Cerita Jeni Susilo Menyatukan Hati dengan Pistol demi Asian Para Games 2018
BolaSkor.com - Akhir 2017 menjadi momen yang mengubah hidup Jeni Susilo. Pada kesempatan tersebut, Jeni, begitu dia biasa dipanggil, berkenalan dengan olahraga menembak.
Siapa sangka, awal perkenalan dengan olahraga tersebut membawa Jeni berlaga pada Asian Para Games 2018. Delapan bulan, itu waktu yang dibutuhkan oleh Jeni mempersiapkan ajang tersebut.
Sejatinya, waktu delapan bulan memang terlalu cepat untuk beradaptasi dengan olahraga baru. Namun, Jeni mampu menyelesaikan pelatihan dan berlaga pada Asian Para Games 2018.

"Saya mulai mengenal olahraga menembak disabilitas pada akhir 2017. Pada awal 2018, saya mengikuti seleksi Asian Para Games dan lolos," ujar Jeni ramah kepada BolaSkor.com.
Meski begitu, rupanya Asian Para Games 2018 merupakan ajang pertama yang Jeni ikuti. Beruntung, pekerjaan Jeni sebagai personil PUSPOMAU membuatnya sudah terbiasa dengan pistol.
"Saya mengikuti pelatnas sejak Januari hingga awal Oktober. Asian Para Games merupakan ajang pertama yang saya ikuti. Beruntung, sebagai prajurit saya sudah mengenal cara menembak," kata Jeni.
Memiliki latar belakang sebagai prajurit tidak lantas membuat Jeni tanpa tantangan saat menggeluti olahraga menembak. Pasalnya, terdapat perbedaan antara senjata api dan senjata angin yang dia gunakan.
Menurut pengakuan Jeni, dia butuh waktu lima bulan untuk beradaptasi dengan senjata angin. Kepada BolaSkor.com, Jeni pun mengungkapkan perbedaan dengan senjata api.

"Senjata angin lebih sensitif dibandingkan senjata api. Kalau menembak dengan pistol api, Anda bisa tepat sasaran meski tidak terlalu berkonsentrasi," ungkap pria asal Yogyakarta tersebut.
"Sementara itu, hal yang sama tidak bisa dilakukan dengan senjata angin. Pistol angin ini harus menyatukan hati dan pikiran, sudah seperti anggota tubuh sendiri," tambahnya.
Sayangnya Dewi Fortuna belum berpihak kepada Jeni pada Asian Para Games 2018. Pria yang sehari-hari berdinas di Pusat Militer Halim Perdana Kusuma, Jakarta, itu belum berhasil menyumbangkan medali.
Beruntung, catatan tersebut tidak lantas membuat Jeni patah semangat. Jeni justru berharap bisa meningkatkan prestasi pada ajang selanjutnya.
"Saya termotivasi lebih baik lagi dari hasil Asian Para Games 2018. Saya berharap ajang seperti ini rutin diadakan. Kebetulan, PON 2020 akan ada ajang disabilitas," kata Jeni.
Jeni mengaku bangga bisa tampil pada Asian Para Games 2018 meski belum bisa memberikan hasil maksimal. Penembak Indonesia itu juga berterima kasih kepada pemerintah karena mendukung penyandang disabilitas.
Setelah itu, Jeni mengungkapkan kecelakaan yang dia derita. Pria berusia 26 tahun tersebut mengaku menderita kecelakaan tersebut saat berdinas di Solo pada 2013. Setelah itu, dia pindah ke Jakarta untuk dinas pada 2014.
Pada kesempatan yang sama, Jeni mengungkapkan harapannya untuk Asian Para Games 2018. Jeni berharap, ajang tersebut bisa lebih membuka mata masyarakat Indonesia.
Prajurit Angkatan Udara tersebut mengaku sempat beberapa kali mengalami pengalaman tidak enak. Jeni pun meminta orang-orang agar melihatnya sebagai setara.

"Saya pernah sedang berjalan, dilihat dari atas sampai bawah seperti orang aneh. Padahal, saya juga manusia, punya hati. Kalau memang penasaran, bisa ajak ngobrol, toh saya juga orangnya welcome kok," tutur Jeni.
"Saya yakin Asian Para Games 2018 bisa membuat orang-orang lebih memahami penyandang disabilitas. Saya berharap ajang ini dapat membuat persamaan hak penyandang disabilitas," imbuhnya.
Harapan Jeni Susilo mengenai efek Asian Para Games 2018 kiranya sudah mulai terjadi secara perlahan. Prajurit ramah senyum ini tentunya dapat merasakan perubahan sejumlah perubahan setelah ajang empat tahunan tersebut.
Perjuangan Jeni Susilo menyatukan hati dan pikirannya dengan pistol angin mulai terbayar. Jeni mampu membela nama Indonesia pada ajang sebesar Asian Para Games 2018.