Analisis: Gerald Vanenburg, Kegagalan, Kegagalan, dan Kemunduran Timnas Indonesia U-23
BolaSkor.com - Kegagalan Timnas Indonesia U-23 lolos ke Piala Asia U-23 2026 adalah pukulan telak untuk Garuda Muda, setelah gagal menjadi juara Piala AFF U-23 2025.
Bagaimana tidak? Prestasi sebelumnya yang mencapai semifinal harus antiklimaks dengan tidak lolos ke Arab Saudi.
Timnas Indonesia U-23 harus mengubur mimpinya back to back lolos ke Piala Asia U-23 dengan kalah bersaing dari Korea Selatan.
Skuad Garuda Muda harus puas menduduki posisi runner-up Grup J Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 dengan raihan 4 poin dari 3 laga.
Imbang melawan Laos 0-0, menang atas Makau 5-0, dan takluk dari Korea Selatan 0-1. Gagal mendapat juara grup untuk lolos langsung, dan 4 runner-up terbaik.
Baca Juga:
Imbang Melawan Laos, Rekor Buruk Sejak 2009
Gerald Vanenburg saat Timnas Indonesia U-23 menghadapi Laos U-23 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Rabu (3/9) malam WIB. (BolaSkor.com/Arjuna Pratama)
Hasil imbang melawan Laos merupakan rekor buruk bagi Skuad Garuda Muda, sejak tahun 2009. Saat itu, Timnas Indonesia U-23 kalah 0-2 dari Laos pada ajang SEA Games.
Dalam pertandingan tersebut, Timnas Indonesia U-23 menguasai penguasaan bola dengan 83 persen berbanding terbalik 17 persen dengan Laos, menurut data Lapang Bola.
Timnas Indonesia U-23 mendominasi dengan 25 tendangan, dan hanya 2 mengarah ke gawang.
Begitu dominannya Timnas Indonesia U-23 namun tak ada penyelesaian akhir yang bagus.
Percuma Penguasaan Bola Kalau Tidak Efektif
Pelatih Timnas Indonesia U-23, Gerald Vanenburg, meminta anak asuhnya all out memenangkan final Piala AFF U-23 2025. (BolaSkor/MP Media/Didik Setiawan)
Setelah itu, Timnas Indonesia U-23 langsung tancap gas menang melawan Makau dengan kemenangan 5-0.
Di pertandingan terakhirnya, justru Timnas Indonesia U-23 harus kalah dari Korea Selatan dengan skor 1-0
Timnas Indonesia U-23 unggul penguasaan bola dengan 59 persen berbanding 41 persen.
Namun, Garuda Muda hanya melepaskan 7 tembakan tanpa mengarah ke arah gawang. Sedangkan Korea Selatan memperoleh 14 tendangan dan 9 di antaranya mengarah ke gawang.
Di pertandingan melawan Laos dan Korsel, Skuad Garuda Muda terlihat hanya bermain penguasaan bola tanpa sebuah eksekusi matang.
Berbeda ketika saat berlaga melawan Korea Selatan di Piala Asia U-23 2023. Ketika itu, Timnas Indonesia U-23 unggul penguasaan bola dengan 57 persen berbanding 43 persen.
Indonesia juga melepaskan total 21 percobaan (5 on target), berbanding hanya delapan percobaan (2 on target) yang dilepaskan Taeguk Warriors.
Mempertanyakan Gerald Vanenburg
Pelatih Timnas Indonesia U-23, Gerald Vanenburg di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026. (BolaSkor.com/Arjuna Pratama)
Aktor utama yang bertanggung jawab atas kegagalan Timnas Indonesia U-23 lolos ke Piala Asia U-23 2026 adalah Gerald Vanenburg.
Pelatih berusia 61 tahun itu punya alasan mengapa Skuad Garuda Muda gagal. Salah satunya soal fisik pemain.
"Sekali lagi, mengenai fisik dari para pemain kita yang memang di kompetisi nyaris tidak bermain, jadi kalau misalnya kita bermain melawan tim seperti Korea yang fisiknya sangat bagus, kita di menit 60-an itu sudah banyak mengalami kendala juga, karena tidak bisa bersaing secara fisik, jadi harus ada solusi yang diperlukan."
Jelas statment ini menjadi pertanyaan bagi pencinta sepak bola Indonesia. Mengingat Gerald Vanenburg menerima warisan dari Shin Tae-yong dengan kondisi pemain yang prima.
Pemain-pemain yang dipanggilnya merupakan warisan Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2023 lalu.
Artinya secara pembentukan chemistry dan fisik sudah dijalani beberapa kali dalam pemusatan latihan jangka panjang.
Yang menjadi satu pertanyaan mengapa PSSI memilih Gerald Vanenburg sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia U-23.
Berdasarkan data Transfermarkt, Gerald Vanenburg terakhir menjadi pelatih kepala pada tahun 2008, artinya 17 tahun lalu.
Ia hanya menjadi technical coach di Ajax Amsterdam U-17 dan U-18 tahun 2020, selepas menjadi pelatih kepala FC Eindhoven.
Padahal PSSI masih punya nama seperti Alex Pastoor yang lebih siap jika melihat statistik kepelatihan. Apalagi, pemain U-23 merupakan jenjang senior.
Tulisan ini dibuat berdasarkan statistik dan analisis penulis