'Api' yang Dibiarkan Membesar oleh Arsenal
BolaSkor.com - Api kecil tidak berbahaya dan bisa dimatikan dengan mudah. Tapi, apabila dibiarkan membesar, api itu akan melahap apapun yang ada di depannya dan sulit dimatikan. Si Jago Merah, begitu publik memberi nama untuk api dalam kategori besar.
Oleh karenanya, jangan sesekali meremehkan kekuatan api meski itu apinya masih kecil. Penyesalan bisa datang di kemudian hari jika menganggap remeh api yang kecil.
Api yang kecil itu bisa diartikan sebagai situasi internal Arsenal saat ini. Efeknya belum terlihat, namun, jika dibiarkan begitu saja dan Stan Kroenke, Pemilik Saham Terbesar Arsenal, masih acuh tak acuh dengan timnya untuk fokus mengurusi bisnis di Amerika Serikat maka klub lama kelamaan bisa 'hancur'.

Sepak bola bukan sekedar aksi individu pemain dan perjuangan keras pemain di atas lapangan untuk merebutkan satu bola, lalu mencetak gol. Jajaran direksi atau mereka yang bekerja di balik layar juga sama pentingnya seperti fans, staf pelatih, dan pemain.
Baca Juga: Petr Cech, Kiper Hebat Berjuluk Mr. Google
Harus ada garis linear sinergi di antara mereka semua jika ingin memberikan kesuksesan untuk klub. Ibarat sistem dengan hitungan algoritma yang sudah tersusuh rapih, jika ada satu hal yang tidak berjalan baik, maka semuanya akan berantakan.
Arsenal nampak baik-baik saja dari luar, apalagi saat mereka melalui 22 laga beruntun tak pernah kalah di seluruh kompetisi. Namun apa yang terlihat dari luar belum tentu sama dengan yang terjadi di dalam klub.
Masalah satu per satu mulai terlihat. Hubungan tidak baik Unai Emery dengan Mesut Ozil, yang kabarnya akan hengkang, lalu sedang inkonsisten belakangan ini, dan Emery mengatakan satu hal yang menandai adanya krisis mini dalam Arsenal.

"Kami tidak bisa merekrut siapa pun secara permanen. Hanya peminjaman pemain pada Januari ini," ucap Emery. Klub sebesar Arsenal tidak bisa membeli pemain? Unik. Padahal, di paruh musim pertama, terlihat jelas masih ada beberapa celah yang harus dibenahi Arsenal.
Emery juga tidak membantah adanya friksi atau perpecahan dengan hubungannya bersama Ozil.
"Di beberapa waktu tertentu, Anda harus memicu perpecahan dengan pemain sepak bola. Dari ketegangan itu, Anda bisa mendapatkan suatu hal lebih dari mereka, sesuatu dari dalam (hati), ambisi yang lebih besar atau mungkin keluhan - keluhan terkait tim bisa jadi positif," tutur Emery.
"Sebagai seorang manajer, Anda harus berhati-hati juga karena perpecahan itu bisa memecah hubungan. Tapi, saya percaya untuk hal mencari yang lebih (baik), baik individu atau kolektif, dengan percakapan yang nyaman, tapi juga percakapan yang tidak nyaman."
Itu baru dari segi teknis yang menjadi pekerjaan rumah Emery dan staf kepelatihannya. Tidak berhenti sampai di situ, internal klub pun memasuki fase siaga satu
Dualisme Internal Arsenal
"Tidak ada kerajaan dan dinasti yang terus bertahan selamanya. Suatu hari, Anda dan saya akan menjadi legenda. Segala yang terpenting adalah apa yang bisa Anda lakukan ketika Anda diberikan kehidupan," tutur Krishna Udayasankar, penulis novel "Govinda".
Legenda itu bisa dianalogikan kepada dua sosok ikonik, Arsene Wenger dan Ivan Gazidis di Arsenal. Keduanya sudah membangun rezim di Arsenal selama 20 tahun lebih hingga klub mampu mendirikan Stadion Emirates, memiliki keuangan yang sehat.
Kepergian keduanya tahun lalu memunculkan 'lubang' besar di dapur Arsenal. Era baru Arsenal tanpa keduanya menyebabkan perebutan kekuasaan di antara Sven Mislintat (Kepala Rekrutmen Arsenal) dan Raul Sanllehi (Kepala Relasi Sepak Bola atau Direktur Olahraga).

