Berawal dari Lapangan di Gereja, Michelle Li Jadi Harapan Bulu Tangkis Kanada
BolaSkor.com - Cuaca lembab menyelimuti Ibu Kota Indonesia, Jakarta. Di salah satu tempat di kota tersebut, ajang bulu tangkis Super 500, Indonesia Masters 2020, tengah berlangsung.
Memasuki sore hari, terdapat duel antar pebulu tangkis di lapangan 3 Istora Senayan. Adalah andalan Kanada, Michelle Li, yang berhadapan dengan Han Yue asal China.
Pertandingan dimenangi oleh Michelle Li dengan skor 21-14, 21-17. Setelah pertandingan yang berjalan 39 menit tersebut, tentunya Michelle kelelahan.
Meski demikian, Michelle Li yang di tengah kelelahan tetap menemui awak media yang telah menantinya. Dengan ramah, pebulu tangkis berusia 28 tahun itu menjawab berbagai pertanyaan.
Ketika ditanyai oleh BolaSkor.com, Michelle Li mengawali perbincangan dengan menceritakan pertandingan melawan Han Yue. Michelle juga mengungkapkan persiapan untuk laga selanjutnya.
Baca Juga:
Lolos ke Perempat Final, Jonatan Christie Ingin Jaga Kondisi di Indonesia Masters 2020
Lolos Babak Kedua Indonesia Masters 2020, Shesar Hiren Rhustavito: Peluang Semua Sama

"Pada awal pertandingan, saya bisa mengatasi tekanan dan membuat sedikit kesalahan. Musuh saya membuat banyak kesalahan serta kesulitan," ujar Michelle Li.
"Menjelang akhir laga, saya sedikit gugup dan mulai membuat kesalahan. Saya harus mempelajari kesalahan hari ini dan berusaha memperbaikinya. Saya juga harus tenang dan bersiap untuk menghadapi reli."
"Target saya di Indonesia Masters 2020? Minimal ke semifinal. Tentu saja menguntungkan saya bisa menang dua gim langsung dalam dua laga. Semakin sedikit waktu yang saya habiskan di atas lapangan, semakin banyak energi yang bisa saya simpan," imbuhnya.
Perbincangan dilanjutkan dengan targetnya lolos ke Olimpiade 2020. Apalagi, sepanjang kariernya Michelle Li baru satu kali bermain di ajang tersebut, para 2012.
Andai berhasil mendapat tempat di Olimpiade 2020, Michelle Li berharap bisa meraih medali emas. Namun, dia mengaku ingin fokus lolos terlebih dulu.
"Peluang saya bermain di Tokyo (Olimpiade 2020) cukup bagus. Sekarang fokus saya hanya bagaimana caranya lolos ke Tokyo dan berkembang lebih baik," kata Michelle Li.
"Andai lolos ke Olimpiade 2020, tentu saja saya berharap bisa meraih medali. Saya berambisi meraih medali emas di sana kalau bisa," pebulu tangkis kelahiran Hong Kong itu melanjutkan.
Berawal dari Lapangan Bulu Tangkis di Gereja
Bermain bulu tangkis tentunya dianggap cukup aneh di Kanada. Bukan tanpa alasan, cabang olahraga tersebut tidak terlalu sepopuler hoki es, basket, atau baseball.
Akan tetapi, sebagai imigran dari Hong Kong yang pindah ke Kanada, Michelle Li justru mencintai bulu tangkis. Segalanya berawal ketika keluarga Michelle pindah ke Kanada pada usia enam tahun.
Ibu Michelle Li, Agnes Kwong, yang merasa bosan dengan rutinitas sehari-hari diajak oleh temannya untuk bermain bulu tangkis di lapangan di depan gereja. Agnes mengajak Michelle untuk menemaninya.
Di gereja tersebut, terdapat komunitas warga yang biasa bermain bulu tangkis. Michelle Li yang sudah aktif sejak kecil mulai tertarik dengan bulu tangkis. Sang ibu yang melihat bakatnya pun memberikan dukungan.
"Saya mulai bermain bulu tangkis ketika berusia 11 tahun. Saya tidak tahu cara bermain. Saat itu, ibu saya merasa bosan dan temannya mengajak kami untuk ke komunitas di dekat rumah," kenang Michelle Li.

"Di sana kami mulai bermain dan ibu saya melihat saya bisa memukul bola cukup kencang. Setelah itu temannya membawa saya ke klub untuk belajar. Saya mulai mengikuti turnamen."
"Awalnya saya mengikuti kompetisi lokal, kemudian tingkat nasional, sampai pada akhirnya sekarang ada di sini. Saya sudah di Kanada karena tumbuh di sana. Saya mulai belajar bulu tangkis di Kanada," tambahnya.
Menariknya, meski bermain bulu tangkis, Michelle Li rupanya penggemar berat Roger Federer. Banyak hal yang dikagumi oleh pebulu tangkis yang tinggal di Ontario itu terhadap Federer.
"Saya tidak pernah bermain tenis, hanya saja senang setiap melihat Roger Federer bertanding. Saya suka dengan Federer karena dia berbakat, rendah hati, dan memiliki teknik yang bagus," ungkap Michelle Li.
"Menurut saya, Roger Federer adalah contoh yang patut diteladani. Saya belum pernah bertemu dengannya, tetapi saya harap bisa bertemu dengan Federer," pungkas Michelle Li.