Di Miami Heat, Si Anak Bengal Jimmy Butler Menemukan Rumahnya
BolaSkor.com - Pebasket Miami Heat, Jimmy Butler, lolos ke Final NBA untuk kali pertama sepanjang kariernya. Siapa sangka Butler bisa memimpin Heat ke final setelah sebelumnya sempat disebut kanker di ruang ganti.
Diremehkan bukan hal baru bagi Butler. Sejak masuk ke NBA pada 2011, dia menjadi pilihan ke-30 dan bermain untuk Chicago Bulls. Butler membuktikan diri dengan Most Improved Player 2015.
Delapan tahun membela Bulls, perjalanan karier Butler berubah pada 2017, saat ditrade ke Minnesota Timberwolves. Namun, di sana banyak drama justru mengiringinya.
Baca Juga:
Jelang Final NBA: Nostalgia LeBron James, Ambisi Lakers, dan Kejutan Heat

Media-media di Amerika Serikat mengabarkan Butler tidak akur dengan rekan-rekan setimnya. Bahkan, sejumlah pemain Timberwolves ditengarai menyebutnya sebagai "kanker di ruang ganti."
Padahal Butler sampai menolak bermain di All Star demi memprioritaskan Timberwolves. Hasilnya, pebasket asal Texas itu pun meminta untuk kembali ditrade.
Kali ini giliran Philadelphia Sixers yang menampung Butler. Memang suasana tidak sepanas di Timberwolves, tetapi dia belum menemukan kembali performa terbaiknya.
Sampai akhirnya datang tawaran dari Heat. Mulai dari media sampai fans mempertanyakan keputusan merekrut Butler, pemain yang dianggap bisa merusak keharmonisan ruang ganti.
Meski demikian, keputusan Pat Riley sudah bulat. Dalam perkenalan Butler, bahkan Riley mengatakan alasannya merekrut sang pemain, "kami ingin menang, bukan kemenangan biasa, tetapi menang besar."
Riley seolah melihat sisi Butler yang tidak disadari oleh orang lain. Ya, tim mana pun yang dibela oleh pebasket 31 tahun tersebut mengalami peningkatan performa.
Dimulai dari Timberwolves. Sebelum Butler datang ke sana, mereka sudah 16 tahun gagal lolos ke playoff. Butler membantu Wolves melaju ke playoff sebelum ditrade.
Demikian juga saat Butler pindah ke Sixers. Dengan bantuannya, Sixers hampir lolos ke Final Wilayah Timur NBA untuk kali pertama sejak 2001.

Menariknya terdapat benang merah dari kedua tim tersebut, baik Timberwolves maupun Sixers sama-sama hancur setelah Butler pindah. Padahal, dia kerap menjadi kambing hitam.
Timberwolves dua musim beruntun gagal lolos ke Playoff NBA sejak Butler pergi. Sementara itu, Sixers bagai tak bertaring di babak pertama playoff musim ini,
Keberhasilan Butler membantu Heat ke Final NBA seolah menjadi ajang pembuktiannya. Bukan dia yang menjadi biang kerok, melainkan lingkungan klub yang tidak bersahabat.
Di Heat yang membuatnya serasa di rumah, Butler mampu menunjukkan kemampuan maksimal. Tantangan berat menantinya di final karena menghadapi LeBron James dan Los Angeles Lakers.