setiap Sabtu, terdapat lima orang dalam sebuah mobil keluarga. Di barisan paling depan, sang ibu menyanyikan lagu R&B sementara si nenek tidak mengerti apa yang dinyanyikan diiringi tawa dari cucu-cucunya.

Ritual yang mereka lakukan selama bertahun-tahun adalah pergi ke Lockwood Drive menuju restoran favorit mereka, Golden Corral. Keluarga itu selalu masuk ke restoran tersebut dengan ceria.

Sepulangnya dari restoran tersebut, nenek merawat anaknya yang terkena penyakit kanker. Penyakit yang sama yang dia derita selama bertahun-tahun, tetapi menyebar lebih cepat di sang anak.

Sementara itu, cucu-cucunya langsung pergi ke halaman belakang mereka. Di sana, ketiga cucu si nenek bermain basket dengan si bungsu selalu mengalahkan kakak-kakaknya.

Baca Juga:

Hasil Ronde 1 NBA Draft 2020: LaMelo Ball Batal Jadi First Pick

Hijrah ke Australia dan Karier Berliku LaMelo Ball

Anthony Edwards

Sampai akhirnya suatu malam si bungsu membuat keputusan berani. Dia mengambil spidol berwarna hitam dan menuliskan "calon McDonald All American" dan "calon pemain NBA".

Keputusan yang awalnya membuatnya hampir dimarahi oleh nenenknya, tetapi justru menerima doa, "kamu telah memiliki tujuan untuk masa depan anak muda, saya harap kamu bisa meraihnya."

Doa yang terkabul bertahun-tahun kemudian, setelah si cucu bungsu, Anthony Edwards, terpilih menjadi first pick pada NBA Draft 2020. Sayang, nenek dan ibunya telah meninggal dunia terlebih dulu.

Nenek dan ibu Edwards berpulang pada 2015 karena menderita kanker. Keduanya meninggal dunia dalam selisih waktu delapan bulan pada tanggal lima.

Keputusan yang sama yang membuat Edwards memilih nomor punggung lima sejak saat itu. Baru berusia 14 tahun, dia diasuh oleh kedua kakaknya, Antoinette dan Antoine.

Bakat yang Diiringi Kerja Keras

Anthony Edwards

Menjelang NBA Draft 2020, Edwards digadang-gadang akan menjadi tiga pilihan pertama. Bakatnya disandingkan dengan Victor Oladipo, Donovan Mitchell, Russell Westbrook, atau James Harden.

Kepergian ibu dan neneknya bukan hanya membuat Edwards kehilangan dua orang yang dicintai. Namun dari segi ekonomi pun hidupnya menjadi serba kekurangan.

"Hanya ada dua orang yang selalu berjuang untuk saya, tetapi semuanya sudah berakhir. Tidak ada orang lain yang mengerti soal mimpi saya," kenang Edwards sambil berkaca-kaca.

Berbeda dari kebanyakan orang, Edwards sudah harus bekerja lebih keras sejak usia muda. Dia sudah kehilangan dua orang yang dicintainya ketika baru berusia 14 tahun.

Dukungan dari ibu dan neneknya selalu mengalir. Sang ibu, Yvette, dan nenek, Shirley, selalu menyaksikan Edwards bertanding. Yvette tidak ragu-ragu memarahi putranya dari bangku cadangan.

Hal yang sama membuat rekan-rekan setim Edwards saat itu hadir di pemakaman Yvette. Pun demikian ketika Shirley meninggal dunia tujuh bulan berselang.

"Saya ingin membuat mereka berdua bangga," demikian kalimat yang didengar oleh Antoine keluar dari mulut Edwards. Kalimat yang akhirnya berhasil dia penuhi lima tahun berselang.

Perlahan tapi pasti, Edwards berhasil membuat ibu dan neneknya bangga. Minnesota Timberwolves memilihnya sebagai first pick ketimbang LaMelo Ball.

Dengan menjadi first pick pada NBA Draft 2020, pebasket kelahiran Atlanta itu maju selangkah untuk meraih mimpi. Kini, Edwards tinggal membuktikan diri di pentas NBA.

Bagikan

Baca Original Artikel