Belakangan ini, santer terdengar kabar Mislintat akan pergi meninggalkan Arsenal meski baru 13 bulan berada di London Utara. Pria yang cerdas dan memiliki mata elang dalam melihat talenta pemain sepertinya tidak akan pergi jika tidak ada masalah.
Mislintat sebelumnya berjasa besar membesarkan Borussia Dortmund melalui aksinya di balik layar, mendatangkan pemain yang belum dikenal kala itu seperti: Pierre-Emerick Aubameyang (kini di Arsenal), Shinji Kagawa, dan Ousmane Dembele.
Baca Juga: Ernesto Valverde Mengirim Berita Buruk untuk Arsenal
Mereka bertiga didatangkan dengan harga murah dan dijual dengan harga tinggi ke klub lain. Dari segi teknis dan bisnis, apa yang dilakukan Mislintat sungguh hebat. Wajar jika dia punya julukan spesial, Diamond Eye (Mata Berlian).
Namun, kepergian Wenger dan Gazidis mulai membuatnya tidak nyaman di Arsenal. Terutamanya Gazidis, karena dia sosok yang membawa Mislintat dan Sanllehi ke Arsenal.
"Kami punya dua pakar teknis yang terlibat dalam proses dan banyak lagi yang membantu mereka. Keduanya adalah Sven Mislintat dan Raul Sanllegi, yang akan bekerja dari sisi negosiasi dan juga Unai sendiri, yang punya keputusan terakhir," tutur Gazidis musim panas lalu.

"Saya merasa ketika kami memutuskan untuk melakukan perubahan dari sisi sepak bola, Anda harus muncul dengan struktur baru dan salah satu yang melibatkan orang-orang kelas dunia, yang saling bersaing dan mendukung satu sama lain."
Gazidis barangkali mengutarakannya tanpa berpikir panjang soal dirinya yang kemudian pergi dari Arsenal, lalu menjadi CEO AC Milan. Hapus kata saling dukung di atas, dan yang tersisa saat ini adalah persaingan internal.
Dalam tulisannya di Football.London, James Benge, menilai kepergian Gazidis sebagai kunci perebutan kekuasaan di antara Mislintat dan Sanllehi, orang Jerman kontra Spanyol, dan Mislintat mengalah dengan cara pergi dari klub.
"Apa yang dibutuhkan (Arsenal) adalah pemimpin yang dapat mempersatukan staf di dalam pertemuan. Pria itu Gazidis dan dia telah pergi," ucap James.
"Tidak ada CEO baru yang datang menggantikannya, lalu dua pemimpin, Sanllehi, sekarang memimpin segala permasalahan sepak bola dan menjadi bos Mislintat, dan Vinai Venkatesham, yang akan melihat sisi komersial Arsenal."
Dua kepala dengan dua 'isi' yang berbeda. Wajar jika Mislintat ingin pergi karena ia tidak mau diintervensi dalam melakukan pekerjaannya. Konon katanya, Bayern Munchen masih tertarik kepadanya.

Dua contoh intervensi itu bisa dilihat dari spekulasi transfer belakangan ini. Mislintat tidak menyarankan Arsenal mendatangkan Denis Suarez, yang notabene keinginan Sanllehi dan Emery.
Lalu contoh kedua keinginan Sanllehi agar Arsenal memboyong Cristian Pavon dari Boca Juniors, sementara Mislintat mengincar Nicolas Pepe dari Lille.
Terlihat sepele, tetapi pekerjaan Mislintat seolah percuma jika setiap keputusannya diabaikan atau diintervensi. Padahal dalam kurun waktu 13 bulan terakhir, warisannya cukup bagus.
Baca Juga : Jawaban Tegas Dari Agen Mesut Ozil soal Spekulasi Hengkang dari Arsenal
Konstantinos Mavropanos, Matteo Guendouzi, dan Lucas Torreira jadi aset untuk masa depan Arsenal. Sementara pemain seperti Henrikh Mkhitaryan, Stephan Lichtsteiner, dan Sokratis Papastathopoulos, bisa menambah kualitas serta kedalaman skuat Arsenal.
Polemik internal Arsenal ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Tanpa Wenger dan Gazidis, Kroenke seharusnya turun tangan langsung untuk menyelesaikan masalah itu.
Arsenal bisa terancam tidak bermain lagi di Liga Champions - dan kehilangan pemasukan besar - jika 'api kecil' itu dibiarkan membesar.