Dewi Putri Sungging Sari: Bangkit dari Cedera ACL, Juara Lima 2019, dan Lanjutkan Cita-cita
BolaSkor.com - Prestasi tim Sahabat Semarang di kompetisi basket putri Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Salah satunya berkat andil salah satu pemain bintang mereka, Dewi Putri Sungging Sari.
Namun tahun lalu, pemain kelahiran Semarang, 17 Mei 1997 tersebut baru saja mengalami cedera ACL. Alhasil ia baru saja menjalani operasi ACL di Filipina.
Ketika cedera ACL ini dirasakannya, orang tua terutama ayahnya sudah melarang keras kepada Sungging untuk tidak bermain basket lagi. Tidak hanya ayahnya, pacarnya juga sangat serius menanggapinya bahkan hingga belajar anatomi tubuh manusia tubuh.
Hebatnya setelah cedera, penampilan Sungging menjadi semakin cemerlang. Salah satunya berhasil meloloskan tim 3x3 putri Jateng ke PON 2020.
Dirinya pun mengakui bahwa hal di atas terjadi karena dukungan yang didapatnya selama mengalami periode sulit dan tidak adanya sikap saling menyalahkan satu sama lain.
Baca Juga:
Dewi Putri Sungging Bicara Ballon D'or 2019: Ronaldo atau Messi Lagi?
Dewi Putri Sungging Sari Bicara Pengalaman Memperkuat Timnas dan Prediksi SEA Games 2019

Bangkit dari ACL
Tahun 2015 merupakan kali pertama kali Sungging kena cedera ACL dan terulang di tahun 2018. Menurutnya empat tahun lalu, ia urung melakukan operasi lantaran kondisi ACL belum benar-benar putus.
Adalah pertandingan play-off Srikandi Cup 2017-2018 antara Sahabat Semarang menghadapi Merah Putih Samator Jakarta pada 18 April 2018 menjadi mimpi buruk bagi Sungging.
Peraih medali emas PON 2016 itu mengalami benturan, senyum yang selalu hadir di bibirnya menghilang kali ini, sambil tertunduk dan mengerang kesakitan, Sungging berjalan ke luar lapangan.
"Saat babak play-off Srikandi klub di Cirebon waktu lawan Samator Jakarta, kejadiannya tidak sengaja tertabrak lawan dan ACL-nya putus. Langsung dioperasi di Filipina pada bulan Mei 2018," cerita Sungging.
Sungging berada di Filipina selama kurang lebih 1-2 pekan untuk terapi. Tujuannya agar pada saat kembali ke Indonesia mempermudahnya untuk jalan. Setelah kembali ke Tanah Air, Sungging harus menjalani terapi seminggu 5-6 kali.
Sayangnya, Sungging ceroboh, saat dikatakan dokter perkembangan pemulihan cederanya bagus, tidak lama kemudian ia langsung kembali ke Lapangan untuk bermain. Imbasnya cedera ACL lagi-lagi kambuh.
Namun, perjuangan Sungging tidak pernah percuma. Meski baru kembali dari cedera, Sungging berhasil membawa tim Universitas Pelita Harapan menjuarai Liga Mahasiswa (LIMA) 2019.

Emas PON 2016 dan Bukti Kecintaan Sungging terhadap Basket
Tak hanya membawa tim Universitas Pelita Harapan menjuarai Liga Mahasiswa (LIMA) 2019, Sungging telah melewati banyak momen suka maupun duka. Seperti pada saat PON 2016. Dia harus dihadapkan dua pilihan yaitu antara kuliah atau basket.
Padahal dirinya lulus SMA pada tahun 2015, sedangkan apabila mengambil PON Jateng harus dikarantina selama satu tahun penuh. Setelah melalui banyak pertimbangan, Sungging matang untuk menunda kuliahnya selama satu tahun dan mengikuti PON 2016.
"Sebenarnya bosen juga di situ (periode latihan menuju PON 2016). Setiap hari hanya latihan, bangun, terus nyuci dan rutin seperti itu setiap saatnya. Latihan nya juga berat kadang sehari latihan dua kali atau tiga kali," Sungging mengenang.
"Kalau sudah tinggal satu bulan, latihan rutin setiap hari dan sehari tiga kali. Untungnya hal itu terbayar lunas dan berhasil membawa Jateng peroleh emas," tambahnya.
Medali emas PON 2016 menjadi hadiah sekaligus pembuktian Sungging kepada Papa dan Mama-nya. Maklum awalnya pebasket yang pernah memerkuat tim nasional U-16 ini sempat mendapat larangan menekuni basket.
"Ketika masuk SMP (sekolah menengah pertama), Mama dan Papa sempat melarang saya bermain basket. Mereka kayaknya ingin anaknya ini mengikuti kegiatan yang lebih feminim," ujar Sungging.
“Pas dapat medali ini, di tengah banyaknya orang, saya bisa ngeliat Papa, dia senyum terus kasih acungan jempol. Di situ tidak terlupakan sekali, rasanya bangga,” tutur penggemar Mario Wuysang tersebut.
Selain basket, Sungging juga memiliki impian lain. Ia berharap bisa menjadi diplomat hebat suatu hari nanti. Demi mencapai tujuan itu, Sungging menempuh pendidikan di Universitas Pelita Harapan jurusan Hubungan Internasional. Saat ini, Sungging sudah berada di tahun terakhir.
"Ketika kali pertama tahu bagaimana pekerjaan seorang diplomat, saya tidak berpikir dua kali untuk mengambil jurusan Hubungan Internasional. Cita-cita saya ingin bisa memperkenalkan budaya Indonesia di dunia internasional suatu saat nanti," tutur Sungging.
Pandangan Terhadap profesi dan Timnas Basket Putri Indonesia
Pada kesempatan ini, Sungging turut menceritakan bahwa basket putri di Indonesia sedang naik daun. Salah satu indikasinya, dua SEA Games terakhir, timnas basket putri selalu mendapatkan medali. "Padahal kita ketahui, terakhir timnas basket putri berhasil bawa medali pada saat SEA Games 1997," cerita Sungging.
Hanya saja ketika ditanya apakah menjadi pebasket putri profesional merupakan profesi yang menjanjikan atau tidak, Sungging mengatakan bahwa hal tersebut kembali lagi kepada pribadi masing-masing.
Tetapi untuk dirinya masih belum bisa dikatakan menjanjikan apalagi dibandingkan dengan basket pria. Salah satu hal yang bisa dilihat adalah sponsor yang mendukung kompetisi basket wanita masih sangat kurang, contohnya dari Srikandi Cup.
"Srikandi Cup ini sendiri ada bukan karena Sponsor, melainkan inisiatif dari klub basket putri di Indonesia. Hal ini terjadi karena keresahan kompetisi yang sedikit untuk pebasket putri," ucap wanita yang sedang mengambil skripsi di kampus UPH, jurusan Hubungan Internasional.* (Alexander Matthew)
Video Wawancara Eksklusif BolaSkor.com dengan Dewi Putri Sungging Sari: