Benteng Bosphorus, Saksi Drama Kemenangan Merseyside Merah
Istanbul - Bosphorus adalah sebuah selat yang memisahkan letak geografis Turki yang ada di dua benua Eropa dan Asia. Selat yang memiliki panjang 30 kilometer dan lebar 3.700 meter ini merupakan sebuah tempat terindah di Eropa bagian Barat. Dari selat ini bisa terlihat keindahan Bosphorus Bridge sebuah jembatan yang menghubngkan Turki Eropa dan Turki Asia. Serta sebuah bangunan megah yang menjadi saksi drama final Liga Champions episode ke 50 tahun 2005.
Historia Bizantium, Konstantinopel, dan Istanbul
Sejak dahulu kala Turki merupakan sebuah negara yang memiliki keindahan alam dan seni arsitektur tinggi. Selain itu negara ini juga sarat akan sejarah. Dengan Ibukota Istanbul yang merupakan cerita lanjutan dari Bizantium yang sudah ada sejak 671-662 SM. Sebuah situs kota yang berdiri sebelum dibangun kota Konstantinopel, Ibukota kekaisaran Romawi Timur di abad pertengahan . Kota ini merupakan kota termakmur di seluruh benua Eropa pada abad pertengahan. Letaknya yang strategis antara Eropa dan Asia membuat kota ini ramai dikunjungi oleh semua pedagang dar seluruh dunia yang singgah di pelabuhan terbesar abad pertengahan.
Sebagai sentra perdagangan, kota ini tentu memiliki pesona yang luar biasa bagi pedagang antar negara yang singgah. Perpaduan kebudayaan Islam dan Kristen yang berakulturasi di kota ini turut membangun kota dengan komponen romantsime sejarah dan karakter arsitektur yang kuat. Berbagai bangunan sarat nilai historis berdiri megah di kota ini, salah satu yang paling termahsyur adalah Museum Hagia Sophia. Sebuah museum yang pernah beberapa kali mengalami alih fungsi mulai dari gereja hingga masjid. Tahun 1937 Presiden Turki pertama Mustafa Kemal Ataturk mengubah bangunan ini menjadi sebuah museum.
Selain Hagia Sophia dan Bosphorus Bridge, Istanbul juga memiliki sebuah bangunan megah dengan seni arsitektur modern bernama Ataturk Olimpiyat Stadi, atau lebih dikenal dengan nama Ataturk Olympic Stadium.
Bangunan Megah Di Sisi Selat Bosphorus
Dibangun mulai tahun 1997, stadion Nasional Turki ini memiliki luas keseluruhan 105 x 68 meter. Bangunan megah di sisi Selat Bosphorus ini menghabiskan dana sebesar 140 miliar US Dollar, atau sekitar 182 US Dollar jika mengikuti kurs tahun 2013. Proses pembangunan stadion ini memakan waktu kurang lebiih 5 tahun sebelum rampung di tahun 2002 dann dibuka pada tanggal 31 Juli di tahun yang sama. Ataturk Olympic Stadium dibangun dengan materi baja sekitar 71.000 meter persegi, dengan pondasi sedalam 3.700.000 meter persegi. Nama stadion ini diambil dari nama belakang Presiden pertama Turki Mustafa Kemal Ataturk.
Stadion terbesar di Turki ini pada awalnya memiliki kapasitas sebanyak 80.596 penonton sejak dibuka tahun 2002. Kemudian direnovasi dan dikurangi jumlah kursinya menjadi 76.092. Sebenarnya Stadion ini dibangun untuk persiapan Turki sebagai tua rumah Olimpiade tahun 2008. Namun sayangnya ajag tersebut akhirnya diselenggarakan di beijing, China. Stadion multifungsi ini bisa digunakan dalam berbagai penyelenggaraan event olahraga ataupun event lainnya seperti musik, dan agenda kenegaraan. 2 klub elit Liga Super Turki antara lain Besiktas dan Galatasaray pernah menggunakan stadion ini sebagai homebase. Stadion ini juga digunakan untuk pertandingan derby antara Galatasaray kontra Besiktas.
Stadion ini juga dilengkapi dengan 134 pintu masuk dan 148 gerbang keluar yang bisa mengevakuasi 80.000 penonton hanya dalam waktu 7,5 menit jika terjadi keadaan darurat. Dua lapangan pemanasan dan lapangan latihan juga terintegrasi ke stadion utama lewat terowongan bawah tanah. Di bagian luar stadion terdapat area komersial seluas 42.200 meter persegi.
Ataturk Olympic Stadium kembali mengalami renovasi pada tahun 2011. Turki yang turut bersaing dalam penyelenggaraan Euro 2016 kembali memaksimalkan stadion andalannya ini. Namun sayang, Turki kembali kalah dalam persaingan. Perancis akhirya yang didaulat UEFA menjadi tuan rumah Euro 2016 setelah berhasil mengalahkan Turki dan Italia dalam nominasi. Dengan segala fasilitas mewahnya tak heran jika stadion ini mendapat predikat stadion bintang lima dari FIFA di tahun 2004. Selain itu stadion ini juga mendapat sertifikasi dari International Association of Athletics Federations (IAAF) dan International Olympic Comittee (IOC) sebagai arena penyelenggaraan olahraga atletik kelas satu di Eropa.
Saksi Drama Final Liga Champions 2005
Ataturk Olympic Stadium yang didaulat sebagai penyelenggara Final Liga Champions tahun 2005 menjadi saksi dahsyatnya pertempuran antara dua tim raksasa Liverpool kontra AC Milan. Final Liga Champions episode ke 50 ini menyuguhkan duel sengit sepanjang pertandingan. Liverpool yang miskin prestasi di Liga Inggris kala itu justru membuktikan diri sebagai tim yang memiliki mental baja di ajang Eropa. Sementara Milan yang sedang dalam era kedigdayaannya datang ke Istanbul dengan status tim unggulan.
Benar saja, Milan yang lebih diunggulkan mampu mencetak gol lebih dulu saat pertandingan baru berjalan 1 menit lewat gol sang kapten Paolo Maldini. Milan semakin menggila di babak pertama lewat 2 gol yang dicetak Hernan Crespo masing-masing menit 39 dan 44. Babak pertama Rossoneri sudah unggul 3-0. Mental juara Merseyside Merah yang luar biasa muncul di babak kedua. Entah apa yang dilakukan Rafael Benitez yang menjadi suksesor Liverpool kala itu, di babak kedua Liverpool tampil spartan.
Steven Gerrad yang sudah defisit tiga gol mampu menyamakan kedudukan menjadi 3-3. Gol Liverpool semuanya lahir di babak kedua dalam kurun waktu 6 menit saja. Gol bagi Liverpool masing-masing dicetak oleh Steven Gerrard menit 54, Vladimir Smicer menit 56, dan Xabi Alonso di menit 60. 3 gol The Reds di babak kedua memaksa Andriy Shevcenko Cs bermain imbang di waktu normal dan pertandingan harus dilanjutkan lewat extra time.
Di babak tambahan Liverpool mampu membendung semua serangan Milan dan membawa pertadingan menuju drama adu penalti. Pertandingan semakin menegangkan kala Serginho yang menjadi penendang pertama Milan gagal menjalankan tugasnya. Sebaliknya Dietmar Hamann suskes mencetak gol bagi Liverpool. Penendang kedua Milan Andrea Pirlo lagi-lagi gagal, sedangkan Djibril Cisse mampu menggandakan keunggulan Liverpool dalam drama ini. Penendang ketiga Milan John Dahl Tomasson berhasil mencetak angka, sebaliknya di kubu Liverpool, John Arne Riise malah gagal. Skor sementara 2-1 untuk Liverpool.
Harapan bagi Milan sempat terbuka setelah penendang keempat Milan Richardo Kaka juga sukses mencetak gol, namun Vladimir Smicer juga berhasil menccetak gol bagi Liverpool.
Situasi bertambah tegang. Milan yang berkesempatan menyamakan kedudukan dalam drama ini harus tertunduk ketika Andriy Shevcenko yang menjadi penendang kelima gagal mencetak angka, bolanya terbaca oleh Jerzy Dudek.
AC Milan yang sudah memimpin 3 gol harus menerima kenyataan pahit ketika Liverpool mampu bermain spartan dan berbalik menekan mereka. Liverpool akhirnya keluar sebagai juara Liga Champions 2005 setelah mengalahkan AC Milan lewat adu penalti dengan skor (3-3),(2-3). Ataturk Olympic Stadium menjadi saksi betapa kerasnya atmosfir Liga Champions Eropa, sengitnya pertempuran kedua raksasa sepakbola Eropa, juga saksi tangis dan tawa para suporter. Bagi para Liverpudlian 25 Mei 2005 merupakan hari bersejarah dimana perjuangan dan kerja keras berhasil membawa Liverpool meraih kejayaan.