Analisis: Kenapa Wigan Pantas Tebas Manchester City
- Senin, 10 Maret 2014
>Jakarta – Wigan Athletic membuat kejutan dengan mendepak Manchester City dari ajang Piala FA dalam dua musim beruntun, setelah tadi malam (9/3) meraih kemenangan spesial 1-2 di Stadion Eitihad pada babak perempat final.
>Penalti Jordi Gomez di babak pertama membuat tim tamu membuka keunggulan, sebelum James Perch memperlebar jarak di paruk kedua. Tuan rumah hanya mampu mencetak satu gol lewat Samir Nasri 20 menit jelang bubar. Wigan yang masih berjuang promosi dari divisi Championship, melaju ke semi final lawan Sheffield Wednesday di DW Stadium. >Statistik Pertandingan >Manchester City Shots: 12 On target: 3 Possession: 69% Corners: 7 Fouls: 10 >Wigan Shots: 5 On target: 3 Possession: 39% Corners: 4 Fouls: 10 >Analisis >Cukup adil jika menyebut Wigan pantas memenangkan pertandingan ini, karena tampil lebih konsisten sepanjang 90 menit. Jika tim tamu bekerja keras dan lebih terorganisir sepanjang pertandingan, tim besutan Manuel Pellegrini justru tampil di bawah performa terbaiknya. >Ini merupakan salah satu penampilan terburuk City musim 2013-14. Dengan kualitas materi pemain yang di atas rata-rata, tuan rumah tak sanggup mengintimidasi lawannya. Babak pertama dikuasai Wigan, yang bermain sederhana namun minim kesalahan. Sebaliknya, City kerap gagal dalam mengumpan hingga sulit menciptakan situasi berbahaya di zona terdalam pertahanan lawannya. Kondisi ini terus berlangsung hingga Nasri mencetak gol. Meski lebih hidup dan makin lepas, 20 menit waktu yang tersisa tak cukup bagi tuan rumah untuk menyamakan kedudukan. >Wigan boleh berbangga dengan penampilannya di Stadion Eitihad. Dengan skill individu tak sebaik lawannya, Wigan mampu menyuguhkan permainan syarat akan ambisi, penuh determinasi dan disiplin tinggi. Pasukan Owe Rosler juga menampilkan unit pertahanan solid, yang dipimpin Emmerson Boyce. Sementara lini tengahnya sanggup menciptakan gelombang serangan efektif peninggalan Roberto Martinez. >Pujian pantas disematkan pada Marc-Antonie Fortune dan Jordi Gomez, kecepatan dan pergerakan tanpa bolanya kerap merusak organisasi lini belakang City. Namun secara keseluruhan, seluruh pemain Wigan tampil bagus secara tim, terlihat dari rapihnya organisasi antar lini mereka. Tentu akan menjadi catatan tersendiri jika Wigan akhirnya sanggup mempertahankan gelar. >Penampilan Terbaik >Emmerson Boyce pantas mendapat predikat ini. Bek berusia 34 tahun tersebut benar-benar menjadi benteng tangguh di zona belakang Wigan, membuat lini depan City kerap frustasi. Di babak kedua, pemain yang sudah delapan musim berkostum Wigan ini acap kali melumpuhkan Edin Dzeko. >Penampilan Terburuk >Martin Demichelis kembali jadi titik lemah City. Pada proses terjadinya gol kedua Wigan, Callum McManaman begitu nyaman menembus benteng tuan rumah lantaran Demichelis seolah membiarkannya lewat hingga melepas umpan silang dari sisi kanan kotak penalti tuan rumah, dan diselesaikan dengan baik oleh Perch. Kecuali itu, Demichelis juga melanggar Fortune di kotak terlarang, yang menyebabkan penalti sekaligus gol pembuka Wigan di babak pertama.